Di tengah hujan yang deras, Jane Rydell, melihat seorang pria terkapar, di pinggir jalan penuh dengan luka.
Dengan tanpa ragu, Jane menolong pria itu, karena rasa pedulinya terhadap seseorang yang teraniaya, begitu tinggi.
Hendrik Fernandez, ternyata seorang pria yang dingin dan kaku, yang tidak tahu caranya untuk bersikap ramah.
Membuat Jane, gadis berusia dua puluh tiga tahun itu, dengan sabar menunjukkan perhatiannya, untuk mengajarkan pada pria dingin itu, bagaimana caranya mencintai dan di cintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32.
Begitu pintu Jane buka, ia langsung di sambut dengan lemparan sebuah benda, yang nyaris saja mengenai dirinya.
"Dasar tidak tahu diri! kalau bukan aku yang menyuruhmu pulang, kau tidak tahu pulang!" teriak Ayah Jane dengan kencangnya, memandang Jane dengan tajam.
Jane yang di sambut dengan teriakan Ayahnya, tentu saja terkejut bukan main, ia tidak tahu apa yang telah ia perbuat, sehingga Ayahnya bisa begitu marah padanya.
"Ada apa? apa memangnya apa yang telah ku lakukan, bukankah aku orang asing di rumah ini, kenapa Papa begitu mengharapkan aku pulang, kau kan sudah memiliki keluarga, yang paling kau sayangi?!" sahut Jane tidak mau kalah, menaikkan nada suaranya dengan kesal.
"Kau sudah pandai melawan sekarang, ya! minta maaf pada adikmu!!" teriak Ayahnya dengan berang.
"Sudahlah Pa, kak Jane tidak sengaja melakukannya, aku juga tidak mempermasalahkannya!" sahut adik tiri Jane, dengan suara yang begitu sedih sembari memegang lengan Ayahnya, seperti anak ayam yang terluka.
Jane memutar matanya melihat adik tirinya, yang terlihat begitu rapuh sekali, mencari perhatian Ayahnya tersebut.
"Dasar drama!" gumam Jane dingin.
"Apa katamu? kau memang semakin tidak bisa di atur! ini lah akibat terlalu di manjakan Ibumu!" sahut Ayah Jane dengan nada tinggi.
"Hah?! apa kata Papa? jangan menghina Mamaku! karena kelakuan Papa berselingkuh di luar sana, dan membawa selingkuhan Papa ke rumah, Mamaku jadi sakit-sakitan dan tertekan karena provokasi dari perempuan itu!!" teriak Jane dengan penuh emosi, lalu menunjuk Ibu tirinya dengan wajah berang.
Plak!!
Pipi Jane terasa begitu panas, tiba-tiba tangan Ayahnya dengan kencang menampar pipinya.
Wajah Ayahnya terlihat merah padam, menatap Jane dengan tatapan setajam pisau, dan itu membuat Jane merasakan hatinya, mendadak menjadi sedingin es.
Semenjak Ibunya meninggal, Ayahnya tidak pernah menunjukkan rasa sayang pada Jane lagi.
Ayahnya lebih mendengarkan perkataan adik dan Ibu tiri Jane, ketimbang ia putri dari istri pertama yang dulu sangat ia sayangi.
"Matamu!! kau semakin tidak bisa di atur, sudah salah bukannya minta maaf, malah membangkang! cepat minta maaf pada adikmu!!" teriak Ayah Jane dengan tangan terkepal dengan eratnya.
"Suamiku... jangan marah lagi, tidak baik untuk kesehatanmu, Jane mungkin tidak sengaja mengatakan adiknya seorang jalang, sudahlah! jangan marahi dia, kasihan... ia sudah tidak punya Ibu lagi!" sahut Ibu tiri Jane, dengan suara yang begitu lembut, dan penuh perhatian pada Ayah Jane.
Dasar, ular berbisa! bisik hati Jane, memandang Ibu tirinya, yang terlihat begitu penuh perhatian, tapi sudut mata Ibu tirinya itu memandang sinis ke arah Jane.
"Aku di suruh datang ke mari untuk mengambil barang Mamaku, bukan untuk ditindas! kalian memang satu keluarga brengsek!! aku tidak ingin terlibat dengan kalian lagi, mulai hari ini dan kedepannya!!" kata Jane dengan nada tinggi.
Plak!!
Satu tamparan lagi terasa begitu panas, mendarat di pipi Jane, membuat Jane semakin membenci Ayahnya itu.
"Minta maaf pada adikmu!! kenapa kau menyebarkan rumor yang tidak benar tentangnya di kampus! apa kau tidak tahu, itu bisa merusak prestasi nya, dan ia akan sulit mendapat pekerjaan bergengsi!!" teriak Ayah Jane dengan kencang.
"Aku tidak melakukan kesalahan, dan aku tidak ada menyebarkan apapun, memangnya aku kurang kerjaan, mengurusi dia yang tidak penting sama sekali!!" sahut Jane dengan nada tinggi.
"Apa katamu? tidak penting? semenjak kau hidup sendiri, kau semakin kasar berbicara, tidak memiliki kelembutan sedikitpun, dan hatimu semakin kejam!!" ujar Ayah Jane dengan tajam.
Jane menatap Ayahnya dengan dingin, sembari memegang pipinya yang terasa berdenyut, akibat tamparan Ayahnya yang begitu kuat.
"Jadi, kalian ini tidak kejam? menyalahkan aku terus, dan menindas ku!" sahut Jane dengan tajam.
"Mungkin karena menikah dengan monster itu, kak Jane jadi bukan seperti dirinya lagi!" sahut adik Jane, menyulut emosi Ayahnya.
"Lebih bagus kau mati saja, bersama monster itu! aku tidak sudi punya seorang putri, yang tahu nya mengganggu Lusi saja, kau telah di butakan oleh rasa cemburu!!" sahut Ayah Jane, terbakar emosi.
"Iya, bagus! dan aku tidak sudi punya seorang Ayah yang buta dan bodoh, hanya bisa di bohongi selingkuhan yang berhati serigala!" sahut Jane dengan dingin.
Ia pun berjalan untuk mengambil barang Ibunya yang tertinggal, dan ia berjanji dalam hati, tidak akan pernah menginjakkan kaki lagi ke rumah Ayahnya tersebut.
"Berhenti! kau sungguh lancang menghina Mama mu!!" teriak Ayah Jane semakin tersulut emosi, mendengar Jane mengatakan istri ke duanya, sebagai serigala.
"Dia bukan Mamaku! Mamaku sudah meninggal karena perbuatannya!!" teriak Jane, naik darah sembari menunjuk Ibu tirinya, dengan tatapan amarah di atas maksimal.
Bersambung....