Mengisahkan tentang kehidupan pasangan yang berbeda latar belakang,antara keluarga elit dengan seorang gadis dari kalangan keluarga biasa dan sederhana.Kayyisa Virly Putri(Kay) terpaksa menikah secara diam-diam di usianya yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas.Awalnya Kay tidak setuju untuk menikah,tapi keadaan ekonomi keluarganya yang pas-pasan dan terlilit banyak hutang.Memaksa Kay harus menyetujui pernikahan secara ikhlas untuk memperbaiki keuangan keluarganya.Namun,pernikahan rahasia yang ia jalani tidaklah mudah.Karena ia harus berjuang menyesuaikan diri dengan kehidupan mewah kelas atas dari keluargabarunya,dan mengharuskannya terus belajar berbagai banyak hal sambil terus berusaha beradaptasi dengan suami yang tidak menyenangkan,yang memiliki hati dingin dan angkuh yang bernama Ben Nathan Hartanto(Ben).Seorang CEO muda ternama sekaligus pewaris tunggal dari keluarga Hartanto.Keduanya saling tak menyukai,tapi tetap menjalankan pernikahan tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuliastro, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memasak bersama.
Gavin,Bram dan Varo mencoba menghibur Dea yang masih terlihat sedih.
"Maafkan aku Dea,ini salahku!"ucap Gavin lesu.
Bram dan Varo memandang heran ke arah Gavin.
"Kenapa kau minta maaf dengan Dea?"tanya Bram ingin tahu.
"Iya,memangnya apa salahmu?kau berbuat apa kepada Dea?Gavin?"tanya Varo juga.
Dea hanya diam sambil menyeka air matanya yang terus mengalir.
"Aku yang memberitahu Dea jika Ben sudah menikah"jawab Ben dengan lesu.
"Apa?"ucap Varo dan Bram bersamaan.
Gavin menghela nafas pendek lalu melihat ke arah Dea.
"Tadinya ku kira jika Dea mengetahui Ben sudah menikah.Dia akan fokus meniti karir modelnya di luar negeri.Tapi ternyata dugaanku salah.Maafkan aku Dea.Seharusnya aku tidak memberitahumu soal pernikahan Ben" ucap Gavin penuh sesal.
Lalu Bram dan Varo menyalahkan Gavin.
"Seharusnya kau tidak melakukan nya Vin.Bukankah pernikahan Ben di dirahasiakan"ucap Varo.
"Sekarang Dea patah hati dan terluka karena ulahmu"timpal Bram.
Gavin mendengus kasar.
"Iya aku salah"jawabnya lesu.
Tiba-tiba Dea yang sejak tadi hanya menangis kini bersuara untuk membela Gavin.
"Gavin tidak salah.Tapi ini kesalahan ku sendiri"ucap Dea sambil mengusap air matanya.
"Kok bisa kamu yang salah Dea?"tanya Bram heran.
Dea menarik nafas panjang.
"Ben terpaksa menerima pernikahan Itu,karena aku menolak lamarannya.Aku bodoh karena mengabaikan Ben dan memilih karir modelku.Aku bodoh karena mengira,jika Ben akan terus menungguku.Aku kira Ben bercanda dengan ucapannya untuk menikah dengan gadis lain". Tangis Dea kembali pecah.
Bram,Varo dan Gavin diam mendengarkan kata-kata Dea.
Dengan suara bergetar Dea melanjutkan ucapannya,"Sekarang aku terluka karena pilihan ku sendiri.Penyesalan memang selalu datang di akhir".
"Jika kau tahu Ben sudah menikah.Lalu kenapa kau masih kembali kesini?bukankah kau akan semakin terluka?"tanya Bram ketus.
Dea sedikit kaget mendengar perkataan Bram.Lalu dia mengatakan pada Bram jika maksud kepulangannya adalah untuk memastikan kebenaran pernikahan Ben.
Sekaligus ingin mengetahui apakah Ben masih mencintainya.
Bram menertawakan alasan yang diutarakan Dea.
Tapi Dea bersikap tidak peduli.
"Aku mencintai Ben.Dan aku tahu jika Ben juga masih mencintaiku.Aku akan meyakinkannya dan mendapatkannya kembali.Untuk itu,aku butuh bantuan kalian.Bukankah kalian bertiga juga temanku?"tanya Dea.
Varo menolak tegas permintaan Dea.
"Maafkan aku Dea.Aku tidak bisa membantumu".
