S 3
Jangan boom like/lompat baca /nabung bab
Diusahakan baca setiap kali update. 🙏🙏🙏
_________________________________________
Kehadiranmu dalam Takdirku adalah bagian dari skenario Tuhan. Aku tidak marah atau bahkan balas dendam kepadamu. Sebab aku tahu betul sebelum hari ini kau pernah menjadi penyebab bahagiaku. Sekarang mungkin waktunya saja yang telah usai. Perihal lukaku ini biar menjadi tanggung jawabku sendiri, sebab dari awal aku yang terlalu dalam menempatkanmu di hatiku. Doaku semoga hari-harimu bahagia tanpa aku. Dengan siapapun kamu semoga dia adalah wanita yang bisa memahamimu, menyayangimu dan membuatmu bahagia lebih dari apa yang pernah aku berikan untukmu." ~ Elmira...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 1. LUKA TAK BERDARAH
Assalamualaikum, selamat datang di karya baru author. 🤗🥰🙏🙏🙏
Happy reading...
Elmira mematut dirinya didepan cermin. Dress pemberian sang suami saat ulangtahunnya yang ke-26, kini telah melekat indah ditubuh rampingnya. Kulitnya yang putih berbaur dengan warna navy membuat auranya begitu berkilau. Rambut panjangnya ia biarkan tergerai seperti yang disukai suaminya. Tak lupa Elmira memakai kalung berinduk setengah hati pemberian suaminya saat masa kecilnya dulu, yang semakin menambah aura kecantikannya.
Elmira menoleh menatap jam yang tergantung di dinding kamar. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, sebentar lagi suaminya akan pulang setelah satu bulan dinas keluar kota. Tadi sore, Ramon memberi kabar bahwa ia akan pulang malam ini. Dan Elmira sudah menyiapkan hidangan untuk menyambut kepulangan sang suami. Di meja makan telah tertata rapi berbagai menu kesukaan suaminya.
Bibirnya yang terpoles pewarna peach, mengembangkan senyum manis membayangkan bagaimana Ramon akan dibuat tak berkedip setelah melihat penampilannya malam ini.
Cantik, satu kata yang selalu diucapkan Ramon seiring dengan ungkapan cintanya setiap kali mereka memadu kasih.
Elmira adalah seorang gadis yatim piatu yang tak pernah putus asa menjalani hidup meski hanya sebatang kara tanpa sanak saudara. Kedua orangtuanya meninggal dalam kecelakaan ketika ia baru menduduki bangku kelas 1 sekolah menengah atas.
Dari hasil jerih payahnya sendiri ia bisa menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi sampai akhirnya ia bekerja sebagai sekertaris CEO disebuah perusahaan ternama. Namun, ia harus merelakan pekerjaannya itu ketika Ramon sang pujaan hati meminangnya.
Elmira ingin mengabdikan hidupnya hanya untuk Ramon dan anak-anak mereka nanti, namun nyatanya hingga satu tahun berlalu buah cintanya bersama Ramon belum juga tumbuh didalam rahimnya.
Mendengar deru mesin mobil yang memasuki pelataran rumah, Elmira dengan gesit menyemprotkan parfum aroma Cherry Blossom kesukaan suaminya, karena wanginya yang begitu menggoda.
Elmira melangkah dengan riang sambil bersenandung pelan menuju pelataran rumah. Senyum manis menghiasi wajahnya ketika telah berdiri disamping mobil suaminya.
Begitu Ramon keluar dari dalam mobil, Elmira langsung mendesak kedalam dekapan laki-laki yang begitu dirindukannya selama satu bulan ini.
"Mira lepas," ucap Ramon sembari melepaskan kedua tangan Elmira yang melingkar erat di pinggangnya.
Elmira pun tersentak, senyumnya seketika pias. Ia memandang suaminya dengan mata berkaca-kaca. "Mas, ada apa?" Tanyanya dengan nada terdengar lirih, merasa tak percaya jika Ramon melepas pelukannya. Biasanya suaminya itu akan membalas pelukannya tak kalah erat.
"Dengar Mira, mulai detik ini. Aku bukanlah lagi sepenuhnya milikmu. Karena ada seseorang yang lebih istimewa yang mampu memberikan apa yang aku inginkan selama ini." Ucap Ramon dengan datar, namun bagai Sambaran petir yang menggelegar ditelinga Elmira.
"Mas, maksudmu apa?" Tanyanya dengan terbata.
Ramon tak langsung menjawab, ia berpindah untuk membuka pintu mobil disamping kiri. Seorang wanita yang berpenampilan cukup seksi keluar dari mobil sambil memamerkan senyumannya.
Ramon menyambut tangan wanita itu lalu menggandengnya ke hadapan Elmira.
"Mas, dia siapa?" Bibir Elmira nampak bergetar, kedua matanya semakin berkaca-kaca. Dadanya tiba-tiba saja serasa dihimpit bongkahan batu besar yang membuatnya kesulitan meraup udara, melihat seorang wanita bergelayut manja di lengan suaminya.
"Dia Bella, istriku. Kami menikah sebulan yang lalu dan sekarang Bella sedang mengandung." Ucap Ramon dengan santainya. Pria itu seakan tak memikirkan perasaan wanita yang dinikahinya satu tahun lalu atas dasar cinta.
"Apa?" Tubuh Elmira seketika lemas tak bertenaga, tubuhnya terhuyung dan hampir saja terjatuh jika tak menabrak badan mobil suaminya. Dan Ramon tanpa perasaan hanya menatap tanpa berniat untuk membantu, pria itu hanya mematung dengan membiarkan wanita yang diakuinya sebagai istri baru semakin merangkul erat lengannya.
