Pernikahan yang sejatinya diinginkan seumur hidup sekali akhirnya kandas juga oleh sebuah pengkhianatan.
Di hari ia ingin memberikan sebuah kejutan anniversary yang ke 2 dan memberikan kabar tentang kehamilannya, Sita melihat sang suami Dani tengah mengerang nikmat di atas seorang perempuan yang tidak lain adalah sekretarisnya.
Hancur hatinya, namun ia memilih tegar. Meminta perceraian walau tidak mudah.
Hidup sebagai single mom membuat Arsita Ayuningrum tidak lagi percaya cinta dan fokus ke putra semata wayang nya Kai.
6 tahun berlalu, dan di saat tak terduga ia bertemu kembali dengan Dani Atmaja, sang mantan suami. Dani meminta Sita kembali, akankah Sita mau menerima mantan suami yang telah menghianatinya kembali? Akankah Kai Bhumi Abinawa mau menerima daddy nya?
Disaat bersamaan ada seorang pria single yang begitu tulus tengah berusaha mengambil hati Sita dan Kai. Pria itu bernama Raden Rama Hadyan Joyodiningrat.
Akankah Sita kembali kepada Dani, atau malah menerima Rama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Akan Ada Pelangi Setelah Badai
Pagi masih terlihat gelap. Selepas menjalankan kewajibannya agama Susi membereskan semua bajunya dan memasukkan ke dalam tas. Entah mengapa hari itu dia mempunyai perasaan tidak enak. Tidak biasanya juga dini hari ia terbangun seperti tadi. Bahkan membuatnya terjaga hingga subuh. Dadanya berdebar hebat hingga ia kesusahan bernafas. Susi berjalan keluar kamar untuk mengambil air minum di dapur karena botol minum miliknya di kamar sudah habis.
Ketika sampai di dapur ia melihat muaren sudah berada di ruang tamu. Sepertinya majikannya itu baru saja pulang. Tapi susi acuh, biasanya kalau butuh nanti pasti akan memanggil, pikir Susi. Namun seketika dia berhenti saat namanya disebut oleh majikannya itu.
"Iya… susi. Pembantuku. Bukannya dia tampak cantik. Bagaimana. Iya… pasti pria botak itu akan membayar mahal untuk dijadikan istri keempat. Hmm… iya… Dengar-dengar dia juragan di perkebunan sawit. Iya makanya itu. Oke. Nanti biar ku urus itu suci. Tapi ingat bagianku lebih besar. Oke… Siap."
Setelah menutup teleponnya Maureen naik ke lantai atas. "Hoaaam ngantuk banget. Tidur dulu lah baru ngurus itu si pembantu."
Susi yang terkejut mendengar pembicaraan maureen tentang dirinya membuat nya terduduk dilantai. Ia menangis sambil membekap mulutnya sendiri. Tapi seketika ia menghapus air matanya itu lalu bangkit berjalan menuju kamarnya dan mengambil tas yang berisi baju-baju.
" Saat ini bukan waktunya menangis dan sedih. Aku harus segera keluar dari rumah neraka ini. Untung kemarin aku sudah mendapat pekerjaan dari iklan lowongan pekerjaan di internet."
Susi pun mengendap keluar rumah beruntung ia juga memiliki kunci rumah Maureen sehingga dia bisa keluar rumah tersebut dengan aman. Setelah berhasil sampai ke luar susi berlari secepat mungkin dengan sekuat tenaga agar bisa lebih jauh dari rumah terkutuk itu.
"Mas Anton. Aku harus menelpon mas Anton." Susi berhenti di sebuah halte lalu mengambil ponselnya menghubungi Anton.
"Halo Sus kenapa?"
"Mas bisa tolong temui aku. Aku mohon."
Anton yang mendengar suara ketakutan Susi langsung mengiyakan.
"Baik. Kamu dimana?"
"Aku di halte XY."
Anton pun segera mengambil kunci mobil. Ia memang disuruh Dani untuk membawa mobil ke rumahnya. Hari masih sangat pagi, kenapa Susi berada di halte bus bukannya di rumah Mauren. Gumam Anton.
Ia melihat jam di ponselnya. Waktu masih menunjukkan pukul 05.00. Tak butuh lama, sekitar 15 menit Anton sudah sampai di halte XY. Ia sedikit terkejut melihat Susi membawa tas yang besar.
"Ayo Sus masuk." Susi menurut lalu masuk ke dalam mobil.
" Coba ceritakan ada apa pagi-pagi kamu disini dengan tas besarmu itu?"
"Hiks… nyonya muren mas… nyonya Mauren mau menjualku kepada juragan sawit untuk dijadikan istri ke empat. Hiks."
"Astagfirullah hal adzim… bisa bisa itu wanita berbuat seperti itu. Kamu ada merekamnya enggak?"
Susi menjawab dengan gelengan.
"Ya sudah. Beruntung kamu bisa keluar dari rumah tersebut. Tapi maaf Sus kau belum dapat pekerjaan baru untukmu. Baru hari ini aku mau nanya ke perusahaan."
"Tidak apa-apa mas. Kebetulan aku sudah dapat. Bisa tolong antarkan aku mas ini alamatnya."
"Jalan Bunga, nomor 57. Komplek Dewa resident. Oke aku akan antarkan."
Jalanan yang masih lenggang itu memudahkan mereka untuk menuju alamat yang dituju. Anton bergegas mengantarkan Susi ke alamat tersebut.
