Salahkah jika aku penasaran dengan yang namanya cinta dan kasih sayang? Salahkah jika aku sangat haus akan dua rasa itu? Sebenarnya, apa itu kasih sayang? Apa itu cinta?
Disinilah aku, tinggal sebagai seorang keponakan, sepupu, serta orang asing dalam keluarga paman yang sangat membenci kehadiranku. Berbagai cacian, siksaan, serta hinaan, semuanya aku terima. Sampai dimana... dia datang. Tiba-tiba saja, tangannya terulur, membawaku entah kemana dengan kata-katanya yang begitu hangat namun menakutkan.
"Jika kamu sangat ingin merasakan cinta dan kasih sayang, mari kita buat bersama. Mulai sekarang, sampai selamanya... akulah tempatmu untuk pulang."- Adam.
"Jika Anda benar-benar rumah saya, izinkan saya untuk selalu pulang dalam dekapan Anda. Saya mohon, jadilah rumah untuk tempat saya pulang, Tuan Adam."- Ayna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wawawiee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 Menjamah Keindahannya
***
POV Adam
Gila. Aku bisa gila. Aku benar-benar sudah gila sekarang ini. Dinginnya air shower yang mengguyuri tubuhku tidak kupedulikan. Bayangan akan Ayna selalu terbayang-bayang di benakku, bahkan bagian terpenting tubuhnya itu terpampang jelas.
Aku membayangkan, bagaimana jika kedua tanganku menggenggam lalu memainkan buah dada yang besar itu? Apakah akan pas di tanganku saat aku bermain dengan dua benda indah nan kenyal itu? Ah, membayangkannya saja membuat sekujur tubuhku semakin panas.
Aku sudah tidak menyangka, jika gadis kecilku sudah benar-benar tumbuh menjadi dara muda yang begitu cantik nan manis. Apalagi, bagian tubuhnya yang kusebutkan tadi, kukira akan rata seperti dulu ternyata sudah bertumbuh besar.
Tapi sayangnya, dia tidak mengingatku. Tidak mengingat siapa diriku ini. Mengesalkan. Harus bagaimana aku untuk membuatmu mengingatku? Aku bukan orang yang penyabar menunggu sampai bertahun-tahun agar kamu bisa mengingatku, Ayna. Aku bukan kakek dan bukan juga nenek. Apa? Aku harus apa?! Aku ingin kamu!
"Iya. Aku kan menginginkannya. Kenapa pula aku harus menunggunya untuk mengingatku? Ha-Hahaha... Aahhh kenapa ngga terpikirkan olehku ya?"
"Gadis kecil. Mulai sekarang, turuti apa perintahku. Seperti kamu yang selalu bilang kepadaku, kalau kamu akan menuruti seluruh perintahku."
Kegilaanku tidak berhenti sampai disitu saja. Aku melepaskan semua pakaianku, menggantinya dengan handuk kimono. Langkahku keluar dari kamar mandi di kamarku, menuju ke kamar Ayna tepat di depan kamarku. Aku mengetuk pintu itu dengan keras. Tak peduli jika Ayna masih berganti baju atau tidur atau apa itu! Yang terpenting, aku ingin Ayna sekarang!
"Buka pintu. Buka pintumu, Ayna!"
DUG
DUG
Tidak ada jawaban. Wanita ini... Dia sudah menjadi wanita pembangkang rupanya. Bukan lagi seperti gadis kecilku yang seperti biasanya.
"Oke jika itu maumu, Ayna..."
BRAAAKKK
Dengan sekuat tenaga, aku menendang pintu kamar Ayna sampai hancur menjadi dia bagian. Langkahku masuk ke dalam kamar dan aku bisa melihat tepat di samping pintu, Ayna terbaring lemah di lantai. Wajahnya merah, nafasnya memburu. Kenapa ini? Kenapa gadis kecilku ini?! Dia... Sakit?!
