Karena tidak ingin menyakiti hati sang mama, Garren terpaksa menikahi gadis pilihan mamanya.
Namun baru 24 jam setelah menikah Garren mengajukan perceraian pada istrinya.
Tapi perceraian mereka ada sedikit kendala dan baru bisa diproses 30 hari kedepan.
Bagaimanakah kisahnya? Apakah mereka akan jadi bercerai atau malah sebaliknya?
Penasaran? Baca yuk! Mungkin bisa menghibur.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode dua lima.
Septy tertegun melihat pemandangan disini. Ternyata sangat indah bagi pandangannya. Ia menoleh ke suaminya yang tersenyum kearahnya.
"Ayo!" Garren menggandeng tangan Septy menuju sebuah saung.
Kemudian Qirani menawarkan mereka makanan untuk mereka. Septy pun memesan makanan yang terlihat sederhana. Namun sangat digemari ditempat ini.
"Ini saja kak," kata Septy.
Qirani tersenyum. "Tunggu sebentar ya." Qirani pun pergi menyiapkan pesanan tersebut.
"Sayang, kok kamu tahu aku menyimpan kamera tersembunyi di ruang kerjamu?" tanya Garren to the point.
Septy langsung menatap tajam kearah Garren, Garren menjadi salah tingkah karena tatapan Septy yang beda dari sebelumnya.
"Sejak kapan Mas memasang kamera pengintai? Bagaimana jika aku tidak memakai apa-apa?"
"Hehe. Bag ...."
"Oh bagus ya? Senang ya mengintip orang, hmmm?"
Garren garuk-garuk kepala tidak gatal saat Septy memotong ucapannya. Ia tidak tahu mau jawab apa?
"Sudahlah sayang, tidak mungkin juga 'kan kamu tidak memakai apa-apa di kantor?"
Septy tidak menjawab, moodnya berubah tidak seperti sebelumnya. Garren yang melihat perubahan Septy pun meminta maaf.
Garren pun menceritakan alasan dia memasang kamera tersembunyi hanya untuk melihat kinerja Septy waktu itu.
Namun Garren malah keterusan dan tidak mencopot kamera tersebut. Septy pun merasa kesal dengan sikap Garren.
"Pantas saja selama ini aku merasa ada yang mengawasi. Aku pikir hanya perasaanku saja. Tapi setelah sekian lama, aku menemukan kejanggalan. Aku mencari-cari dan akhirnya menemukan. Agar Mas tidak curiga, aku sengaja mengalihkan gambar itu."
Garren terdiam. "Jadi waktu itu Septy sudah tahu?" batinnya.
"Ah sudahlah Mas, tidak perlu diperbesar masalah ini."
"Ngomongin apa sih pengantin baru? Sudah MP belum nih?" goda Aliando.
"MP apa?" tanya Septy yang memang kurang peka dengan singkatan itu.
"Malam pertama," bisik Garren.
Aliando dan Qirani tertawa dengan sikap polos Septy. Akhirnya pasangan suami istri itu gabung dengan Garren dan Septy.
"Bagaimana? Sudah atau belum?" tanya Qirani.
Septy tersipu malu, entahlah, jika membahas tentang itu ia merasa malu. Kemudian Garren pun mengatakan jika sedang kebanjiran jadi tidak bisa lewat.
"Mas?" Septy memukul pelan lengan Garren. Garren malah tertawa melihat tingkah Septy.
Kemudian Qirani dan Aliando pamit, mereka tidak ingin lama-lama mengganggu pasangan ini.
"Kamu makan petai, sayang?" tanya Garren.
"Kenapa? Enak loh, nih coba biar nanti kita saling bertukar nafas bau petai."
Garren memang kurang suka dengan makanan yang satu ini, tapi saat Septy menyodorkan lalapan tersebut beserta nasi dan sambalnya. Garren pun membuka mulutnya.
Perlahan ia mengunyah dan rasanya sangat aneh menurutnya. Kemudian ia manggut-manggut setelah mengunyah makanan tersebut.
"Lumayan juga rasanya, apalagi jika dipadukan dengan sambal," ucap Garren.
Di restoran ini banyak pilihan menu, jadi setiap orang yang berkunjung pasti tidak akan merasa bosan.
Ditambah suasananya yang adem dan pemandangan yang nyaman jauh dari kesibukan kota.
Meskipun jauh, namun tempat ini banyak sekali pengunjungnya. Apalagi diwaktu hari libur.
Setelah selesai makan, Garren pun bersendawa dan mengucap Alhamdulillah. Dia begitu lahap saat memakan petai yang tadinya menolak.
Saat Garren hendak membayar, namun Aliando malah melarangnya. Dan memberikan makanan gratis untuk mereka.
