Assalamu'alaikum. Wr. Wb.
Ini novel ketigaku.
Novel ini kelanjutan "Ternyata Ada Cinta"
Baca dulu "Ternyata Ada Cinta" biar nyambung...
Setelah kepergian Fariz, dunia terasa gelap gulita. Cahaya yang selama ini selalu menyinari hari serta hati Zafira padam dalam sekejap mata. Meninggalkan kegelapan serta kesunyian yang teramat menyiksa. Ternyata kehilangan seorang sahabat sekaligus suami seperti Fariz jauh lebih menyakitkan dari apapun.
Perjuangan Cinta Zafira untuk menemukan Fariz dan membawa kembali pria itu ke pelukannya tidaklah main-main. Setiap hari Zafira berjuang keras kesana kemari mencari keberadaan Fariz sampai mengorbankan keselamatannya sendiri. Namun perjuangannya tidak menemukan titik terang yang membuatnya ingin menyerah.
Hingga di titik lelah perjuangan Zafira mencari Fariz, penyakit lama Zafira kembali kambuh. Akankah Fariz sempat menyelamatkan Zafira atau justru gadis itu meregang nyawa membawa pergi cintanya yang belum terucap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rara RD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 - Cengkeraman Ronald
Amarah Ronald makin terpancing mendengar perkataan Zafira. Gadis itu sudah menghinanya.
Ditekannya pinggang Zafira untuk lebih merapat ke tubuhnya lalu dengan paksa mencium bibir gadis itu namun Zafira membuang muka ke samping, menolak sekuat tenaga. Haram baginya membiarkan pria lain menyentuh bibirnya. Hanya Fariz yang boleh melakukannya. Itu yang terfikir di otaknya saat ini.
"Tolong, toloooong" teriak Zafira berharap ada orang mendengar teriakannya.
Ronald kesal mendapat penolakan Zafira. Kedua tangan terkepal serta rahang mengeras. Tanpa rasa kasihan sedikit pun didorongnya tubuh Zafira di rerumputan sehingga gadis itu terhuyung lalu jatuh terlentang.
Zafira berusaha berdiri tetapi Ronald tidak meloloskan keinginannya. Justru dia menjatuhkan tubuh kemudian dengan sengaja menimpa tubuh gadis itu.
Posisi seperti ini memudahkan Ronald melakukan aksinya. Dia semakin menghimpit tubuh Zafira mencekal dan menahan kedua tangan gadis itu di tanah.
Merasa dirinya dalam bahaya, Zafira pun mencoba untuk ke sekian kali berusaha melepaskan diri dari mantan kekasih yang menurutnya sudah benar-benar gila. Dia mencoba berontak sekuat tenaga demi mempertahankan kehormatannya. Teriakannya takkan ada yang mendengar. Hanya ada satu jalan yaitu harus melawan Ronald lalu menyelamatkan diri dari tempat ini.
"Fariiiiiz" teriak Zafira tanpa sadar.
Di saat Zafira tengah berjuang menyelamatkan diri, seorang pria yang sedang meminum teh hangat tiba-tiba tanpa sengaja menjatuhkan gelas di tangannya.
"Prangkh"
Gelas teh di tangan Fariz pecah, air pun tumpah ke lantai.
"Zafira." mulutnya refleks memanggil nama Zafira. Hatinya mendadak cemas.
Matanya melihat tumpahan air teh di lantai dan membiarkannya saja. Tidak ada niat untuk membersihkan.
Sejak pergi dari rumah, Fariz malas melakukan segala sesuatu jika bukan urusan penting. Fikirannya tak sedetik pun terlepas dari bayangan Zafira. Dia ingin membenci tetapi sangat sulit. Ingin melupakan tetapi tidak mampu. Ingin pulang ke rumah tetapi hati serta fikiran masih dipenuhi amarah.
Malam ini perasaannya tiba-tiba tidak enak. Firasatnya mengatakan telah terjadi sesuatu yang buruk kepada Zafira. Bergegas mengambil ponsel dan hendak menghubungi Zafira. Saat jarinya siap menekan kontak Zafira, bayangan Zafira bersama Ronald di ranjang kembali berkelebat di matanya. Seketika kecemasannya musnah. Dibantingnya benda mahal itu ke atas sofa lalu pergi ke balkon menenangkan diri.
Ternyata kemarahan Fariz hingga detik ini belum juga sirna. Kecemburuan yang terlampau besar telah membutakan mata hatinya. Pria bodoh. Kali ini Fariz benar-benar telah menjadi bodoh hanya karena terbakar api kecemburuan.
Sementara itu Zafira masih terus melakukan perlawanan. Tangannya meraba-raba di tanah.
"Brugkh, brugkh, brugkh, brugkh"
Dua kali pukulan di dahi serta dua kali pukulan di punggung Ronald, cukup bagi Zafira melepaskan diri dari jeratan pria itu.
Terlihat dahi Ronald berdarah.
Zafira membuang batu di tangan setelah melihat Ronald kesakitan memegangi dahi serta punggung. Di saat itu Zafira tidak membuang waktu segera meloloskan diri.
