Afika Lestari, gadis cantik yang tiba-tiba di nikahi oleh pria yang sama sekali tidak di kenal oleh dirinya..
Menjalani pernikahan dengan pria yang ia tidak kenal yang memiliki sifat yang kejam dan juga dingin, membuat hari-hari Afika menjadi hancur.
Mampukah Afika bertahan dengan pernikahan ini?
Atau mampuka Afika membuat pria yang memiliki sifat dingin dan kejam menjadi baik, dan mencintai dirinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon momian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MKD 05
"Jangan pernah mencoba mendekatiku, jangan pernah coba mencari perhatian padaku. Karena sampai kapan pun kau akan tetap menjadi mainan ku, dan aku akan tetap menyiksamu."
"Adrian!" Teriak Afika dengan suara yang meninggi. "Lihat saja, aku akan membuat mu jatuh cinta padaku."
"Hahahahhaha." Adrian tertawa dengan sangat keras, menggema di dalam ruangan kerja. Adrian tertawa mendengar perkataan yang terlontar dari mulut Afika. Jatuh cinta? Tidak mungkin bagi Adrian untuk jatuh cinta pada wanita yang saat ini sedang berada di hadapannya, pada wanita yang telah membuat perasaan adiknya sakit. Dan sangat tidak mungkin Adrian untuk jatuh cinta pada mainan barunya itu, terlebih Adrian sudah memiliki kekasih yang jauh lebih cantik dari wanita yang saat ini sedang ada di hadapannya.
"Bahkan hingga kau telanjang pun, di hadapan ku, aku tidak tertarik padamu. Apalagi untuk jatuh cinta?? Hahahahah, jangan pernah harap itu." Kata Adrian sambil menatap tidak suka pada Afika.
Bagi Adrian, Afika hanya benalu yang harus di musnakan secara perlahan dengan cara di siksa, agar jerah dan tidak akan pernah ada lagi.
"Ingat! Lebih baik aku kehilangan semuanya dari pada harus jatuh cinta padamu."
••••
Beberapa hari berlalu. Rangga yang saat ini sedang sibuk bekerja, di kagetkan dengan kehadiran ibunya yang bernama Sulis. Sulis duduk di sofa yang berhadapan dengan anaknya. Sulis menatap Rangga yang saat ini sedang fokus pada pekerjaannya. Setelah beberapa menit, Sulis memberanikan diri bertanya pada Rangga.
"Katakan pada ibu, dari mana kau mendapat uang untuk membayar utang-utang perusahaan?"
Rangga meletakkan pulpennya lalu melepas kacamata dan menatap ibunya. Rangga menarik nafas, menghembuskan secara perlahan.
"Satu yang harus ibu tahu, kalau aku tidak mencuri."
Sulis menarik nafas dengan sangat lega mendapat jawaban dari putra kesayangannya. Putra yang selalu saja mengikuti apapun perkataannya.
Sebulan yang lalu, tiba-tiba perusahaan yang di pimpin oleh Rangga jatuh hingga ke dasar, sampai Rangga harus rela memeberhentikan para pegawai karena tidak mampu membayar gaji mereka. Entah bagaimana caranya, Rangga sudah ke sana kemari mencari bantuan namun tidak ada satupun yang mau mengulurkan tangan pada Rangga, hingga pada saat Rangga ingin menikah dengan wanita pilihan ibunya, tiba-tiba saja perusahaan kembali berjalan dengan normal karena Rangga mendapatkan uang yang belum Sulis ketahui dari mana asalnya.
"Bagaimana dengan pernikahanmu? Bagaimana dengan Afika. Apa dia tahu kabarmu sekarang?" Tanya Sulis.
"Lupakan itu bu, aku harus fokus pada pekerjaan ku."
"Baiklah kalau begitu ibu pamit." Kata Sulis lalu keluar dari ruangan kerja Rangga dan memutuskan untuk pergi ke panti asuhan tempat dimana Sulis selalu memberikan sumbangan dan tempat di mana calon menantu Sulis berada.