"T-Tuan Adam..."
Ayna. kenapa... kenapa kamu tersenyum? Kenapa senyumanmu aneh begitu.
Sial! Gara-gara melihat senyumanmu seperti itu, bagian bawahku terasa bangkit dan dadaku semakin memburu. Kamu... Benar-benar gadis yang nakal!
END POV Adam
***
Ayna masih tidak sadar apa yang sudah terjadi. Pikirannya kacau, ia tidak bisa berpikir jernih sekarang. Karena sekarang yang menjadi fokusnya adalah... Di atasnya ada Adam yang sedang memandangnya dingin dan seperti penuh akan keinginan. Bukan hanya itu saja, Ayna melihat tetesan air mandi menetes di atas wajahnya lalu beberapa ada yang masuk ke dalam dada bidang Adam yang tertutup kan handuk kimono.
'Keren... Jadi inikah rasanya kalau jadi pemeran utama wanita di novel tadi? Dikurung di bawah pria yang berotot seperti ini, apakah aku akan merasakan... Itu? Tapi kenapa aku... Ngga takut?'
Nyali Ayna seperti memang besar, karena ia seperti tidak takut pada Adam yang akan berbuat tidak-tidak kepadanya.
Tanpa Ayna duga, tangan berurat Adam mengelus buah dada Ayna yang masih tertutupkan baju yang dikenakannya. Dalam diam pula, Ayna mendesah. Membuat Adam yang mendengarnya tersenyum puas.
'Lihat ini. Baru saja dielus mendesah seperti itu. Bagaimana kalau pada intinya nanti?'
"T-Tuan..."
"Ssttt, panggil aku kakak atau kak Adam. Aku ngga suka kalau kamu memanggilku sebutan Tuan. Ingat, mulai sekarang panggil aku dengan sebutan begitu. Kapanpun aku meminta ini, turuti. Atau kalau ngga kamu turuti, tinggal pilih saja. Kukembalikan kamu ke rumah pamanmu, atau kupatahkan sekalian kaki kananmu ini agar kamu ngga kabur dariku."
Mendengar ancaman dari Adam, membuat Ayna menggeleng keras. Air matanya menetes, ia menangis. Memohon kepada Adam agar tidak melakukan kedua ancamannya.
"Jangan... Hiks... Jangan Tuan... Saya mohon, jangan lakukan itu huhuhu... Saya tidak mau... Saya ingin tinggal bersama Tuan... Saya mohon... Saya mohon Tuan..." ucap Ayna lirih.
Senyuman puas tercetak di wajah rupawannya. Ia merenggangkan genggaman tangannya pada pergelangan tangan Ayna, lalu menarik tubuh Ayna untuk duduk berhadapan dengannya.
Adam menangkup kedua sisi pipi Ayna, menatapnya lurus tanpa berkedip. Ayna melihat netra hitam legam Adam yang begitu indah. Tak pernah ia melihat netra mata seindah itu.
"Indah..." gumam Ayna tak sadar.
Adam tidak menanggapi gumaman Ayna yang baru saja. Ia masih saja menatap wajah Ayna lekat-lekat, dan perlahan namun pasti, wajahnya sendiri ia dekatkan dengan wajah Ayna. Tak berselang lama, kedua bibir mereka saling bertemu. Menikmati manisnya benda kenyal itu yang saling beradu.
Adam melumat bibir mungil Ayna, mengajaknya menari. Lidahnya ia susupkan masuk ke dalam mulut Ayna, memaksa lidah Ayna untuk menari bersama. Air saliva, entah milik siapa mulai menetes di dagu Ayna. Ia hampir kehabisan nafasnya tapi Adam tidak juga mengakhiri permainannya.
Puas dengan ciuman dalam serta merasakan jika Ayna sudah tidak mampu, Adam melepaskan ciumannya. Ia bisa merasakan, jika Ayna meraup oksigen sebanyak-banyaknya karena kehabisan nafas. Wajahnya begitu memerah layaknya tomat, serta nampak begitu sayu.