"Mas, itu tidak benar kan? Kau hanya bercanda, kan?" Elmira menggelengkan kepalanya, ia berharap apa yang diucapkan suaminya hanyalah candaan.
"Kau harus bisa menerima kenyataan ini, Mira. Sekarang Bella juga istriku yang sekarang sedang mengandung keturunanku."
Dan lagi, dada Elmira bagaikan disayat ribuan belati yang tajam. Rasanya benar-benar sakit. Niat hati ingin memberi kejutan menyambut kepulangan suaminya, tapi malah dirinya yang terkejut dengan apa yang dibawa pulang oleh suaminya.
"Kenapa kamu tega melakukan ini padaku, Mas? Apa salahku!?" Elmira tak dapat lagi menahan air matanya, cairan bening itu kini telah membasahi pipi mulusnya.
"Kamu tidak salah apapun. Tapi satu kekuranganmu yang membuat aku menghadirkan wanita lain dalam rumah tangga kita. Bella bisa memberikan apa yang tidak bisa kamu berikan selama satu tahun pernikahan kita." Ucap Ramon sambil mengusap perut istri barunya itu.
Dada Elmira benar-benar terasa sesak melihat pemandangan didepannya. Ia merasa tak tahan lagi. Sekuat tenaga ia mencoba menguatkan diri lalu melangkah pergi dari hadapan laki-laki pertama yang menumbuhkan cinta sekaligus menorehkan luka tak berdarah dalam hatinya.
"Kamu benar-benar tega, Mas!" Elmira memukul-mukul dadanya yang benar-benar terasa sesak.
Wanita itu duduk meringkuk memeluk tubuhnya diatas tempat tidur dan menangis sejadi-jadinya. Menangisi nasib pernikahannya yang kini diambang kehancuran. Wanita mana yang rela berbagi suami dengan wanita lain. Hanya karena dirinya yang belum juga mengandung, suaminya itu tega mengkhianati janji suci pernikahan mereka, dengan menghadirkan orang ketiga dalam rumah tangga mereka yang sudah berjalan satu tahun lamanya.
"Mira, ayo keluar. Aku ingin berbicara sebentar." Panggil Ramon disertai ketukan pintu.
Namun, Elmira sama sekali tidak mempedulikan, ia menutup kedua telinganya tak ingin mendengarkan apapun. Tapi nyatanya suara suaminya diluar kamar masih jelas terdengar di telinganya.
"Mira ayo keluar!" Suara Ramon mulai meninggi. Pria itu menjadi kesal karena sikap keras kepala istrinya itu. Selama ini Elmira selalu menuruti apapun perkataannya.
"Aku tidak mau keluar!" Akhirnya Elmira berteriak.
"Aku tahu Mas pasti ingin membawa wanita itu tidur dikamar ini. Aku tidak akan membiarkan siapapun masuk ke kamarku. Silahkan kalian tidur dikamar tamu!" Kembali Elmira memukul dadanya setelah mengatakan hal itu. Membayangkan suaminya tidur dengan wanita lain sungguh membuatnya benar-benar sakit.
"Mas, aku tidak ingin tidur kamar tamu. Aku ingin tidur dikamar utama." Rengek Bella, wanita itu sejak tadi terus bergelayut manja di lengan Ramon.
"Kau tenang saja, aku pasti bisa membujuk Mira untuk mengizinkanmu tidur dikamar ini." Ucap Ramon menenangkan istri barunya. Pria itu kembali mengetuk pintu kamar Elmira semakin keras.
"Dikamar tamu pasti banyak debunya, dan aku tidak mau sampai terjadi sesuatu pada kandungan Bella. Jadi kau harus mengizinkan Bella tidur dikamar ini. Atau kau yang pindah ke kamar tamu."
Didalam kamar, air mata Elmira semakin deras mengalir. Sungguh suaminya itu kini benar-benar tak berperasaan, tega sekali ingin memberikan kamarnya yang menjadi saksi kisah cinta mereka pada wanita lain.
"Sampai kapanpun aku tidak akan mengizinkan siapapun masuk ke kamarku. Kalau kalian tidak terima silahkan pergi dari rumah ini!" Elmira kembali berteriak.
"Mas, berani sekali dia mengusirmu dari rumahmu sendiri." Bella mencoba menghasut.
"Ini memang rumahnya Mira. Aku sudah mengalihkan atas namanya sebagai hadiah pernikahan. Dan sekarang sebaiknya kita beristirahat di kamar tamu saja, biar aku yang membersihkannya." Ramon berusaha membujuk istri barunya itu. Ia lebih memilih membersihkan kamar tamu daripada harus berdebat dengan Mira.
Ramon memeluk pinggang Bella dan membawanya menuju kamar tamu.
Sementara itu, tangis Elmira perlahan mereda. Ia tak mendengar lagi suara suaminya diluar kamar. Perlahan ia menapakkan kakinya ke lantai, dengan langkah gontai ia berjalan menuju pintu kamar. Tangannya bergetar memutar gagang pintu. Terdengar helaan nafas panjang namun masih terasa sesak ketika tak mendapati suaminya diluar kamar. Sekarang suaminya pasti sedang berada dikamar tamu bersama istri barunya.
Air mata Elmira kembali luruh membayangkan apa yang sedang dilakukan suaminya saat ini bersama Bella didalam kamar itu.