"Kenapa?apa kau tidak peduli padaku dan Ben?Apakah kau tidak menyadari jika Ben tidak bahagia dengan pernikahan ini?"tanya Dea.
Varo menghela nafas pendek sambil melihat ke arah Dea.
"Ini bukan masalah peduli atau tidak.Ben sudah cukup dewasa mengambil keputusannya.Aku memang berteman dengannya,tapi aku tidak mau terlibat masalah pribadinya.Aku menghargai privasi Ben".
Bram juga ikut mengutarakan pendapatnya.
"Aku juga setuju dengan apa yang dikatakan Varo.Apalagi pernikahan itu sakral bukan mainan yang bisa diputus atau dibuang begitu saja.Suka atau tidak suka menurutku kau harus menerima kenyataan ini Dea.Jika Ben sudah menikah dengan gadis lain.Jangan berharap lagi padanya atau berkeinginan menghancurkan pernikahannya.Karena jika kau melakukan Itu,sama saja kau menyakiti dirimu sendiri,Ben dan juga gadis yang menjadi istri Ben".
Dea memandang penuh rasa kecewa ke arah Bram dan Varo,lalu mengalihkan pandangannya ke arah Gavin untuk mendengar pendapat Gavin.
"Maaf Dea.Aku pun setuju dengan Bram dan Varo"kata Gavin.
Dea terlihat lesu dan kembali menangis.
Kemudian dia meminta Bram,Varo dan Gavin meninggalkannya sendirian.
***
Kay memandangi Ben.
Tapi Ben terlihat sangat cuek dan asyik membaca majalah bisnis.
Wajah Kay menjadi cemberut.
"Aku ingin sekali pulang ke rumah"batinnya.
"Pria aneh!"ucap Kay memanggil Ben.
Tapi Ben tetap tidak bergeming dan menoleh ke arah Kay.Hingga hampir lima kali Kay memanggilnya.Ben benar-benar cuek pada Kay.Bahkan menoleh sedikitpun tidak.
Lalu Kay mengambil majalah bisnis dari tangan Ben.
Tentu saja Ben marah karena sikap Kay.
Tapi Kay membalas tatapan marah Ben dengan senyuman manis yang sengaja ia buat.
"Hmmm…kita dekat dengan rumahku.Apakah bisa kita berhenti dan mampir sebentar?please"pinta Kay memelas.
Ben mengabaikan Kay dan berpura-pura tidak mendengar ucapan Kay.Dengan santai Ben menyalakan televisi di mobil.
Kay memandangi Ben penuh harap.
Namun asisten pribadi Ben yang berada satu mobil dengan mereka berkata,"Maaf Nona kita tidak bisa mampir ke rumah orang tua Nona.Karena setelah pulang sekolah.Nona Kay masih harus belajar.Bukankah asisten pribadi Nona Kay sudah menuliskan semua jadwal kegiatan Nona selama satu minggu ini".
Kay sedih mendengarnya sambil mengangguk mengiyakan kata-kata asisten pribadi Ben.
"Semua ini tidak adil.Pria aneh ini dapat bertemu setiap hari dengan kedua orang tuanya dan juga neneknya.Sebaliknya aku tidak bisa"eluh Kay dengan suara pelan.
Ben melirik ke arah Kay dan memandangnya diam-diam.
Sementara itu, di rumah Kay.
Ayahnya juga merasakan hal yang sama seperti yang dirasakan Kay. Dia merindukan Kay dan mengkhawatirkan keadaannya .
"Apa putri kita makan dengan baik disana ya Bu?Apa dia akan baik-baik saja?Ayah takut Kay mendapatkan masalah disana.
Kay belum dewasa tapi dia sudah menikah.Mungkin dia kesulitan untuk belajar beradaptasi dengan kebiasaan di keluarga Hartanto".
Ayah Kay menarik nafas panjang dengan wajah sedih.
Ibu Kay mengusap pelan pundak Ayah Kay.Dan mengatakan pada Ayah Kay supaya tidak terlalu mencemaskan putri mereka.
"Ayah tak perlu khawatir.Kay bahagia dan berkecukupan disana."
"Bagaimana jika Ayah menelpon Kay sekarang?"tanya Ayah Kay bersemangat.
"Tidak Ayah,jangan lakukan itu.Nanti Ayah malah menangis bersama Kay.Dan akan semakin membuat Kay lemah"larang Ibu Kay.
"Hanya sebentar Bu! Ayah hanya ingin tahu kabar putri kita"pinta Ayah Kay.
