Marsha Aulia mengira, ia tidak akan pernah bertemu kembali dengan sang mantan kekasih. Namun, takdir berkata lain. Pria yang mengkhianatinya itu, justru kini menjadi atasan di tempatnya bekerja. Gadis berusia 27 tahun itu ingin kembali lari, menjauh seperti yang ia lakukan lima tahun lalu. Namun apa daya, ia terikat dengan kontrak kerja yang tak boleh di langgarnya. Apa yang harus Marsha lakukan? Berpura-pura tidak mengenal pria itu? Atau justru kembali menjalin hubungan saat pria yang telah beristri itu mengatakan jika masih sangat mencintainya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Five Vee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. Aku Baik-Baik Saja, Al.
Satu bulan berlalu.
Marsha telah bisa beradaptasi dengan kehidupan barunya di Jakarta. Pekerjaannya juga berjalan dengan lancar. Gadis itu pun menikmati hari-harinya dengan santai.
Hari ini adalah akhir bulan. Marsha sedang mengecek ketersediaan bahan makanan di gudang penyimpanan. Hal itu mengingatkan Marsha dengan Chef Made. Di cabang Bali, mereka selalu mengerjakannya bersama. Namun disini ia sendirian. Supervisor dapur sedang mengambil cuti karena ada urusan keluarga.
“Ah, aku jadi merindukan Chef Made.” Gumam Marsha sembari meregangkan tangannya.
Beberapa stok bahan makanan telah menipis. Itu artinya ia harus membuat catatan untuk di berikan kepada bagian perbelanjaan.
Setelah selesai, Marsha pun kembali ke dapur. Ia berjalan menyusuri koridor kecil penghubung dapur dan gudang stok.
“Maaf.” Ucapnya saat tanpa sengaja menabrak seseorang, karena gadis itu masih sibuk mencatat sambil berjalan. Halhasil, catatannya pun terjatuh. Marsha seketika memungutnya.
“Marsha.”
Deg.
Kepala Marsha mendongak. “Pak Revaldo.” Gumamnya. Namun gadis itu merasa akrab dengan suara sang atasan.
“Kamu tidak apa-apa?” Tanpa sadar tangan Aldo terulur mengusap lengan Marsha.
Pandangan keduanya saling beradu. Terkunci satu sama lain untuk beberapa saat.
“Aldo.” Terka Marsha. Ia dapat mengenali wajah pria itu.
“Ya.” Jawab Aldo dengan haru. Akhirnya setelah satu bulan memantau Marsha dari jauh. Kini gadis itu mengenalinya.
Ya. Selama satu bulan. Aldo terus mengawasi Marsha. Baik di restoran maupun di luar jam kerja. Aldo bahkan tahu jika mantan kekasih Rafael itu kini tengah dekat dengan Chef Robby.
Namun begitu, Aldo belum juga memberitahu keberadaan Marsha pada Rafael. Atasannya juga jarang datang ke hotel karena terlalu sibuk di perusahaannya. Beberapa kali pria itu sempat datang, tetapi sayangnya Marsha yang tidak ada di restoran.
Aldo pun berpikir, mereka memang tidak berjodoh.
“K-kamu benar Aldo?” Tanya Marsha tak percaya.
Kepala sang pria yang menjabat sebagai asisten General Manager itu mengangguk pelan.
Marsha menggeleng pelan. Kaki gadis itu tanpa sadar mundur satu langkah.
“Sha.” Aldo menahan lengan Marsha.
“Bisa kita bicara?” Tanyanya penuh harap. Sudah satu bulan berlalu. Aldo merasa sudah cukup. Dan saatnya sekarang mereka bertemu.
Marsha tidak langsung menjawab. Jantungnya tiba-tiba berdetak lebih cepat. Ia masih belum percaya dengan apa yang di lihatnya.
Ternyata Revaldo, adalah Aldo. Teman culunnya dulu. Pantas saja Marsha merasa tidak asing dengan wajah pria itu.
“Sha. Bisa kita bicara?”
“Saya masih harus bekerja, pak.” Jawab Marsha dengan sopan.
“Tidak perlu seformal itu, Sha. Kita bicara nanti sore setelah jam kerja kamu berakhir. Aku tunggu di coffee Shop Segelas Kopi.”
Marsha pun mengangguk setuju.
“Baiklah. Selamat melanjutkan kembali pekerjaanmu.”
Marsha pun pamit meninggalkan Aldo. Dan pria itu mengamati kepergian Marsha. Ia memang sengaja datang ke gudang untuk menemui gadis itu. Aldo ingin sekedar berbasa-basi membahas persediaan stok bulanan.
Namun ternyata Marsha sudah mengenalinya.
“Aku harap kamu tidak lari lagi, Sha.”
\~\~\~
Jam kerja Marsha pun telah usai. Kini gadis itu sedang berada di ruang khusus Staff dapur. Baru selesai berganti pakaian. Namun, ia tak langsung beranjak pergi.
Marsha berpikir sangat keras. Apa iya, dirinya harus menemui Aldo di kedai kopi itu? Bagaimana jika Aldo memiliki hubungan dengan Rafael?
Apa setelah ini, hidup Marsha tidak akan tenang lagi? Setelah ia bertemu dengan Aldo, mungkinkah Rafael akan muncul juga?