Pandangannya ia alihkan menatap Adam seorang, ia menatap Adam sayu.
"Kakak..." panggil Ayna lemas.
"Kenapa gadis kecil?"
Ayna tidak menjawab. Tangannya yang hanya bergerak melepas kancing bajunya, dan itu membuat Adam sedikit terkejut. Namun, keterkejutannya tidaklah lama karena... Ia melihat kembali pemandangan yang membuatnya hilang kendali.
Buah dada Ayna terpampang di depannya, terbungkus dengan bra hitam yang begitu pas menopang benda besar, kenyal, dan berisi itu. melihat pemandangan itu membuat mata Adam kembali lapar.
"Ayna panas... Tolong Ayna, kak Adam..." ucap Ayna lirih. Ia juga hampir melepaskan seluruh bagian bajunya sendiri, hingga tersisa pakaian dalamnya yang menutupi bagian penting Ayna sendiri.
"Ayna..."
"Kak... Hiks... Tolong saya... Panaasss..."
Adam sudah tidak tahan lagi. Ia kembali mengurung Ayna dan mencium lagi bibir mungil Ayna. Kali ini, jauh lebih kasar dan jauh lebih intim.
Puas mencium bibir Ayna, Adam mengalihkan pandangannya pada ceruk leher Ayna serta dadanya. Ia mencium, juga menggigit hingga meninggalkan jejak yang begitu ketara juga mengerikan. Ayna kembali mendesah keras, menyebut nama Adam. Pelindung buah dadanya dilepas Adam dengan kasar dan kali ini benda pentingnya tidak terlindungi oleh apapun.
Adam langsung melumat salah satunya, sampai membuat Ayna mendesah lebih keras lagi. Rasa nikmat, puas, dan sakit menjadi satu. Sampai Ayna bingung untuk merasakan rasa yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ia juga tersenyum senang saat Adam melakukan hal ini kepadanya untuk pertama kalinya.
SREK
"Kak..."
Ya. Adam melepaskan handuk kimononya. Menampakkan tubuh atletisnya sepenuhnya. Dada bidangnya, perut sixpack nya, punggung lebarnya, serta lengan berurat dan berotot, semuanya jadi satu. Dalam hatinya, Ayna berteriak kegirangan. Salah satu bab novel yang ia baca tadi dimana pemeran pria menampakan tubuhnya di pemeran wanita, akhirnya ia bisa melihatnya langsung. Di depannya langsung ini!
'Kak Adam... Keren...'
Belum itu saja. Ayna belum menyadari jika sepenuhnya terlepas, maka benda rahasia Adam juga ikut terlepas. Adam tidak langsung menunjukkannya, karena ia akan menunjukkannya di bagian akhir.
Kedua tangan beruratnya melepas celana dalam Ayna, dan disitulah Ayna langsung tersadar dan merasa malu seketika.
"Ah, j-jangan..."
Kedua kaki jenjangnya menutup bagian paling pribadinya, bahkan kedua tangannya pun juga ikut menutup. Adam menatap Ayna sengit, ia tidak suka ini. Ia tidak suka jika Ayna mengganggu permainannya. Apapun gangguan itu, harus disingkirkan.
"Singkirkan tanganmu gadis kecil. Lalu kakimu juga, buka yang lebar." titah Adam.
"Jangan... S-Saya malu..." cicit Ayna.
Kesabaran Adam memanglah tipis. Ia menggeram penuh amarah, sampai Ayna yang melihatnya pun ketakutan.
"A-Aaakhhh saaakkkiiittt..."
"Apa kamu ingin mengorbankan kakimu hah?"
"T-Tidak... A-Ampun... Ampun kak... Hiks... Sakit..."