"Tidak boleh Ayah.Sudah ayo bantu ibu memilah barang yang masih kita pakai.Rumah kita akan segera direnovasi dan diisi dengan barang-barang mewah juga mahal".Ibu Kay beranjak dari duduknya sambil menarik tangan Ayah Kay.
"Ayah mohon Bu.Sebentar saja"pinta Ayah Kay memelas.
Ibu Kay menggelengkan kepala menolak permintaan Ayah Kay.
"Apakah Ibu tidak sedih kehilangan Kay?"tanya Ayah Kay kesal.
"Tentu saja Ibu sedih.Tapi Ibu tidak bisa mengembalikan keadaan seperti semula.Semua ini terjadi juga karena Ayah.Jika perusahaan Ayah tidak bangkrut kita tidak akan memiliki banyak hutang.Dan jika Ayah tidak dikeluarkan dari tempat Ayah bekerja hidup kita akan bisa menjadi baik lagi.Tapi Ayah tidak memiliki pekerjaan tetap dan banyak menganggur.Sementara para penagih hutang akan menyita rumah ini,bahkan menghabisi Ayah.Lalu apakah Ibu hanya diam saja melihat hal Itu?HAH?Coba ayah pikirkan dan jangan banyak mengeluh.
Sekarang bantu ibu berkemas!"jawab Ibu Kay marah.
Ayah Kay hanya diam dan tertunduk dengan lesu.
Kemudian Ibu Kay menarik tangan Ayah Kay untuk memilah barang-barang.
***
Kay terlihat sangat lelah setelah banyak mengikuti pendidikan belajar private yang disiapkan oleh Mama Ben.
Dengan langkah pelan ia memasuki kediamannya dan duduk di ruang tamu.
Pelayan menghampirinya dan menawarkan kepada Kay untuk membuatkan minuman atau makanan.Tapi Kay menolaknya.
Kemudian dia teringat jika di kediaman tempatnya tinggal terdapat dapur yang mewah dengan peralatan dapur yang modern.
"Bolehkah aku membuat sendiri makanan di dapur?"tanya Kay bersemangat.
Pelayan itu mengangguk mengiyakan.
Kay tersenyum senang dan beranjak menuju ke dapur.
Tiba-tiba Ben muncul di hadapannya.
Dan Kay hampir menabrak Ben.
"Apa keahlianmu hanya ingin menabrak ku saja?"tanya Ben ketus.
"Aku tidak melihatmu.Lagi pula kau yang salah,muncul seperti hantu di hadapan ku"jawab Kay sinis.
Lalu Kay berjalan meninggalkan Ben,tapi Ben menghentikannya.
"Hei gadis aneh!mau kemana kau?urusan kita belum selesai!"pekik Ben.
"Aku mau memasak di dapur!"sahut Kay berlalu pergi diikuti pelayan di belakangnya.
Ben menatap heran memandangi Kay.
"Memasak?Apa yang akan dilakukan oleh gadis Itu?"ucap Ben pelan lalu menyusul Kay di dapur.
Di dapur,Kay kaget melihat Ben berada di dekatnya.
"Apa yang kau lakukan disini?Kenapa kau mengikutiku?"tanya Kay kasar.
"Ini rumahku.Jadi aku bebas mau kemanapun.Lagi pula,aku harus mengawasimu.Bisa-bisa nanti kau malah menghancurkan dapur ini dan membakar rumah ini"jawab Ben tersenyum meremehkan.
Kay menghela nafas pendek sambil melihat Ben dengan senyuman sinisnya.
"Baguslah kalau kau tahu niatku,jadi berhati-hati lah denganku.Oh ya…Lebih baik hancur kan,daripada punya dapur mewah dan modern tapi tidak pernah digunakan"gertak Kay.
Ben terperangah mendengar ucapan Kay.
"Kau benar-benar berniat ingin menghancurkan dapurku!Apa kau sudah gila,gadis aneh….!".
Kata-kata Ben terhenti seketika.
Kay langsung meletakkan jari tangannya di bibir Ben dan memintanya untuk diam.
"Ssst…diam dan awasi aku saja!"ucap Kay menatap mata Ben.
Ben menjadi bungkam untuk sesaat.Mendadak dia merasa beku di hadapan Kay.
Kemudian Kay meminta apron ke pelayan dan membantunya untuk menyiapkan bahan-bahan yang diperlukannya.
"Apa yang sedang ingin kau buat?"tanya Ben menghampiri.
