Kelanjutan dari cerita 'Dan Cinta itu Kamu'.
Jadi, sebelum baca yang ini, baca dulu cerita sebelumnya ya, 'Dan Cinta itu Kamu'.
Setelah empat tahun berusaha untuk melupakan perasaannya terhadap Khumaira, Yoongi kembali bertemu dengan seorang gadis berjilbab lagi. Pertemuan keduanya terjadi di rumah orangtua Yoongi.
Ternyata bukan hanya Yoongi yang menaruh hati pada Zeera. Jungkook yang saat itu tidak sengaja Bertemu dengan Zeera pun menaruh hati pada gadis tersebut.
Saat Yoongi dan Zeera mulai akrab, Tuhan kembali mempertemukan Yoongi dengan Khumaira dan juga Namira, anak dari Khumaira dan Rangga.
Ternyata Rangga sudah meninggal satu tahun yang lalu saat perjalanan dinas keluar kota. Saat itu usia Namira sudah tiga tahun.
Akankah cinta lama Yoongi kembali tumbuh?
Berhasilkah Jungkook mendapatkan cinta Zeera?
Lalu Husna dan Hobi, yah mereka juga saling jatuh cinta. namun tidak ada kendala
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amalia Shah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Antara Cinta dan Kecewa
Setelah jam mengajar selesai, Zeera inisiatif mengirim pesan pada Khumaira. Dia mengajak Khumaira untuk bertemu.
"Oke. Habis aku pulang kerja ya, di cafe X." Balas Khumaira melalui pesan singkat.
"Oke teh."
"Gimana? Teh Aira mau?"
"Iya. Nanti sorean."
"Zee."
"Hmm."
"Kenapa sih kamu pengen banget tahu cerita mereka?"
Zeera terlihat sedang berpikir, mencari alasan yang tepat untuk pertanyaan Husna.
"Lebih baik kamu nggak usah terlalu tahu tentang mereka di masa lalu. Nanti kamu malah sakit hati sendiri."
"Aku hanya penasaran. Kalau emang nanti pada kenyataannya Yoongi oppa dan teh Aira saling mencintai, aku mundur na."
Husna memutar bolanya, malas berdebat lagi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Yoongi sedang menggarap album untuk idol lain. Dia terlihat sibuk di lab miliknya.
Jin datang membawa makanan serta ice Americano kesukaan Yoongi. Pria yang dikenal dengan julukan kulkas itu segera melahap makanan yang dibawa oleh Jin.
Saat itu Jin merasa dia perlu berbicara serius dengan Yoongi, mengenai perasaan adik pertamanya itu.
"Yoongi-ya."
"Hmmm."
"Kau masih berkomunikasi dengan Zeera dan juga nuna?"
Yoongi mengehentikan aktivitas mengunyah makanannya. Menatap Jin.
"Kau lanjutkan makannya. Nanti jawab pertanyaan ku."
Yoongi mengunyah dengan pelan.
"Sudah jarang. Lagi pula, kami sibuk dengan pekerjaan masing-masing."
"Lalu siapa yang akan kau pilih?" Jin menatap Yoongi.
Mendapat tatapan intimidasi dari Jin membuat Yoongi menciut. Ya, bagi mereka yang tidak tahu kepribadian para member BTS, mereka mengira bahwa Yoongi lah sang kulkas, Yoongi lah yang terlihat cuek, mengintimidasi. Padahal sebenarnya, Jin lah yang mempunyai kepribadian Yoongi ketika di depan kamera. Sedang dibelakang kamera, Yoongi lah yang memiliki kepribadian Jin di depan kamera. Intinya, kepribadian mereka tertukar saat on kamera.
"Jangan menjadi pria brengsek Yoon. Tetapkan hatimu, pilih salah satunya. Jangan sakiti mereka."
"Baik Hyung." Yoongi menunduk. Dia tidak bisa membantah ucapan Jin.
"Cepat habiskan makanannya. Lihat, kau mulai kurus lagi."
Yoongi hanya tersenyum memperlihatkan gummy smile nya. Jin ikut makan. Matanya sesekali melirik Yoongi. Pria itu memang makan, tapi tatapannya terlihat kosong.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Jam 7 malam. Ketiga wanita berjilbab tengah duduk santai menikmati secangkir kopi latte. Selain itu ada camilan yang sudah mereka pesan, ada ingeoppang dan gyeran ppang.