Tubuhnya terangkat. Lututnya yang tadi cidera refleks menjalankan tugasnya. Berdiri lalu berlari.
Ya, perih memang terasa di lutut tetapi perih itu mendadak hilang saat dirinya tahu kalau saat ini dia harus segera menyelamatkan diri sebelum Ronald kembali menangkapnya.
Sebelum menjauh, Zafira masih dapat mendengar erang kesakitan dari mulut Ronald tetapi dia sama sekali tidak menaruh kasihan. Justru dia berharap Ronald amnesia sekalian agar tidak mengganggunya lagi. Terdengar jahat tetapi itulah keinginannya.
Zafira terus berlari dari tempat itu. Menyeret langkah yang entah harus kemana. Mobilnya pun sudah jauh tertinggal. Tidak mungkin dia harus kembali ke sana. Dia tidak ingin bertemu dengan dua pria besar tadi. Itu sama saja keluar dari lubang buaya masuk ke kandang singa. Sebaiknya tidak memikirkan kendaraan dulu. Keselamatan jauh lebih penting dari apapun.
Baru saja berlari dua puluh meter tiba-tiba sebuah tangan sudah menarik satu tangan Zafira membuat lari gadis itu terhenti.
"Kamu fikir bisa begitu saja lari dariku? Kamu tidak akan bisa pergi kemana-mana sebelum melayaniku!." Ronald telah berada di samping Zafira dan berhasil mencengkeram tangan mantan tunangannya.
Zafira terperanjat. Secepat itu Ronald bisa mengejarnya. Padahal saat dia meninggalkannya tadi, pria itu masih kesakitan memegangi dahi. Apa mungkin lari zafira yang terlalu lamban sehingga pria itu bisa menyusulnya. Sungguh malang nasib Zafira. Kali ini mungkin dia tidak akan selamat dari cengkeraman Ronald.
"Lepas! Lepaskan aku, Ronald! Sampai aku mati pun aku tidak akan sudi melayanimu! Kamu manusia paling brengsek yang pernah kukenal seumur hidupku! Biarkan aku pergi!." teriak Zafira menyentakkan cengkeraman Ronald agar terlepas dari tangannya tetapi kembali tenaganya tidak cukup kuat untuk melepaskan diri.
"Ayolah honey, jangan jual mahal!. Kita berdua belum pernah melakukan ini bersama kan? Aku janji akan menyentuhmu dengan lembut. Jadi jangan takut. Ayolah." bujuk Ronald menarik tubuh Zafira agar merapat ke tubuhnya.
Zafira masih tetap berontak karena dia merasa jijik disentuh pria kotor seperti Ronald. Di saat Zafira masih berusaha melepaskan diri dari cengkeram Ronald, di saat yang sama suara pukulan terdengar di telinga Zafira.
"Bruggkhh, Bruggkhh, Bruggkhh"
Tubuh Ronald terlempar dua meter.
Zafira tersentak. Pandangannya langsung terarah pada dua orang pria tinggi yang tengah memukul, menendang, bahkan menyeret tubuh Ronald menjauh dari Zafira. Setelah itu, keduanya terus memukul Ronald hingga tubuh Ronald terkapar tak berdaya.
Melihat itu, Zafira bingung harus melakukan apa. Dia tidak mengenal kedua pria itu. Dia juga tidak tahu apakah pria itu berniat baik membantunya atau justru ada niat terselubung.
Tanpa fikir panjang, Zafira langsung berlari meninggalkan Ronald serta kedua pria tak dikenal itu. Kepalanya terdongak ke atas dan matanya menangkap dari kejauhan pantulan cahaya lampu jalan.
Gadis itu berlari menuju lampu jalan. Lebih dari seratus meter dia berlari tiada henti. Dia sudah tidak menghiraukan luka di lutut. Dia pun sebenarnya sudah mulai kehabisan tenaga. Sejak tadi berlari dan terus berlari demi menyelamatkan diri dari Ronald serta dua pria kekar itu. Nafasnya pun sudah tersengal. Sudah cukup jauh dia berlari.
"Nona, nona tunggu!." panggil kedua pria yang telah menyelamatkannya.
Zafira menoleh ke belakang namun tidak menghentikan larinya.
"Kalian siapa? Jangan mengikutiku." teriak Zafira terus mempercepat lari.
Zafira hampir tiba di pinggir jalan. Dari tempatnya berlari, dia melihat sebuah taxi sedang melaju pelan. Dia mempercepat lari lalu melambaikan tangan ke arah taxi. Tak lama taxi pun berhenti di samping Zafira.
"Sedang tidak ada penumpang pak?." tanya Zafira dengan nafas tersendat, melihat ke dalam mobil yang kosong.
"Iya neng, baru saja hendak pulang ke rumah. Neng perlu diantar?." sang sopir yang sudah cukup tua bertanya sopan dan merasa bingung dalam hati melihat keadaan Zafira yang tampak berantakan serta kelelahan.
...*****...