Ricard Dirgantara, pelayan bar yang terpaksa menjadi suami pengganti seorang putri konglomerat, Evelyn Narendra.
Hinaan, cacian dan cemooh terus terlontar untuk Richard, termasuk dari istrinya sendiri. Gara-gara Richard, rencana pernikahan Velyn dengan kekasihnya harus kandas.
Tetapi siapa sangka, menantu yang dihina dan terus diremehkan itu ternyata seorang milyader yang juga memiliki kemampuan khusus. Hingga keadaan berbalik, semua bertekuk lutut di kakinya termasuk mertua yang selalu mencacinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sensen_se., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16 : PELECEHAN
“Debora?” teriak Richard memanggil adik iparnya. Pandangannya mengeliling, meneliti setiap sudut jalan yang begitu sepi. “Ra, kamu di mana?” pekiknya lagi.
Richard kembali ke mobil gadis itu, kap depan terbuka. Dan tampak asap putih kehitaman mengepul ke udara. Ia mengintip di balik jendela, tas dan semua barangnya masih utuh membuat lelaki itu bertanya-tanya.
“Apa jangan-jangan sudah pulang?” monolog Richard bergumam sendiri. Pria itu menghela napas panjang, sembari berkacak pinggang, Richard berjalan gontai kembali ke mobilnya sendiri. “Ah mungkin nebeng temennya.”
Saat tangannya menyentuh handel pintu, samar-samar telinganya menangkap sebuah teriakan yang melengking kuat.
“Tolong! Tolong!” teriak suara gadis yang tidak asing di telinga Richard.
“Debora?” Mata Richard mendelik. Ia berlari ke sumber suara. Sesekali berjalan mundur dan berputar, “Ra! Kamu di mana?” panggil Richard berteriak.
Kakinya tersandung sesuatu. Richard menunduk, memungutnya dan mengamatinya lekat-lekat. “Apa ini milik Debora?” tanyanya pada diri sendiri, karena ia tidak begitu hafal barang-barang milik gadis itu.
“Richard! Tolong aku!” jerit Debora menangis pilu, lelaki itu terperanjat kaget dan semakin yakin bahwa sepatu itu milik Debora.
Richard melemparnya ke sembarang arah. Ia menajamkan telinga lalu bergerak sesuai instingnya. Kakinya menuntun ke sebuah semak-semak yang terlihat bergerak. Ia melompati tanaman rimbun setinggi perutnya dan mendarat tepat di belakang dua orang pria, yang tengah mempermainkan Debora.
“BUGH!” Richard menendang punggung pria yang menindih tubuh Debora, sampai berguling ke sisi lainnya.
Debora segera merangkak lebih jauh dari para lelaki itu. Seorang pria lain menarik kaki Debora hingga kembali terlentang. Namun, Richard tak membiarkannya. Menendang dagu pria itu hingga mulutnya bersimbah darah.
“Shiit! Jangan berani ikut campur! Ini wilayah kami. Pergi sebelum kami menghabisimu!” ancam pria bertubuh ceking dengan rambut gimbalnya yang berantakan.
“Dia adikku! Beraninya kalian menyentuhnya!” sahut Richard membuka jas, lalu melempar pada tubuh Debora. Gaun bagian depannya sudah terkoyak, cepat-cepat gadis itu meraihnya untuk menutupi bagian dadanya yang terbuka.
Richard juga melepas dasinya sembarangan, kancing bagian dada dibiarkan terbuka agar bebas bergerak. Tatapannya menghunus tepat pada dua pasang netra yang menatap nyalang padanya.
“Sini maju!” tantang Richard menjulurkan satu lengan, sembari menggerakkan ujung jarinya. Meminta agar mereka segera mendekat.
Dua pria bertato itu mendengkus, saling mengangguk lalu berlari menyerang Richard bersamaan. Dengan sigap, Richard menangkis serangan-serangan mereka, tidak peduli kedua lengannya sampai terasa ngilu.
Setelah membiarkan mereka menyerang dan tenaganya terkuras, Richard mulai mengeluarkan jurus-jurus bela diri yang ia kuasai. Pukulan dan hantaman kakinya mengayun dengan kuat, membalas mereka bergantian. Hingga beberapa waktu berlalu, dua lelaki itu terkapar tak berdaya. Mukanya penuh luka lebam dan darah, Richard menatap mereka yang hampir kehabisan napas dan berbaring di atas tanah.
Richard menepis-nepis telapak tangannya, seolah usai menyentuh kotoran. Lalu menggendong Debora menuju mobilnya. Tanpa melihat gadis itu, Richard bisa merasakan tubuh Debora dingin dan gemetar hebat. Ia tak ingin menanyakan apa pun, karena Debora terlihat sangat syok. Pria itu segera membawa Debora pulang. Masih terdengar isak tangis kecil adik iparnya itu, sembari merapatkan jas milik Richard.
Tidak ingin orang lain berpikiran buruk, Richard membukakan pintu mobil saat mereka telah sampai di rumah. Ia juga memapah Debora hingga masuk ke bangunan berlantai dua itu.
“Debora! Apa yang terjadi padamu?” teriak Sabrina yang menangkap kesedihan di wajah putrinya. “Richard! Apa yang kamu lakukan pada putriku?” pekiknya beralih menatap Richard dengan tajam.
Mendengar suaminya disebut, Velyn segera berlari dari kamarnya. Matanya membeliak ketika menemukan Richard yang merangkul adik perempuannya. Dan terlihat sekali Debora yang menangis terisak dengan penampilan yang kacau balau.
“Kurang ajar! Apa maumu sialan?! Kau sudah mendapatkan Velyn dan sekarang kamu merusak putri bungsuku!” pekik Rendra melotot tajam.
Velyn yang sedari tadi memikirkan mereka berdua, semakin emosi. Membayangkan Richard melakukan hal yang tidak-tidak pada adiknya sendiri. “Richard, aku kecewa sama kamu!” teriaknya memberikan sebuah tamparan di pipi suaminya.
Rasa takut kehilangan yang sedari tadi bergulung di hatinya, mendadak meledak saat melihat kedatangan mereka berdua. Apalagi, teringat bagaimana ungkapan kekaguman Debora tadi pagi.
Debora ingin berbicara untuk membela Richard. Tapi bibirnya terasa kaku digerakkan. Lidahnya pun kelu. Ia hanya menggeleng dengan derai air mata yang terburai di kedua pipinya.
Richard menghela napas kasar, sejak tadi terus dicecar tanpa diberi kesempatan untuk bicara, ia mendongak, menatap nyalang anggota keluarga itu. “Silakan bawa Debora ke psikiater. Sebelum terjadi hal yang lebih buruk, yang mengganggu mentalnya! Percuma aku jelaskan, tidak ada satu pun dari kalian yang akan percaya. Mending, dengarkan sendiri penuturan adik kamu tercinta!” tegas, dingin dengan tatapan tajam saat Richard mengatakannya tepat berhadapan dengan Velyn.
Bersambung~
Maap kalo ada typo2 ya, terima kasih supportnya 💋
Thor jangan lama" up nya .. ini baca sambil ingat" sama alur ceritanya 😇