Ah, begitu banyak kemungkinan yang muncul di benak gadis itu.
“Sha? Masih disini. Kita pulang bersama?” Chef Robby menawarkan.
Marsha tersenyum kecil.
“Aku ada janji dengan teman lama, Chef.” Ucapnya pelan sembari menggigit bibir bawahnya.
“Dimana? Biar aku antar.” Tanya Chef Robby lagi.
Selama satu bulan ini, hubungan mereka menjadi lebih dekat. Selalu pergi dan pulang kerja bersama saat mendapat shift yang sama.
Namun Chef Robby belum berani mengutarakan isi hatinya. Ia takut Marsha akan menolak, kemudian hubungan mereka merenggang.
“Tidak Chef. Aku pergi sendiri.” Tolak Marsha secara halus. Ia tidak mungkin membiarkan Chef Robby mengantarnya. Pria dewasa itu bisa mengetahui jika Aldo adalah teman lama yang Marsha maksudkan.
“Baiklah. Kamu hati-hati.”
Marsha mengangguk kemudian keluar dari ruangan itu lebih dulu.
Butuh waktu lima belas menit untuk Marsha sampai di kedai kopi tempatnya bertemu dengan Aldo.
Sampai di tempat tujuan, ia pun memindai sekitar. Hingga menemukan Aldo duduk di sudut ruangan.
“Maaf, pak. Saya terlambat.” Ucap Marsha yang kemudian duduk di depan Aldo.
“Jangan terlalu formal, Sha. Kita sedang tidak bekerja.” Ucap Aldo sembari mendorong daftar menu depan Marsha.
“Es cappucino.”
Aldo mengangguk. Ia mencatat pesanan Marsha. Kemudian pergi menuju tempat pemesanan.
Sepuluh menit kemudian, pria itu kembali dengan nampan berisi dua gelas es cappucino, dan dua potong kue tiramisu.
“Silahkan, Sha.” Aldo meletakan segelas kopi dan sepotong kue di hadapan Marsha.
“Terimakasih, pa- Al.” Gadis itu meraih gelas kopinya.
Hening sesaat. Marsha sibuk mengaduk kopi dengan sedotan stainless steel. Dan Aldo hanya mengamati.
“Jadi, kamu sudah lima tahun bekerja di Harmony?” Tanya Aldo menyebut nama hotel tempat mereka bekerja. Ia sudah mencari tahu tentang Marsha sebelumnya.
“Ya.” Jawab Marsha singkat. Jujur ia masih merasa canggung. Pria di hadapannya ini berstatus sebagai Asisten General Manager di tempat mereka bekerja.
“Sha. Kamu apa kabar?” Tanya Aldo dengan suara terdengar bergetar. Marsha pun memberanikan diri menatap pria itu.
“Aku baik-baik saja, Al. Seperti yang kamu lihat sekarang.” Gadis itu tersenyum. Ia teringat, jika lima tahun lalu, Aldo merasa bersalah padanya.
“Bukan sekarang, Sha. Tetapi lima tahun lalu. Aku benar-benar minta maaf sama kamu. Karena aku, kamu pergi meninggalkan Jakarta.” Aldo menjeda ucapannya. Pria itu menyeka sudut matanya.
“Al. Bisakah kita tidak membahas hal itu lagi? Aku sudah melupakannya.” Bohong Marsha, karena sampai kapanpun ia tidak akan bisa melupakan pengkhianatan Rafael.
“Tetapi, Sha—
Marsha menggelengkan kepalanya. “Please, Al. Sekarang aku sudah bisa menikmati hidupku. Jadi, tolong jangan membahas yang telah berlalu.” Gadis itu menyunggingkan sudut bibirnya.
“Bagaimana dengan kamu? Kenapa bisa berubah begini?” Marsha mengalihkan pembicaraan. Meski tak bisa melupakan kejadian lima tahun lalu, namun ia enggan untuk membahasnya lagi.
Aldo menghela nafas pelan. Ia menyeruput sedikit es cappucino sebelum menjawab.
“Aku hanya mengikuti perkembangan zaman, Sha. Berpenampilan culun membuat banyak orang meremehkan. Bahkan mencemooh. Karena itu, aku memutuskan untuk merubah penampilan. Meski di awal sangat tidak nyaman.” Jelas Aldo dengan tersenyum kecut.
Marsha terkekeh pelan. “Aku sampai tidak mengenalimu saat pertama kali kita bertemu. Tetapi, aku benar-benar merasa pernah bertemu dengan kamu. Dan ternyata benar ‘kan.”
Aldo mengangguk. “Aku sudah bersiap jika kamu mengenaliku. Tetapi sayangnya tidak.” Ia berpura-pura kecewa.
Mereka kemudian tertawa bersama.
‘Aku senang bisa membuat kamu tertawa, Sha. Maafkan aku. Kamu pasti melewatkan hidup yang sulit lima tahun lalu.’
mungkin itu jg yg membuat banyak orang tidak bisa hidup damai, karena sakit hati harus dibalas dengan sakit hati jg.. 🤦🏻♂️
.
cerita nya bagus, keren 👍
secangkir kopi buat author ☕