Khumaira tampil dengan outfit formalnya, karena dia baru saja pulang bekerja. Zeera dan Husna dengan outfit yang lebih santai. Meski jarang bertemu dan bertukar kabar, ketiganya mencoba mengakrabkan diri masing-masing.
"Apa yang mau kamu ketahui tentang masa lalu ku dan Yoongi?" Khumaira tidak mau banyak basa basi. Setelah menghabiskan satu ingeoppang, dia langsung bertanya hal tersebut pada Zeera.
Zeera sempat terdiam sebentar. Sebelum akhirnya Husna menyikut lengannya.
"Eh, aku, aku hanya ingin tahu cerita soal penculikan itu."
"Cuma itu?"
Zeera mengangguk pelan. Khumaira menatap Lamat Zeera. Sehingga Zeera menjadi salah tingkah. Khumaira tersenyum tipis.
"Awalnya aku tidak tahu kalau Yoongi adalah otak dari penculikan itu. Saat itu, aku pulang lembur dan tidak sadar ada yang mengikuti ku dari belakang. Yang aku ingat, orang itu memukul ku terus aku pingsan."
"Saat sadar, aku sudah ada di sebuah rumah yang asing."
Flashback on
POV Khumaira.
"Lepaskan aku!!!"
Mendengar teriakan ku, salah satu penjaga masuk ke dalam kamar.
"Siapa yang menyuruhmu menyulik ku?"
"Anda tidak perlu tahu nona."
"Lepaskan aku! Cepat!" Aku menatap nyalang.
"Tidak nona. Lebih baik nona istirahat."
"Bagaimana aku bisa istirahat dengan kondisi tangan dan kaki ku terikat? Cepat lepaskan!"
"Tidak. Nona masih bisa berbaring di tempat tidur meskipun tangan dan kaki nona terikat, bukan?" Penjaga itu segera keluar dari kamar.
Aku berteriak, merasa frustasi. Dalam kondisi lelah setelah bekerja, aku malah diculik. Sungguh sial!
"Awas aja, kalau aku udah tahu siapa dalangnya, nggak akan aku kasih ampun." Geram ku. Mataku memerah, antara kesal dan sedih. Karena rasa lelahnya, akhirnya aku tertidur.
(Sore hari. Setelah tiga hari Khumaira menghilang).
Pintu kamar terbuka oleh penjaga. Aku menoleh. Rona bahagia terpancar dr wajahku.
"Akhirnya kau datang, Yoon. Cepat, selamatkan aku!" Aku mendekat, meraih lengan Yoongi, memohon. Yoongi tersenyum sangat tipis.
"Saya pamit, tuan." Ucap sang penjaga.
"Tuan?" Lirih ku. Aku melepas pegangan nya, mundur beberapa langkah.
"Kenapa penjaga tadi memanggil mu, tuan? Katakan!"
"Karena mereka anak buah ku." Ucap Yoongi enteng. Dia menatap tajam ke arahku. Aku menggeleng tidak percaya. Mataki mulai berkaca-kaca.
"Kau masih ingat kejadian di hutan waktu itu?"
"....." Tentu aku mengingatnya. Bibirku seolah terkunci.
"Mereka juga anak buah ku. Aku menyuruh mereka untuk melakukan sebuah sandiwara, agar aku bisa terjebak di dalam hutan hanya berdua denganmu." Yoongi terkekeh pelan. Suara kekehan Yoongi terdengar mengerikan di telingaku. Bibirku bergetar, air mataku luruh.
"Kenapa kau menculik ku? Apa salahku padamu?"
Yoongi tersenyum miring, lalu berjalan mendekatiku. Dan aku mundur menjauhinya.
"Karena aku mencintaimu, Aira. Aku tidak mau pria lain mendekatimu, bahkan memilikimu."
"...."
"Kedekatan mu dengan Rangga Hyung saja sudah membuatku kesal. Ternyata masih ada satu pria yang ingin mendekatimu juga. Aku tidak terima!!!"
"Aku tidak menyangka kau bisa segila ini, Yoon. Kau...."
"Dan kau yang sudah membuatku gila Aira-ya!" Yoongi mencengkram kedua pipiku, hingga aku merasa kesakitan. Air mataku terus saja mengalir. Mataku sudah memerah, menahan amarah.
