karya ini murni imajinasi author jika ada kesamaan nama itu hal yang tidak di sengaja
Galang Bhaskara adalah anak yang dibuang oleh ayah kandungnya sendiri waktu masih bayi. Setelah Galang tepat berumur tujuh belas tahun, Galang bermimpi bertemu kakek tua bungkuk yang mengaku sebagai leluhurnya.
Bagaimana perjalanan Galang untuk menjadi pahlawan kota? Dan, akankah Galang menemukan keluarga kandungnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
arwah
"Akkhh... ampun!" rintih kuntilanak tersebut karena Galang kembali menjabaknya.
"Kami di suruh sama Mbah Suri. Antar aku ke rumahnya," ucap kuntilanak tersebut.
"Baiklah," ucap Galang.
Galang diantar ke gubuk Mbah Suri yang berada di pinggiran hutan.
"Permisi," ucap Galang.
Pintu terbuka, menampakan nenek-nenek keriput. "Ada apa kamu kesini?" tanya Mbah Suri.
"Apa, Mbah yang namanya Mbah Suri?" tanya Galang.
"Iya. Saya peringatkan pada Mbah, hentikan teror yang ada di desa ini, atau aku sendiri yang akan menghentikannya secara paksa," ucap Galang.
"Kenapa bocah ini bisa tau? Aku bahkan tidak bisa merasakan kekuatan apa-apa dalam bocah ini. Pasti bocah ini cuman anak indigo," ucap Mbah Suri dalam hati.
"Hahaha, bocah ingusan! Pergi sana, jangan ikut campur! Kalau tidak, akan kuhabisi kau!" ucap Mbah Suri.
Galang langsung menarik tangan Mbah Suri dan melemparnya keluar dari gubuk itu.
"Bugh! Brengsek!" teriak Mbah Suri.
Mbah Suri mengelap cincin hitam di jariannya. Tiba-tiba, datang setan yang sangat banyak dan langsung melesat ke arah Galang.
"Singokolo, makan mereka semua!" ucap Galang.
"Baik, tuan!" Singokolo menunjukan kepalanya. Kali ini, kepala Singokolo berbeda; taringnya lebih panjang, matanya merah menyala, dan ukurannya sekarang jauh lebih besar.
Hantu-hantu yang melihat kepala Singokolo langsung kabur, dan ada sebagian yang sudah termakan.
"Pantas saja bocah ini kuat. Ternyata dia punya khodam," ucap Mbah Suri.
Mbah Suri membacakan mantra aneh. Tiba-tiba, dari bawah tanah keluar ular piton raksasa. Singokolo juga keluar, menampakan wujudnya yang sekarang jauh lebih besar dari sebelumnya. Galang kaget melihat perubahan Singokolo.
"Apa ini efek menyerap kalung itu?" tanya Galang dalam hati.
Ular piton milik Mbah Suri langsung membuka mulutnya dan menggigit kaki Singokolo. Tetapi Singokolo tidak menghindar, malah taring-taring ular tersebut patah dan berjatuhan di tanah.
Melihat taringnya patah, ular piton tersebut mencoba lari, tetapi langsung di terkam oleh Singokolo dan di makan hidup-hidup.
Mbah Suri membelalakan matanya melihat khodam ularnya di makan. Mbah Suri terduduk lemas.
Galang menghampiri Mbah Suri. "Sebenarnya, kenapa Mbah meneror warga desa? Ada apa, Mbah?" tanya Galang.
"Sebenarnya, warga desa telah menghakimi dan membunuh kakekku hanya karena kematian seseorang yang tidak wajar, dan entah siapa yang memulainya menuduh kakeku menyantet orang tersebut," ucap Mbah Suri sambil menangis.
"Begitu, yah? Tetapi, apa dengan Mbah meneror warga? Kakek Mbah bisa hidup kembali? Tidak, kakek Mbah mati seperti itu karena memang sudah takdir. Dan asal Mbah tau, banyak warga yang tidak bersalah ikut menderita akibat perbuatan Mbah. Sekarang, Mbah mengakui semua perbuatan Mbah, atau aku akan membunuh Mbah bersama setan-setan milik Mbah di sini," ucap Galang.
"Baiklah, anak muda. Aku akan mengakui perbuatanku. Aku menyesal sudah menyakiti semua warga. Mungkin saja ada benarnya kata kau bahwa kakeku sudah takdir mati seperti itu. Terima kasih, anak muda. Kau telah menyadarkanku."
"Suruh lah khodam mu untuk menyedot seluruh Ilmu miliku, dan bakarlah gubuk itu jika kau tidak percaya denganku," ucap Mbah Suri.
