NovelToon NovelToon
Kekasih Tak Kasat Mata

Kekasih Tak Kasat Mata

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Cinta Beda Dunia
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Minaaida

"Kita sudah ditakdirkan untuk bertemu. Kamu adalah milikku. Kita akan bersatu selamanya. Maukah kamu menjadi ratu dan permaisuri ku, Lia?" ucap Mahesa.

Dia di lamar oleh Mahesa. Pemuda tampan itu dari bangsa jin. Seorang pangeran dari negeri tak terlihat.

Bagimana ini...?

Apa yang harus Lia lakukan...?

Apakah dia mesti menerima lamaran Mahesa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minaaida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 07 Pergi Ke Kota

"Lia,.... kamu dari mana saja . Sejak tiga hari lalu, orang - orang sibuk mencarimu,"

"Hah?.... sejak tiga hari yang lalu..?" Lia bingung mendengar ucapan Mak Emah.

Perasaan tadi dia hanya pergi ke kebun. Lalu pulang nya bertemu dengan Mahesa. Mahesa mengajak nya mampir ke rumah pemuda itu. Tapi dia menolak nya. Karena merasa tidak pantas dengan keadaan dirinya.

Sekarang sudah tengah malam.

Astaga,.... jadi aku sudah pergi selama kurang lebih tiga hari? Ucap Lia dalam hati.

Bingung...?

***

"Mak,... bisakah aku pinjam ponsel Mak sebentar? Aku mau menelpon Teh Iteung. Aku mau menyusul teteh ke Jakarta. Aku sudah nggak sanggup lagi tinggal di sini, Mak." ujar Lia. Dia menyeka air mata yang jatuh di pelupuk mata nya.

"Tenangkan dirimu, Lia. Lagi pula sekarang masih malam. Iteung juga mungkin belum bangun. Sekarang lebih baik kamu ceritakan saja pada Mak, dari mana saja kamu selama tiga hari ini?"

"Aku..... aku di ajak orang pergi ke kampung nya sebentar, Mak. Setelah itu, baru diantar pulang." jawab Lia.

Dia tidak menceritakan pada Mak Emah jika yang mengajaknya pergi adalah Mahesa, pemuda dari bangsa jin, karena takut membuat Mak Emah khawatir.

"Sebentar katamu? Tapi kamu itu sudah pergi selama tiga hari, Lia. Bahkan saat itu kami semua ikut mencari mu ketika ibumu mengatakan kamu belum pulang sejak sore," tanya Mak Emah dengan wajah syok.

"Iya, Mak. Aku hanya sebentar saja di sana. Aku tidak bohong,.." ucap Lia.

Mak Emah terdiam. Dia masih shock mendengar cerita Lia.

Sedangkan Lia tampak sedang berpikir. Bagaimana mungkin dia sudah pergi selama itu padahal Lia merasa bahwa dia hanya pergi sesaat saja.

Lia menyadari jika dia baru saja memasuki dunia jin bersama Mahesa. Tapi yang dia tak habis pikir, ternyata amat jauh perbedaan rentang waktu di antara dunia manusia dan dunia jin. Ternyata sesaat di dunia jin, justru nyatanya sampai berhari hari di dunia manusia.

Suara lolongan anjing di kejauhan terdengar sangat memilukan. Suaranya mampu menggetarkan hati siapa saja yang mendengar nya. Konon, menurut penuturan orang tua zaman dahulu, suara anjing yang melolong panjang seperti itu adalah pertanda jika binatang itu sedang melihat makhluk - makhluk yang tak kasat mata yang berwujud mengerikan.

Di saat ini, Lia seorang diri berjalan di kegelapan malam itu. Sebenarnya, Lia sedikit takut dan juga ngeri saat mendengar lolongan anjing itu. Namun tekadnya sudah bulat. Dia harus pergi meninggalkan rumah ini dan juga desa tempat kelahirannya ini apapun yang terjadi.

Tadi saat di rumah Wak Emah, dia sempat meminjam ponsel wanita itu untuk berbicara dengan teh Iteung.

Dengan terisak - isak, Lia menceritakan tentang keinginan nya untuk menyusul Iteung ke Jakarta. Dia sudah tak tahan lagi tinggal bersama ibu tiri dan saudara - saudara nya yang lain.

"Teh Iteung,.....di mana alamat tempat teteh bekerja. Aku ingin menyusul teteh ke sana," ucap Lia sambil menangis sesenggukan.

Iteung yang mendengar Lia menangis menjadi panik bingung dan juga khawatir.

"Lia, kamu tenang dulu. Jangan menangis. Katakan, ada apa? Ngomong pelan - pelan, kamu kenapa?" tanya Iteung dari sambungan telepon.

"Teh, ... Lia mau minta alamat teteh di Jakarta. Lia mau menyusul teteh. Lia sudah nggak sanggup lagi di sini." ujar Lia sambil tersedu-sedu terisak.

"Oke,... nanti akan aku kirimkan alamatnya melalui SMS. Biar jelas. Kalau sudah sampai, kamu hubungi aku melalui telepon." ucap Iteung.

"Iya,... terima kasih, Teh. Nanti jika sudah sampai Lia akan hubungi teteh," ucap Lia.

"Eh tapi Lia,.. kamu kan, nggak punya telepon. Bagaimana nanti mau hubungi teteh?" tanya Iteung. Lia jadi bingung.

"Emm, begini aja, teh. Lia minta nomor telepon teteh. Nanti jika sudah sampai di Jakarta, Lia akan minta tolong orang lain untuk menelpon teteh." ujar Lia lagi.

"Oh, begitu. Baiklah. Sekarang berikan dulu telepon nya sama umiku," ujar Iteung.