Adam mengancam Ayna dengan mengangkat kaki kanan Ayna dan menggenggam sekuat tenaga sampai Ayna kesakitan. Dirasa Ayna sudah menurutinya, Adam tersenyum puas kembali. Ia meletakkan kaki Ayna dengan keras sampai wanita itu mengasih kesakitan.
"A-Ah... Kak Adam..."
Tanpa aba-aba, Adam membuka kedua kaki Ayna, membuat wajah wanita itu memerah. Ia begitu malu sekarang. Di bawah sana, Adam sedang mengelus sesuatu yang membuat Ayna penasaran. Ternyata, apa yang dilakukan oleh Adam membuat Ayna terperangah saat melihatnya...
'Apa itu? Besar sekali...'
"Setelah ini, jangan lari dariku, gadis kecilku. Sesudah kegiatan ini selesai, otomatis kamu akan selalu di sisiku selamanya. Ngga akan ada lagi jalur kabur buatmu..." Adam menyeringai dan ia memulai aksinya.
"Ke-Kenapa-... Aaakkhh sakit... Hiks... Sakit... Kaakkk sakiiittt..."
Apa yang dilakukan Adam ternyata... Ia memasukkan pusaka besarnya ke dalam bagian intim Ayna. Wanita muda itu kesakitan, rasanya tubuhnya seperti dibelah dua. Sakitnya tak tertahankan. Ia menangis dan menangis, meminta Adam menghentikan kegiatannya itu. Tapi, Adam tetaplah Adam. Ia menulikan pendengarannya dan fokus dengan permainannya.
Matanya terpejam, tidak tahan dengan kenikmatan yang tidak ia rasakan sebelum ini. Kedua tangannya masih menggenggam erat pergelangan tangan Ayna, mencegah perlawanan dari wanita itu.
'Hm? Darah?'
Tiba-tiba saja, ada sepercik darah yang keluar dari bagian intim Ayna. Melihat darah itu, Adam tersenyum senang. karena ialah yang mengambil keperawanan gadis kecilnya.
'Gadis kecilku sudah besar... Dia sudah jadi dara muda yang cantik, perawanku yang mempesona... Akulah, aku sendiri yang mengambil keperawanan mu... Aahh nikmatnya...'
"Kak... A-Ayna mau... Ngghhh..."
"Sshh... Keluarkan saja. Jangan ditahan, gadis kecil..."
"Ah..."
Pelepasan terjadi, dan Ayna yang melakukannya. Tapi Adam tetap dengan kegiatannya yang terus menerus bermain di bagian Ayna. Lama, masih lama, terus menerus sampai Ayna mengalami pelepasan kembali.
Hingga ke sekian kalinya, gantian Adam yang mengeluarkan pelepasannya jauh di dalam perut Ayna. Sangat banyak, sampai ada yang keluar dari bagian intim Ayna. Ayna kembali mendesah, bersamaan dengan Adam. Rasa puas menyelimuti tubuh Adam, ia benar-benar puas sekarang.
"Hangat..." hanya gumaman satu kata itu, Ayna langsung jatuh tertidur. Entah karena mengantuk atau karena kelelahan.
"Haaahh haaahhh... Aynaku... Kamu milikku, selamanya. Mulai detik ini, kamu akan selalu di sisiku, dan aku akan menyingkirkan siapapun yang sudah dengan beraninya mengusik kehidupanmu. Rasa ini... Aku ngga bisa menghentikannya, jadi kuharap kamu memakluminya... Karena pada dasarnya juga, aku sangat mencintaimu, My Ayna..."
Adam mencium kembali dahi, pipi, dan bibir Ayna dengan lembut. Ia menarik selimut di ranjang Ayna, untuk menyelimuti tubuh mereka berdua yang sudah tak berbalut sehelai benangpun. Tangan Adam yang berurat memeluk tubuh kurus Ayna dengan erat.
"Selamat tidur, gadis kecil."
~Bersambung~