Hai ketemu dengan karya mommy terbaru lagi.
happy reading.
Yolanda Fox, wanita bersuami Mikel Smit sudah lima tahun bahtera rumah tangganya harus tergoncang dengan kehadiran orang ketiga yang di nikahi oleh suaminya tanpa sepengetahuannya.
"Kenalkan dia adalah Nikita istriku yang kedua," dengan santai Mikel berucap.
"KAU! TEGA!" marah, kesal, kecewa, hancur hatinya menjadi satu saat di paksa hadir ke rumah orang tua suaminya. di kira mau di cemooh atau di omong mandul seperti biasanya.
"Tunggu, Ola! Jangan buat seolah aku salah besar! Ini suamuanya karena kamu! Kamu tidak bisa hamil!" bentaknya.
Yolanda dengan menyeka air matanya dan menghempaskan tangan suaminya yang menenahannya lalu keluar dari rumah itu tanpa pamit lagi.
"Kamu tega!!!!!!!!" teriaknya di dalam mobil yang masih di halaman itu.
"Aku tidak terima!!!! aku harus membalas ini!!!!" amarah yang membuncah dalam dirinya.
Bagaimana kisah kelanjutan Yolanda? Apakah mampu memisahkan madunya? atau dia memilih pergi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27: Axel Memulai Mendekati Ola, Menunjukkan Sisi Romantisnya
"Aku rasa ini mungkin saatnya aku harus jujur," lirih Axel yang mantap kali ini.
Axel telah sampai pada titik di mana dia tidak bisa lagi membohongi perasaannya. Setelah bertahun tahun berdiri di samping Ola, mendukungnya tanpa pamrih, dia menyadari bahwa perasaannya bukan lagi sekadar perhatian seorang teman. Dia mencintai Ola dan kali ini, dia memutuskan untuk lebih berani dan jujur pada dirinya sendiri.
Axel memberanikan diri untuk mengajak Ola makan malam. Mereka telah sering berbagi waktu bersama, tetapi kali ini Axel ingin menjadikan momen itu spesial. Dia ingin menunjukkan bahwa perasaannya pada Ola bukan lagi sekadar rasa kasih sayang biasa. Setelah berbincang ringan di restoran mewah yang Axel pilih, tiba tiba suasana menjadi lebih serius.
"Ola," ucap Axel pelan, memecah keheningan sesaat. Tatapannya dalam dan penuh makna, seakan ada sesuatu yang sangat penting yang ingin disampaikan.
"Ada apa, Axel? Kamu terlihat... tegang." tanya Ola.
Axel menarik napas panjang, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berpacu.
"Aku sudah lama ingin mengatakan ini. Sudah cukup lama aku menahan diri, memberikanmu ruang karena aku tahu kamu butuh waktu untuk sembuh dari masa lalu." ucap Axel.
Ola mengerutkan keningnya, tetapi tetap mendengarkan dengan tenang.
"Aku mencintaimu, Ola. Aku ingin lebih dekat denganmu. Bukan hanya sebagai teman, tapi lebih dari itu. Aku ingin kita bisa bersama, menjadi sebuah keluarga," ucap Axel dengan jujur, matanya tak lepas dari wajah Ola.
Ola terdiam sejenak. Perasaan campur aduk mulai merayapi hatinya. Axel selalu ada untuknya, dan tak bisa dipungkiri bahwa perhatian serta kebaikan Axel selama ini telah mengisi hidupnya. Setelah beberapa saat merenung, Ola tersenyum tipis.
"Axel... aku menghargai kejujuranmu. Aku tahu betapa besar peranmu dalam kehidupanku sekarang. Dan mungkin, aku juga harus jujur pada diriku sendiri," ucapnya perlahan. "Aku akan memberikan kesempatan itu. Kita bisa mencoba." akhirnya Ola menyetujuinya.
Perasaan lega langsung melingkupi Axel. Sebuah senyuman yang tak bisa disembunyikannya muncul di wajahnya.
"Terima kasih, Ola. Aku janji akan menjaga perasaanmu, selalu." ucap Axel dengan berani mengecup tangan Ola yang di pegangnya.
***
Sejak malam itu, hubungan mereka mulai berubah. Keduanya semakin sering berbagi waktu, dan Axel mulai menunjukkan sisi romantisnya. Hal hal kecil, seperti mengirimkan bunga, memberikan perhatian pada hal hal yang disukai Ola, hingga mengajak Lei bermain bersama, membuat hubungan mereka terasa manis dan penuh cinta. Bahkan, Lei yang masih belum genap lima tahun, tampak senang melihat kebersamaan mereka.
Sore hari, Axel mengusulkan sesuatu yang lebih istimewa.
"Ola, bagaimana kalau kita liburan? Aku sudah menyiapkan semuanya, kita bisa pergi ke Paris. Kamu, aku, dan Lei. Kita akan bersenang senang seperti keluarga." idenya.
"Hem, baiklah," jawab Ola dengan tersenyum.
Ola terkejut, tetapi juga merasa senang dengan ide itu. Paris? Kota yang selalu identik dengan romansa. Setelah memikirkannya sejenak, Ola setuju.