"Baiklah," ucap Galang. Galang langsung memerintah Singokolo menyerap Ilmu hitam milik Mbah Suri.
"Jika aku membakar gubuk ini, Mbah tinggal di mana?" tanya Galang.
"Kamu tidak usah menghawatirkanku, anak muda. Setelah aku mengakui perbuatanku pada warga di sini, aku akan tinggal di rumah anakku. Itu juga kalau aku tidak bernasib sama dengan kakek ku," ucap Mbah Suri, dan berlalu pergi.
Galang melihat punggung Mbah Suri dengan ekspresi rumit. Galang pun kembali memerintah Singokolo membakar gubuk Mbah Suri.
"Tuan, izinkan kami ikut tuan," ucap para hantu-hantu milik Mbah Suri.
"Baiklah, Singo. Kamu bawa mereka ke hutan Demit, dan jangan izinkan mereka menakuti, apalagi menyakiti para warga," ucap Galang.
"Baik, tuan," ucap Singo.
Galang kembali ke rumah Shafira.
"Gimana, nak? Kamu berhasil ngusir setan-setan yang ada di sini?" tanya Bapak Shafira, begitu melihat Galang masuk.
"Udah, pak. Aman," ucap Galang.
"Perbuatan siapa sampai ngeror warga ini, nak?" tanya Bapak Shafira.
"Itu perbuatan Mbah Suri. Dia meneror warga karena kesalahan para warga yang sudah menghakimi kakeknya sampai meninggal. Tapi tenang saja, Mbah Suri udah sadar dan mengakui semua perbuatannya," ucap Galang.
"Jadi Mbah Suri cucu dari kakek-kakek itu. Pantas saja dia melakukan semua ini," ucap Bapak Shafira.
"Yok, lanjut lagi," ucap Gio.
"Oke," ucap mereka bertiga.
Setengah sebelas, mereka selesai kerja kelompok dan bersiap-siap untuk pulang.
"Kami pamit dulu, yah, om, tante," ucap Tanty.
"Iya," ucap Ibu Shafira.
Tiba-tiba, banyak warga datang ke rumah Shafira.
"Ada apa ini, pak RT?" tanya Ibu Shafira.
"Siapa anak yang namanya Galang?" tanya Pak RT.
"Saya, pak. Ada apa, yah?" tanya Galang.
"Makasih, yah, mas. Berkat kamu, warga bebas dari teror yang di sebabkan Mbah Suri," ucap Pak RT.
Dan diikuti para warga yang datang.
"Iya, pak. Sama-sama. Sudah kewajiban saya untuk membantu sesama. Sekarang, para warga tenang saja, udah ga ada hantu lagi di sini, udah saya usir semuanya," ucap Galang.
"Ouhhhhhh!" teriak senang para warga karena terbebas dari teror yang bertahun-tahun di desanya.
"Kami permisi dulu, yah," ucap Galang.
"Iya, hati-hati di jalan, mas Galang," ucap Pak RT.
Galang menggas motornya, dan di belakang diikuti Gio.
"Hebat kamu, Lang. Bisa ngusir hantu," ucap Tanty.
"Cuma kebetulan aja," ucap Galang.
"Sejak kapan kamu jadi dukun, Lang?" tanya Tanty.
"Enak aja, aku bukan dukun. Cuma ngerti dikit-dikit," ucap Galang.
"Yah, sama aja. Dukun."
"Serah kamu aja lah,"
Setelah beberapa jam perjalanan, Galang dan Tanty sampai di rumah Alex.
"Makasih, yah, Lang. Udah nganterin," ucap Tanty.
"Iya, udah. Sana, masuk," ucap Galang.
Melihat Tanty masuk, Galang kembali menjalankan motornya ke rumah.
Singkat cerita, esok hari pun tiba. Saat ini, Galang sedang berada di sekolah. Saat Galang sedang memperhatikan pelajaran, nampak seorang lelaki lewat di depan kelas, dan di belakangnya ada perempuan dengan bercak darah di mana-mana.
"Siapa dia?" gumam Galang dalam hati.
Bel istirahat berbunyi, Galang langsung keluar mencari laki-laki tadi.
"Kamu mau kemana, Lang?" tanya Tanty.
"Toilet," jawab Galang.
Keluar dari kelas, Galang keliling mencari laki-laki tadi.
"Ke mana sih tuh bocah?" ucap Galang dalam hati.
Saat Galang akan kembali berjalan, Galang melihat dari lantai atas sosok arwah tersebut memperhatikannya.
"Siapa kamu?" tanya Galang melalui telepati.
Arwah tersebut tidak menjawab dan pergi menghilang begitu saja.