"Tidak hanya di dalam mimpi, tapi di dunia nyata pun kau benar-benar membuatku gila." Yoongi melepas cengkraman nya dengan kasar.
"Kalau kau mencintaiku, kau tidak akan berbuat nekat seperti ini Yoon. Ini bukan cinta, tapi obsesi!" Aku menatap nyalang pada Yoongi. Berusaha membuat dia sadar.
"Tapi aku mencintaimu jauh sebelum kita bertemu. Kau selalu muncul dalam mimpiku. Kau membuatku gelisah. Kau memporak porandakan hatiku, Aira."
Aku mengerutkan keningnya.
"Di dalam mimpiku kau lebih memilih Rangga Hyung daripada aku. Padahal jelas, kalau kau juga mencintaiku. Dan sekarang, di dunia nyata ini, aku tidak akan membiarkan Rangga Hyung ataupun pria lain memiliki mu!"
"Tapi caramu salah Yoon. Kalau itu cinta, kau tidak bisa memaksaku untuk bersamamu. Jodoh itu Tuhan yang mengatur. Kalau memang jodohku adalah Rangga, apa kau akan memisahkan ku darinya?"
"Diam!!!!" Mata Yoongi memerah, menatap penuh amarah padaku. Langkah kaki Yoongi semakin mendekat. Aku berusaha menjauh. Namun dengan cepat Yoongi meraih pinggang pinggangku dan memelukku. Aku meronta, berusaha mendorong tubuh Yoongi. Namun pelukan Yoongi terlalu erat.
"Jangan lepaskan!" Bisikan Yoongi membuat bulu kuduk ku merinding.
"Aku tahu kau orang baik. Aku mohon, biarkan aku pergi Yoon." Aku masih saja memohon, dan menangis.
"Tidak!" Yoongi melepas pelukannya. Mendorong tubuh ku ke dinding. Aku meringis. Tatapan Yoongi masih terlihat bengis. Dia mengunciku dengan kedua tangannya. Mendekatkan wajahnya pada wajahku. Semakin dekat, hingga deru nafasnya terasa di wajahku. Tahu apa yang akan Yoongi lakukan padanya, aku segera memalingkan wajahnya.
Yoongi terkekeh. "Kenapa kau menolaknya? Kau tahu, di luar sana banyak wanita yang ingin mendapatkan ciumanku. Bahkan dari mereka juga banyak yang ingin menikah denganku."
"Dan sayang nya itu bukan aku!!" Nafasku memburu menahan amarah.
Mata keduanya bersirobok. Penuh kebencian, kekecewaan dan kesedihan.
"Aku membencimu, Yoon! Aku benci!!!" Teriak ku. Aku luruh ke lantai, menangis.
Yoongi masih berdiri. Ternyata dia juga menangis. Yoongi perlahan mendekatiku. Memberanikan diri kembali memelukku
"Lepaskan!" Aku berontak. Melepas paksa pelukan Yoongi. Lalu bangkit dari duduknya, menjauh dari Yoongi. Yoongi juga berdiri.
"Aira." Tangannya hendak meraih tanganku.
"Jangan pernah menyentuhku lagi!" Tunjuk ku pada Yoongi.
Yoongi duduk bersimpuh menghadap padaku. Dia kembali menangis.
"Jangan membenciku, Aira. Ku mohon."
Nafasku terdengar masih memburu. Aku sama sekali tidak membalikkan badanku. Aku tidak mau melihat Yoongi.
"......"
"Aira-ya."
"Biarkan aku pergi." Aku menoleh. Sudut mataku melirik Yoongi yang masih terduduk.
"Tapi Aira-ya...."
Aku membalikkan badan, menatap Yoongi.
"Biarkan aku pergi! Atau, aku akan membencimu selamanya!" Suaraku penuh dengan penekanan. Sorot mataku terpancar kekecewaan.
Yoongi menutup matanya. Mengontrol emosi yang hampir saja meledak. Kemudian perlahan membuka matanya.
"Baiklah. Aku akan membawa mu keluar dari sini." Yoongi bangkit dari duduknya. Dia lebih dulu melangkah keluar dari kamar.
"Kemasi barang-barang mu, aku tunggu di depan." Ucap Yoongi saat di ambang pintu.
Aku bergegas mengemasi barang-barangnya. Lalu keluar dari kamar yang sudah mengurungnya hampir empat hari itu.
Flashback off