30 menit berkendara akhirnya mereka sampai juga. Susi turun ditemani oleh Anton. Anton ingin memastikan Susi baik-baik saja. Namun saat sudah dekat dengan pintu masuk tiba-tiba ponsel Anton berbunyi. Ternyata Dani yang menghubungi.
"Iya Tuan. Iya… Baik tuan." Anton menghela nafas panjang. "Sus aku tidak bis amenemanimu. Tuan Dani menyuruhku untuk segera datang kerumah nya."
"Nggak pa-pa. Aku bisa sendiri. Terima Kasih mas."
Anton mengangguk lalu berlalu bersama mobilnya.
"Tok… tok ...tok… Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam… ya tunggu sebentar."
Susi menunggu dengan sabar. Ia bersyukur si empunya rumah jam segini sudah bangun. Sangat jauh berbeda dengan tuan rumahnya yang dulu. Maureen akan bangun saat matahari sudah di atas kepala.
"Maaf mau bertemu dengan siapa." Sapa si pemilik rumah.
"Permisi bu. Apakah benar ini rumah ibu Arsita Ayuningrum. Nama saya Susi, saya kemarin memasukkan lamaran di lowongan yang ada di internet dan diminta datang ke alamat yang disebutkan" Ucap Susi
"Oh mbak Susi. Iya saya Sita. Mari masuk dulu mbak."
Susi masuk mengikuti Sita. Ia begitu takjub melihat isi rumah Sita yang sederhana tapi begitu elegan dan suasana nyaman dan hangat begitu terasa. Tidak seperti rumah Maureen. Lagi lagi Susi membandingkan.
"Silahkan duduk mbak Susi. Maaf saya tidak menyangka mbak Susi datang sepagi ini. Saya pikir masih agak nanti." Sita memang agak sedikit terkejut melihat Susi sudah datang sepagi itu.
"Saya yang minta maaf bu. Saya datang kepagian." Susi merasa bersalah.
"Nggak pa pa mbak. Oh iya kalau boleh tau sebelumnya mbak bekerja dimana terus mengapa berhenti."
" Sebelumnya saya bekerja di rumah Nyonya Mauren." Susi menghentikan kalimatnya dadanya terasa sesak mengingat ucapan mauren tadi pagi. Rasanya ia ingin merasakan semua itu tapi sepertinya tidak baik. Dia Harus jujur terhadap majikan barunya.
Sita seketika terkejut mendengar nama Mauren apakah Mauren yang susi ceritakan adalah Mauren yang sama dengan Mauren yang dia kenal. Tapi Sita masih membiarkan Susi menceritakan sepenuhnya dulu.
"Sebenarnya hari ini saya ingin berbicara kepada majikan saya untuk berhenti. Tapi tadi pagi…. Saya mendengar bu mauren akan menjual saya kepada seorang pria untuk dijadikan istri ke empat. Jujur saya kabur dari rumah itu bu." Susi menundukkan wajahnya dan air matanya ikut jatuh.
"Astagfirullah. Ya Allaah mbak. Kenapa bisa begitu. Kejam sekali wanita itu. Ya sudah mbak di sini saja. Mbak Susi bekerja disini saja. Saya akan memberi perlindungan kepada mbak Susi jika wanita itu mencari masalah nantinya."
"Terimakasih bu… terimakasih banyak bu."
"Baiklah mbak Susi. Sekarang istirahat saja. Kebetulan saya tadi sudah memasak jadi mbak Susi sekarang bisa istirahat. Jari ini mbak susi tidak usah mengerjakan pekerjaan rumah mbak susi tenangkan diri saja."
Susi mengangguk patuh. Sungguh ia begitu bersyukur dipertemukan dengan majikan barunya ini. "Ya Allaah, alhamdulillah. Bu Sita baik banget. Aku harus rajin bekerja di sini." Gumam Susi. Susi pun terkejut melihat kamarnya. Kamar itu lebih luas dibandingkan kamar ditempat Mauren dan lebih bagus. Susi pun merebahkan tubuhnya sejenak tanpa sadar ia tertidur karena rasa lelah di tubuh dan hatinya.
Sita duduk termenung di meja makan. Kai dan Bi Surti datang pun Sita tidak sadar.
"Neng sedang mikirin apa?"
"Eh ibu. Tidak-tidak mikirin apa-apa. Itu nanti yang akan bantu-bantu ibu sudah datang namanya mbak Susi. Sekarang Sita suruh istirahat di kamar. Kasian. Nanti Sita ceritakan ke ibu."
Bi Surti mengangguk patuh. Sebelumnya Sita sudah memberitahu akan mengambil art. Bi surti sempat menolak tapi Sita tetap memaksa akhirnya Bi Surti yang mengalah.
"Oh mbaknya udah dateng mom. It's good jadi nenek tidak capek. Dna nenek ada temannya kalau mommy lagi kerja dan Kai sekolah."
"Iya sayang terimakasih ya. Cucu nenek memang baik."
"Sama-sama nek. Kai juga sayang sama nenek." Ucap kai sambil memeluk dan mencium Bi Surti.
Bi surti menangis haru mendapat perlakuan dari Kai. Ia benar-benar menyayangi Sita dan Kai. Bi Surti berharap Sita dan Kai dapat bahagia setelah banyak penderitaan yang dilalui. Akan ada pelangi setelah badai neng. Bi Surti yakin itu Allah akan memberikan kebahagiaan kepada Neng Sita dan Kai. Batin bi Surti.
TBC
hari ini 2 bab dulu ya readers tersayang.
Author sedang berusaha menulis hehehe.
terimkaasih untuk setiap dukungannya. matursuwun. maaf kalau masih banyak typo