Lia memberikan teleponnya kepada Mak Emah. Beberapa saat terlihat Mak Emah dan Iteung terlibat pembicaraan. Mak terlihat serius mendengarkan ucapan Iteung setelah itu dia mematikan sambungan telepon.

Mak Emah mengambil sebuah buku dan pulpen lalu memberikan nya pada Lia.

"Lia,... ini kamu catat dulu nomor telepon Iteung, yah. Mak mau ambil uang dulu di dalam," ucap Mak Emah.

Lia menganggukkan kepalanya dan bergegas mengambil handphone yang tergeletak di atas meja.

Dia menuliskan alamat tempat Iteung bekerja dan nomor ponsel gadis itu di selembar kertas dan setelah selesai lalu menyimpan nya.

Terlihat Mak Emah keluar dari dalam kamarnya.

"Lia,... ini ada uang. Walaupun tak banyak, tapi Mak yakin ini cukup untuk ongkos kamu ke kota." ujar Mak Emah.

Mata Lia terlihat berkaca - kaca setelah menerima uang tersebut. Dia langsung berdiri dan memeluk wanita paruh baya itu sambil menangis terharu.

"Terima kasih, Mak. Maafin Lia karena selalu menyusahkan Mak. Lia belum bisa membalas semua kebaikan Mak saat ini. Jika ada umur dan rezeki, Lia akan balas semua kebaikan Mak," ujar Lia. Mak Emah mengusap punggung Lia dengan lembut. Sentuhan wanita itu penuh kasih sayang layaknya seorang ibu.

"Jangan kau pikirkan masalah itu. Itu semua juga adalah permintaan Iteung. Dia bilang agar Mak memberikan ongkos untuk mu agar bisa sampai ke sana," ucap Mak Emah.

"Terima kasih, Mak. Mak dan Iteung saja yang baik sama Lia. Lia akan ingat jasa - jasa kalian kelak."

"Sekarang, bagaimana? Apa kamu mau pulang dulu berkemas?"

"Nggak usah, Mak. Kalau Lia pulang, takutnya nanti mereka akan tahu keberadaan ku dan pastinya nanti akan datang tiap bulan untuk minta uang ku tanpa menyisakan sedikit pun untukku," ucap Lia sambil menangis.

Mak Emah menatap nanar ke arah Lia. Dia merasa ini salah. Namun dia juga mengerti. Mungkin inilah jalan terbaik untuk Lia. Gadis itu selama ini sudah sangat tertekan dengan kekejaman Bu Warti dan saudara - saudara Lia yang lain.

"Ya sudah. Memang ini salah, tapi Mak maklum jika kamu merasa tersiksa. Tapi sekarang sudah tengah malam. Bagaimana caranya kamu mau ke terminal?" tanya Mak Emah.

"Nanti Lia akan minta tolong teman untuk mengantar Lia ke terminal," jawab Lia.

Mak Emah mengernyitkan dahi. Pasalnya yang dia tahu, selain putrinya, teman Lia tak ada lagi. Lalu maksud Dahlia, teman nya yang mana lagi??

???

***

Lia berjalan perlahan menembus kegelapan malam tanpa berniat untuk berhenti. Tekadnya untuk pergi meninggalkan rumah sudah bulat. Dia harus pergi dari desa ini.

Dari kejauhan, dia melihat sesosok bayangan yang bergerak mendekati dirinya.

Dia merasa takut jika itu adalah orang yang ingin berbuat jahat atau mungkin juga,... hantu.

Akhh,.... Lia mengusir pikiran Absurd itu dari otaknya.

"Siapa..?" Lia memberanikan diri untuk bertanya ketika bayangan itu sudah semakin dekat ke arah nya.

"Dek,... ini aku," Sebuah suara yang kini sudah akrab di telinga nya membuat Lia bisa menarik napas lega.

Beberapa saat kemudian dia dapat melihat sosok Mahesa yang berdiri tak jauh di hadapannya.

Melihat jika itu adalah Mahesa, Lia berlari ke arah pemuda itu dan menghambur dalam pelukannya. Ada perasaan lega di hatinya ketika bertemu pemuda itu.

"Kenapa kamu menangis? Apa kamu takut?"

Lia tak bisa menahan diri lagi. Dia menumpahkan air mata nya di bahu pemuda itu. Kesedihan hati dan juga perasaan yang terluka bercampur kelelahan jiwa membuat Lia merasa rapuh.

Mahesa mendongakkan wajah Lia lalu mengecup lembut kening gadis itu.

"Jangan takut, aku akan menjagamu," ucap Mahesa.

Dahlia menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Terima kasih sudah mau menjagaku."

Mahesa mencubit hidung Lia yang bangir. "Kau ini bicara apa? Bukankah kamu itu sekarang adalah kekasihku. Aku akan berusaha untuk menjaga dan melindungi mu meskipun dengan nyawaku." ucap Mahesa.

"Sekarang katakan padaku, kemana kamu akan pergi?" tanya Mahesa.

"Aku akan pergi ke kota untuk menyusul teh Iteung." jawab Lia.

"Baiklah,.... aku akan mengantarmu ke tempat temanmu itu. Bersiaplah!" ucap Mahesa.

1
Nunuk Rahmaji
Seorang manusia wanita tidak diperbolehkan menikah dengan lelaki bangsa jin. Karena keturunan yang dihasilkan akan berbentuk buruk. Sebaliknya lelaki bangsa manusia diperbolehkan menikahi jin wanita. Karena keturunan yang dihasilkan akan baik bentuknya. Ini pendapat saya kutip dari shli budaya kebatinan.
Dhedhe Rustam
semangat terus thor, kutunggu cerita selanjutnya
Minaaida
Penasaran,....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!