Mereka berangkat ke Paris bersama Lei, dan perjalanan itu menjadi momen yang tak terlupakan. Axel benar benar menunjukkan betapa ia mencintai Ola dan ingin memberikan yang terbaik untuknya. Mereka mengunjungi museum museum terkenal, menikmati makan malam romantis di atas perahu menyusuri sungai Seine, dan tentu saja, Axel membawa Ola ke Pont des Arts untuk mengunci "gembok cinta" di sana tanda bahwa hubungan mereka semakin serius.
Malam di Paris itu terasa begitu sempurna. Lampu lampu kota yang berkelap kelip di sepanjang sungai Seine menciptakan suasana romantis yang tak terbantahkan. Mereka baru saja selesai menikmati makan malam di atas perahu yang perlahan menyusuri sungai. Ola merasa sangat damai, duduk berdampingan dengan Axel yang tampak begitu bahagia melihat senyum di wajahnya.
"Aku tidak pernah membayangkan bahwa kita akan sampai di sini," ucap Ola dengan suara lembut, menatap pemandangan indah di depan mereka.
"Paris, malam yang indah, dan... kamu." lanjut Ola.
Axel mengalihkan tatapannya dari pemandangan untuk menatap Ola dengan lembut.
“Aku sudah memimpikan momen ini sejak lama, Ola. Sejak pertama kali aku melihatmu terluka, aku tahu bahwa suatu hari aku ingin melihatmu bahagia lagi. Dan sekarang, melihatmu seperti ini... itu semua yang aku inginkan.” ucap Axel.
Ola terdiam, menyadari betapa dalam perasaan Axel padanya. Ada sesuatu yang berubah di dalam dirinya, perasaan yang selama ini ia coba untuk abaikan. Tatapan Axel yang dalam dan penuh kasih membuatnya merasa lebih dicintai daripada sebelumnya.
"Aku mencintaimu, Ola. Bukan hanya karena siapa kamu sekarang, tapi juga karena segala hal yang sudah kamu lalui. Aku ingin berada di sampingmu, selalu." ucap Axel perlahan meraih tangan Ola, menggenggamnya dengan lembut.
"Axel... aku... aku juga mencintaimu," lirih Ola, suaranya nyaris tak terdengar.
Kata kata itu seperti lonceng kebahagiaan di telinga Axel. Tanpa ragu, Axel mendekatkan wajahnya ke wajah Ola, menatap bibirnya sebelum akhirnya ia mencium Ola dengan lembut. Ciuman itu awalnya penuh kehangatan, tapi seiring waktu, intensitasnya meningkat. Axel merasakan Ola membalas ciumannya, dan keduanya tenggelam dalam momen itu, seakan waktu berhenti berputar.
Tangan Axel bergerak perlahan, membelai pipi Ola, sementara Ola mendekatkan dirinya lebih dekat ke dada Axel, merasakan detak jantungnya yang berpacu cepat. Ciuman mereka semakin dalam, dan dengan setiap detik yang berlalu, mereka berdua seolah larut dalam hasrat yang selama ini tertahan.
“Aku ingin kau tahu betapa pentingnya dirimu bagiku, Ola,” lirih Axel di sela sela ciuman mereka, suaranya rendah dan penuh dengan emosi.
“Aku tak akan pernah membiarkanmu pergi lagi.” lanjutnya.
Ola merasakan panas dari setiap kata yang diucapkan Axel, meresap ke dalam hatinya. Hasrat yang selama ini terpendam mulai muncul, membuatnya tak mampu lagi menahan diri. Axel juga merasakan hal yang sama. Ciuman mereka semakin menggila, penuh dengan gairah yang selama ini tersembunyi. Namun, di tengah tengah hasrat itu, Axel menghentikan dirinya sejenak, menarik napas dalam dalam sebelum menatap Ola dengan mata yang penuh cinta.
“Kita punya banyak waktu, Ola,” ucap Axel dengan suara serak.
“Aku tidak ingin terburu buru. Aku ingin segalanya sempurna, seperti malam ini. Aku ingin kamu yakin, seperti aku yakin tentang perasaanku padamu.” lanjut Axel.
“Aku tahu, Axel. Aku tahu.” ucap Ola tersenyum kecil, lalu mengangguk pelan.
Mereka berdua saling menatap, menyadari bahwa malam itu adalah awal dari sesuatu yang lebih besar dan lebih mendalam dari yang pernah mereka bayangkan. Axel meraih tangan Ola, mengecupnya lembut, lalu memeluknya erat. Mereka tidak perlu kata kata lagi, semua telah diungkapkan melalui kehangatan tubuh mereka.
*****
Namun, sementara mereka menikmati kebahagiaan di Paris, di tempat lain, Mikel justru menghadapi kenyataan yang jauh berbeda. Agen yang dia kirim untuk mencari Nikita akhirnya berhasil menemukannya. Namun, kondisi Nikita sangat memprihatinkan—,dia ditemukan dalam keadaan stress berat, sering mengoceh dan berteriak histeris. Nikita tampak hancur, dan Mikel yang awalnya berencana untuk memperbaiki hubungannya dengan Nikita harus menerima kenyataan pahit bahwa istrinya sudah tidak lagi bisa diajak bicara secara normal.
Mikel, langsung membawa Nikita pada para ahli. Agar bisa lekas kembali kondisinya dan juga mentalnya.
"Nikita, kamu kenapa sampai seperti ini?" lirihnya setelah di rumah sakit.
...****************...
Hi semuanya! Jangan lupa tinggalkan jejak kalian disini ya.
Keren banget 🔥😍