Satu jam lebih berlalu. Sulis melangkahkan kaki masuk ke dalam panti dengan membawa berbagai macam makanan dan keperluan panti.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam." Jawab Siti yang menjadi pengelolah panti. Siti sangat bahagia melihat kedatangan Sulis yang sudah lama tidak menginjakkan kaki di panti asuhan. Dan mata Sulis terus menatap ke arah mobil berharap Afika juga ikut bersama dengan Sulis, namun apa yang Siti harapkan bertolak belakang dengan kejadian yang sebenarnya.
"Bu Siti, maaf" kata Sulis.
"Bu, dimana Afika? Apa Afika tidak ikut dengan ibu?" Tanya Siti dengan sangat sopan. Spontan Sulis menaikkan satu alisnya saat mendengar pertayaan tersebut. Afika? Kenapa Afika harus datang bersamanya. Bukan kah Afika tinggal di panti ini?
"Bukan kah Afika tinggal di sini? Oh yah bu, saya ingin minta maaf soal pernikahan yang tiba-tiba batal tanpa pembertahuan, karena hari itu, saya dan juga Rangga terpaksa harus keluar negeri menguru hal yang penting."
Sungguh Siti sangat kaget mendengar apa yang barusan di katakan oleh Sulis.
"Tidak! Tidak mungkin Bu! Kalau bukan anak ibu, lalu dengan siapa Afika menikah?"
Keduanya pun sama-sama kaget dengan kenyataan yang ada. Siti menceritakan semuanya jika hari itu tetal terjadi pernikahan dengan seorang pria yang sangat tampan, tapi menurut cerita Sulis jika dirinya dan juga anaknya tidak pernah datang. Lalu Sulis memperlihatkan foto Rangga di ponsel miliknya, dan sunggu betapa kagetnya Siti saat tahu kenyataan bahwa yang menikah bukan pria yang ada di gambar itu. Melainkan pria lain yang datang yang bernama Adrian. Hanya itu yang ibu Siti tahu.
"Afika.. Dimana Afika? Dimana anakku?" Teriak ibu Siti, hingga membuat Farah datang menghampiri.
"Bu, ada apa? Afika kenapa?"
"Afika anakku." Seketika Siti jatuh pingsan.
Lalu Sulis menceritakan apa yang barusan ia bicarakan dengan Siti. Dan juga, Farah benar-benar kaget dengan apa yang barusan ia dengar. Jika pria itu bukan anak dari ibu Sulis, lalu siapa pria itu sebenarnya? Kenap ia datang dan langsung menikah menggantikan Rangga yang tidak datang di hari pernikahannya.
•••••
"Rangga. Rangga." Teriak Sulis memanggil anaknya saat sudah pulang dari panti di malam hari.
Sulis langsung masuk di dalam kamar Rangga, dan menceritakan semuanya tentang kejadian di panti asuhan tadi. Rangga tidak kaget. Ia tampak tenang dengan apa yang barusan ka dengarkan, sehingga membuat Sulis menatap sang anak dengan tatapan penuh kecurigaan.
"Apa kau sudah tahu ini Rangga? Katakan! Apa kau tahu semua ini? Jawab Rangga, jawab?"
Rangga mengatur nafasnya dengan baik, lalu menceritakan semuanya kepada ibunya. Dari mana ia dapat uang dan kenapa ia mengajak ibunya keluar negeri pada saat hari pernikahannya. Ya, Rangga mendapatkan sejumlah uang yang nilainya sangat fantastik, yang bisa membuat perusahaannya kembali berjaya, tapi dengan satu syarat, yaitu Rangga harus siap meninggalkan calon pengantinya di hari pernikahannya.
"Kenapa nak? Kenapa kamu tega? Kau tahu Afika adalah gadis yang sangat baik. Kau memang belum bertemu dengannya, tapi ibu? Ibu sudah sering bertemu dan ibu tahu sifat Afika. Dia gadis baik, maka dari itu ibu menjodohkannya dengan mu. Kenapa nak? Kenapa kamu tega mempermainkan hati seseorang?" Ibu Sulis menangis, ia tidak habis pikir dengan pikiran anaknya yang demi menyelamatkan perusahaan rela menghancurkan hari pernikahannya sendiri.