"Jika lain kali baru bayar," ucap Aliando.
"Terima kasih Bang," ucap Garren. Kemudian merekapun pamit.
Dalam perjalanan pulang, Garren terpaksa membuka jendela kaca mobil agar sirkulasi udara bertukar.
Karena ia merasa tidak nyaman dengan bau mulutnya. Septy mengeluarkan permen rasa mint dari saku blazer nya dan memberikan kepada Garren.
Garren heran, sejak kapan Septy suka bawa permen? Ternyata hal sekecil itu Garren pun tidak tahu tentang Septy.
Akhirnya merekapun tiba di perusahaan. Semua karyawan sudah sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Namun langkah kedua terhenti saat seseorang memanggil Septy.
"Tunggu! Kamu yang bernama Septy?"
Septy dan Garren pun menoleh. Keduanya saling pandang lalu Septy pun menjawab.
"Ya, benar. Ada apa ya mbak?"
"Dasar wanita penggoda!" Novia mengangkat tangannya hendak menampar Septy. Namun Garren segera menangkap tangan Novia.
"Bisa kita bicarakan baik-baik, aku juga tidak tahu kesalahan ku apa?" tanya Septy.
"Kamu menggoda suamiku dan sekaligus menggoda Garren!" tunjuk Novia.
"Suami? Perasaan aku tidak pernah menggoda suami orang?" batin Septy.
"Sebaiknya panggil suami anda kemari, kita selesai kan masalah ini dengan baik. Tapi jika Anda ingin mencelakai istriku, aku tidak segan-segan bertindak kejam!"
Mendengar kata istri, Novia menatap dalam Garren dan Septy secara bergantian. Kemudian Garren menjelaskan jika istrinya tidak pernah menggoda suami orang.
Toh suaminya sudah lebih dari segalanya, uang, harta dan rupa semua suaminya miliki, bahkan tanpa cacat sedikitpun.
"Lalu ini apa?" Novia melempar beberapa lembar foto ke Septy. Septy pun segera memungut nya dilantai.
"Sayang, ini tidak benar," kata Septy. Garren pun melihat foto tersebut.
Garren sedikit cemburu karena foto tersebut terlihat begitu intim. Namun jika di perhatikan dengan seksama, terlihat jika foto itu adalah editan.
"Novia, coba Anda teliti dengan seksama. Foto ini adalah editan," ucap Garren.
Novia mengambil foto itu kembali, kemudian menelitinya dengan seksama. Dan Novia baru menyadari jika ia sedang di adu domba.
Novia pergi tanpa berkata apa-apa, ia sangat malu karena salah melabrak orang. Septy dan Garren hanya terdiam memperhatikan kepergian Novia.
"Siapa dia, sayang?" tanya Septy.
"Istrinya Ethan," jawab Garren singkat.
"Ohhh," ujar Septy.
"Kamu tidak terkejut atau kecewa mendengar Ethan sudah beristri?"
"Suamiku lebih dari segalanya, lagipula aku tidak punya hubungan apa-apa dengan Ethan."
Garren tersenyum tipis, sangat tipis saat mendengar Septy mengatakan dirinya lebih dari segalanya.
Septy memekik saat Garren tiba-tiba menggendong menuju lift. Dua pegawai resepsionis menutup mulutnya melihat adegan tersebut.
Sungguh mereka tidak menyangka jika tuan mereka sangat manis terhadap istrinya. Sementara Septy meminta dilepaskan. Karena ini di perusahaan, tentu saja ia malu.
Didalam lift, barulah Garren melepaskannya. Namun saat tiba di lantai yang dituju, Garren kembali menggendong Septy.
Kali ini Septy tidak memberontak, tapi malah melingkarkan tangannya dileher Garren. Sehingga nafas mereka beradu karena sangat dekat.
Keduanya tidak peduli walau bau menyengat dari mulut masing-masing. Aroma khas petai tidak akan hilang hanya dengan memakan permen.
"Jangan tutup kamera nya lagi ya, biar aku bisa melihatmu dari ruang kerjaku."
Septy mengangguk, namun timbul idenya untuk mengerjai suaminya nanti. Seketika ia tersenyum.
Garren melepaskan Septy saat didepan ruangannya. Septy pun kembali ke ruang kerjanya. Sementara Garren masuk ke ruang kerjanya juga.
Garren duduk dikursi kebesarannya dan melihat ponselnya yang terhubung dengan kamera tersembunyi.
Ia sudah bisa melihat Septy dengan jelas, namun matanya melotot saat melihat Septy membuka blazer nya dan kemejanya. Dan hanya menyisakan baju tipis yang menutupi tubuhnya.