Sakitnya Di MADU

Sakitnya Di MADU

Bab 1 : Awal Sakit Hati

Kepada Yolanda Fox.

Aku menulis surat ini dengan hati yang berat, tetapi aku merasa tidak ada lagi jalan lain agar kamu tahu. Namaku Nikita Burg, dan aku adalah istri kedua suamimu Mikel Smit. Aku ingin kamu tahu bahwa aku sangat menyadari betapa sulitnya kondisi ini bagimu. Aku ingin bicara empat mata denganku secara langsung agar kita bisa menyelesaikan masalah ini dengan cara yang baik.

Aku berniat mundur jika memang ini menyakitimu, tanpa aku berucap pun sudah pasti menyakitimu. Aku terpaksa.

Nikita Burg

Setelah membaca surat itu, Yolanda merasa seolah olah tanah di bawah kakinya telah digeser. Semula suasana pagi yang tenang dan damai tiba tiba berubah menjadi kekacauan yang mengerikan. Mikel, suaminya, telah menikah lagi? Dan dengan wanita yang tidak dikenal? Rasa sakit itu seperti pisau tajam yang menembus jantungnya, membuatnya kesulitan bernapas.

Dengan tangan bergetar, Yolanda menempatkan surat itu kembali ke amplop dan berusaha menenangkan diri. Dia tidak pernah membayangkan hari seperti ini akan datang. Mikel selalu tampak seperti pria yang penuh perhatian dan penuh kasih sayang. Mereka telah menjalani biduk rumah tangga hingga 5 tahun ada kebahagiaan, kebersamaan, kehangatan, kasih sayang, dan Yolanda merasa sangat terkejut dan dikhianati.

Dia merasa terjebak antara amarah dan kebingungan. Yolanda tidak tahu harus berbuat apa. Bagaimana mungkin Mikel bisa melakukan hal seperti ini padanya? Mereka telah memiliki rencana untuk masa depan, dan semua itu seolah hancur dalam sekejap. Rasa sakit ini lebih dari sekadar kekecewaan ini adalah pengkhianatan yang sangat mendalam.

"Jam berapa ini?" lirih Yolanda yang telah menyeka air matanya. Keluar begitu saja pagi ini dengan deras, terlebih sudah beberapa hari Mikel tidak kembali dengan alasan di luar kota.

Matanya melihat ke jam dinding di kamarnya.

"Jam 8, oh tidak aku harus ke kantor!" ucapnya yang mau tidak mau bergegas menuju tempat kerjanya.

Hari ini Yolanda tetap harus profesional dalam bekerja, hatinya yang sakit harus dia tutup rapat rapat. Bukan tidak ingin menghubungi suaminya, namun takut hatinya rapuh dan akan di ketahui di sekitarnya. Banyak pekerjaan yang sudah menunggunya, tidak sampai hati jika harus izin mendadak. Walau sakit hatinya nyatanya kewajiban di atas segalanya.

"Ola! Kamu baik baik saja?" tanya Alex CEO yang baru saja tiba di perusahaan. Sebagai atasan dan Ola yang menjadi sekretarisnya otomatis sering berhubungan. Bahkan ruangan Alex harus melewati tempatnya lebih dulu, sudah pasti akan tampak jelas terlihat.

Ola menghirup udara untuk menjawabnya.

"Iya, Alex! Aku aman!" ucapnya yang tersenyum simpul terpaksa di buatnya.

"Oh, baiklah. Laporkan apa saja yang harus aku lakukan pagi ini," pintanya yang lalu masuk ke ruangannya.

"Bohongmu tampak jelas," lirih Alex yang menutup pintunya dan melirik kembali ke arah Yolanda yang sedang menyeka air matanya yang terjatuh.

Ck! Tolong air mataku ini berhentilah!!!! Mikel belum memastikan hal ini, bisa jadi itu hanya wanita yang mengharapkannya. Ayolah masa serapuh ini hatiku! Secinta itukah aku pada Mikel. Batin Yolanda.

Hingga sore tiba, semua pekerjaan sudah di rapihkannya dan segera pulang. Namun nyatanya tidak mendapatkan suaminya di rumah kembali.

"Dia belum kembali," ucapnya yang masuk ke rumah sendirian yang gelap gulita pertanda tidak ada yang penghuninya disana.

"Ola!" suara mertuanya di telp.

"Iya, Ma. Kenapa?" Tanya Ola.

"Malam ini datang ke rumah Mama, ada hal penting! Jangan terlambat!" ucap Syakila yang menutup telp tanpa menunggu jawaban Ola.

"Huf, seperti biasanya. Apa salahku?" ucap Ola yang menatap hpnya.

