"Maukah kau menikahi ku, untuk menutupi aib keluarga ku?" tanya Jisya pada seorang satpam yang diam menatapnya datar.
Kisah seorang gadis yang lebih rela di nikahi oleh seorang satpam muda demi tidak menikah dengan seorang pengusaha angkuh dan playboy.
Sanggupkah satpam datar itu bertahan di tengah-tengah keluarga istrinya yang sering menghinanya? atau dia memilih pergi saja? dan siapa kah sebenarnya satpam muda itu?
Mari ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salsabilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hinaan Dari Keluarga Istri
"Jangan bercanda kamu, Jisya! Apa kau sadar kau ingin menikah dengan siapa! Lihat lah laki-laki itu! Dia hanya seorang satpam yang rendah dan berada di bawah kita! Lebih baik kau tidak usah menikah jika yang ingin kau jadikan suami hanya laki-laki rendahan seperti dia!" Bentak Damar tak terima jika putrinya ingin menikah dengan seorang laki-laki yang hanya berstatus satpam.
"Kalau kata Papa tidak usah menikah. Baiklah, aku tidak akan melangsungkan pernikahan untuk hari ini. Karena aku juga tidak ingin menikah dengan pria itu," jawab Jisya terdengar lirih tapi mengandung ketegasan di dalamnya.
"Kau! Berani kau, Jisya!" Damar mengangkat tangan ingin menampar putrinya.
Jisya langsung menutup kedua netranya ketika tangan sang Papa terangkat yang sebentar lagi akan mendarat di pipinya.
Tak!
Sebuah tangan kokoh menahan tangan Damar yang sedikit lagi mendarat di pipi putrinya.
Damar melihat pria yang berani menahan tangannya itu dengan mata menyala marah.
"Tidak baik memukuli seorang wanita. Apa lagi andya adalah orang tua dari gadis ini," terdengar suara bariton dari satpam yang jarang sekali berbicara itu dengan wajah datarnya menatap Damar.
Damar menarik tangannya seolah jijik dengan bekas sentuhan satpam di hadapannya sembari mengusap-usap tangan itu di bajunya.
Dia menatap pemuda di depannya dan berdecih. "Nikahkan anak durhaka ini dengan satpam miskin dan tidak tahu diri itu," ucap Damar dengan angkuhnya.
"Aku tidak setuju, Mas! Yang benar saja! Dia itu laki-laki miskin dan hanya seorang satpam! Jika dia sampai menikah dengan putri kita, lalu nanti mau di kasih makan apa putri kita, Mas!" Tolak Mama Sua tak terima dengan keputusan sang suami.
"Biarkan saja anak durhaka itu merasakan bagaimana hidup dengan laki-laki miskin yang susah seperti satpam itu!" Kata Damar membuang muka dari pria satpam tersebut.
,,,
"Ku terima nikah dan kawinnya Jisya Nidya binti Damar dengan mas kawin 200 ribu rupiah di bayar tunai!" Suara bariton pria itu bergema mengucapkan ijab kabul untuk menikahi seorang wanita permintaan sendiri dari pemilik badan.
"Bagaimana para saksi?"
"Sah"
"Sah"
Setelah itu keduanya saling berhadapan. Karena pria bernama Arga itu memang tidak punya persiapan pernikahan. Akhirnya pria itu tidak memberikan apa pun pada wanita yang baru saja menjadi istrinya itu, layaknya pernikahan yang biasa bertukar cincin.
"Risiko kalau mau nikah sama satpam yang memang dari kalangan bawah, iya gitu, tidak ada apa-apanya yang di berikan, hanya ada mas kawin sebesar 200 ribu, dasar adik bodoh! Senang-senang ada yang mau nikahi seorang pengusaha, tapi kau malah ingin menikah dengan sampah yang banyak di dapatkan di jalanan!" Sinis Arini pada adiknya.
Jisya hanya diam menunduk mendengar sindiran pedas dari sang kakak.
"Bodoh kok di pelihara! Ayo kita naik sayang. Di sini jadinya terasa seperti bau sampah! Karena ada sampah di sini, busuk!" Lanjut Arini mengajak suaminya untuk pulang.
"Dasar anak bodoh!" Damar juga mengumpati putrinya dengan mulut pedas dan merasa sangat malu pada tetamu undangan karena putrinya malah berakhir dan menikah dengan laki-laki dari kalangan bawah seperti Arga.
Seusai pernikahan para tetamu undangan juga semua izin pamit pulang. Arga juga ternyata pulang ke rumahnya tanpa mengeluarkan sepatah katapun pada istrinya dan juga semua keluarga istrinya yang sangat angkuh dan menghinanya habis-habisan di upacara pernikahan tadi.
*
Malam hari pun telah tiba.
Tok Tok Tok
Terdengar suara ketukan dari luar pintu rumah Arga.
Pria itu melangkah membuka pintu dan melihat siapa yang berada di depan pintu rumahnya.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya pria itu pada gadis di depannya dengan ekspresi biasa (datar).
Jisya meremas jemari tangannya dan berusaha membuang rasa malunya, "K-kau tidak ingin mengajak ku untuk masuk ke dalam?" Jisya menahan rasa malunya dan menunduk dari tatapan datar pria yang menatapnya itu.