Lima tahun ini, aku sudah berusaha menjadi istri yang terbaik dan selalu ada untukmu. Apa salahku yang belum bisa memberikan keturunan padamu???

Tapi pikiran yang kacau dan berkecamuk di dalam hatinya seolah terus menggerogotinya semakin dalam sejak pagi ini membaca surat itu. Di tambah telp mertuanya yang meminta datang di kediamannya.

"Apakah benar surat itu, Mikel? Apakah ini akhir cinta kita?" lirihnya yang sudah siap dengan pakaiannya.

Dengan mengendarainya sendiri menuju rumah mertuanya. Seolah alam menemaninya jalan sudah tampak sepi malam ini membuat Ola lebih cepat sampai. Pintu utama tidak tertutup. Jelas ramai di ruang tamu kediaman mertuanya.

"Malam, Ma, Pa," sapa Ola.

"Ya, duduklah!" pinta Marsel Smit.

Mikel duduk bersebelahan dengan wanita yang asing bagi Ola dan tampak mesra.

Deg!!

Apakah benar!!! Batin Ola.

"Ola!" panggil Mikel yang menyadarkan lamunannya.

"Aku telah menikah lagi, kenalkan dia istri keduaku. Nikita Burg, aku harap kalian bisa akur dan hidup bersama!" kata Mikel.

Deg!!!

Dunia seolah runtuh dan hilang semua impian, harapan dan cita cita keduanya dulu. Ola diam di tempat, baru saja duduk namun tidak lama sudah mendengar berita yang sangat menyakitkan ini.

Ola berusaha mengontrol emosi dan air matanya agar tidak jatuh disana. Menarik nafasnya untuk bisa mengeluarkan suaranya.

"Salah kamu yang tidak kasih kami cucu!" ucap Syakila.

"Ma," tegur Marcel.

"Memang benarkan! Kamu mandul bilang! Jangan terus mengelak dan mencari alasan. Jangan terus mau dibutakan oleh atas nama cinta, Mikel!" kesal Syakila.

Bangkit sudah Ola dari duduknya yang tidak tahan dengan kata yang selalu menyakitkan hatinya. Namun tidak menyurutkan Syakila terus menekan dan menyalahkannya.

"Jangan sok sedih dan tersakiti, Ola! Kai yang jauh lebih sakit menanti cucu yang tidak kunjung kamu berikan! Sudah bagus Mikel tidak menceraikanmu karena masih mencintaimu! Aku lebih berharap kami di ceraikannya!" lanjut emosi Syakila.

Air matanya sudah luluh saat ini juga kata yang menyakitkan hatinya terlalu dalam. Namun saat ingin keluar dari ruangan itu tangannya di tahan oleh Mikel.

"Tunggu, Ola! Aku tidak menceraikanmu, aku hanya ingin anak. Aku terpaksa melakukan ini! Ola kamu tolong pahami ini! Mau sampai kapan menunggu mengandung?" ucap Mikel yang seolah tidak mau disalahkan.

"Lalu salahku yang belum bisa hamil, Hah!" ucapnya yang menyeka air matanya.

"Lalu mau salah siapa?" bentak Syakila.

"Aku bisa adil, Ola. Aku harap kamu menerima Nikita," ucap Mikel.

Lalu di hempaskan tangan Mikel oleh Ola, keluar dari rumah itu tanpa pamit lagi.

"Mama terlalu!" ucap Marsel yang tidak setuju sikap istrinya.

Sementara Ola sudah masuk kembali ke dalam mobilnya dan memukul stir di depannya.

"Aaaaaaakkkkkhhhhhh!!!!" teriaknya.

"KAMU TEGA!!!!" luluh sudah air matanya yang keluar deras saat ini. Bahkan menyalakan mobilnya agar bisa bernafas lega tidak sesak di dalam sana.

Dengan mengendarai mobil menuju rumahnya tanpa berhenti air matanya mengalir.

"Aku tidak sudi!!! Aku harus membalas ini!!!" teriaknya di mobil sepanjang jalan.

...****************...

Hai semuanya!!!!

Semoga kalian suka karya mommy ini ya....

Like, komentar, subscribe dan vote yang masih punya ya.

Terpopuler

Comments

Ira Sulastri

Ira Sulastri

Dari kemarin mau baca cerita ini tp baru sempat sekarang, semoga Ola ambil sikap tegas, harus tegar dan tangguh. Lebih baik mundur drpd di madu, aman kan semua aset berharga mu. Kamu bekerja bisa membiayai kehidupanmu sendiri, tak ada manusia yg bersikap adil, lebih baik menjauh 🔥🔥🔥🔥😍

2024-09-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!