"Diam dan lihat saja,tapi kalau kau mau membantu akan jauh lebih baik"jawab Kay dengan senyuman kecil.
Ben diam memandangi Kay.
"Dia terlihat semakin manis jika tersenyum"batin Ben.
Kay memasang apron,lalu saat Kay berusaha untuk mengikat rambutnya.
Tiba-tiba Ben langsung mendekati Kay dan mengambil ikat rambut Kay.
Kay melihat ke Ben.
Dan tak sengaja membuat mata mereka saling bertatapan.
"Lihat kedepan.Aku akan mengikatkan rambut mu!"kata Ben sambil membalikkan tubuh Kay membelakangi dirinya.
"Aku bisa melakukannya sendiri"tolak Kay.
"Tapi aku ingin melakukannya.Diam dan turuti perintahku!"ucap Ben.
Tiba-tiba Kay menjadi gugup,saat perlahan jemari tangan Ben mengenai pipi,telinga dan menyentuh leher belakangnya.
Kay berusaha menghindar.
"Apa kau tidak bisa diam?"bentak Ben.
"Bukankah aku sudah bilang,jika aku bisa melakukannya sendiri!kenapa kau memaksa?"tanya Kay ketus berbalik menghadap Ben.
Kali ini Kay kembali tak sengaja bertatapan dengan Ben.
Sesuatu perasaan aneh yang berdebar-debar menjalar di dadanya.
Ben mendekatkan wajahnya ke wajah Kay.
"Karena aku ingin melakukannya.Aku suamimu dan tidak ada yang melarangku untuk melakukan ini pada istriku sendiri"jawab Ben.
Kay terlihat sangat gugup dan menelan salivanya dengan kasar.
Kemudian Ben membalikkan tubuh Kay dan mengikat rambut Kay seperti gulungan ke atas.
"Kau terlihat cantik Kay"bisik Ben lembut pada telinga Kay.
DEG…
Getaran aneh muncul seketika dan semakin kuat dalam debar dada Kay.
Lalu Kay menjauh dari Ben dan fokus mengolah bahan-bahan yang sudah disiapkan oleh pelayan.
Ben diam sambil terus memandangi Kay.
"Apa kau benar-benar bisa memasak?"celetuk Ben.
Kay diam berusaha menghindari tatapan Ben.
"Kenapa kau diam saja?aku bertanya padamu?"tanya Ben lagi.
"Jika kau bertanya terus,lalu bagaimana aku akan membuatnya?jika kau tidak membantu maka lebih baik diam saja.Jangan mengganggu konsentrasi ku dan menatapku seperti itu!"jawab Kay grogi.
Ben tersenyum melihat tingkah Kay yang gugup karena terus dipandanginya.
Kemudian Kay dengan terampil mengolah bahan-bahan menjadi olahan pastry.
Ben yang sedari tadi memandangnya terkagum-kagum melihat kemampuan Kay memasak.
"Jangan diam saja dan bantu aku menggoreng pastel ini"pinta Kay.
"Bisakah kau meminta tolong dengan panggilan yang baik dan enak didengar?misalnya Mas atau sayang"goda Ben tersenyum.
Kay memasukkan sarung tangan atau oven mitt ke kedua tangannya untuk mengangkat kue sus dari oven.
"Aku tidak menduga jika istriku pintar membuat kue.Dari mana kau belajar?"tanya Ben menghampiri Kay.
"Otodidak dari youtube.Aku sangat menyukai pastry.Dan mimpiku ingin bersekolah di sekolah tata boga tidak terwujud,karena keuangan keluarga kami.
Aku bermimpi untuk menjadi seorang pastry chef terkenal.Tapi ku rasa mimpiku itu sudah berakhir"ujar Kay pelan dengan wajah sedih.
Ben terdiam memandangi wajah sedih Kay dan entah mengapa dia juga ikut merasa sedih.
"Apa kau benar-benar ingin menjadi pastry chef?"tanya Ben serius.
Kay menoleh ke arah Ben.
Kali ini Kay terpaku menatap wajah Ben.
Dia tidak pernah melihat wajah Ben seserius ini.
Kay mengangguk mengiyakan.
"Yang mana harus ku goreng?"tanya Ben mengalihkan pembicaraan.
"Ah..yang Itu!Di dekat pisang molen"ucap Kay sambil menudingkan jarinya telunjuknya ke arah nampan berisi pastel.
Ben bersiap untuk menggoreng pastel.
"Apa kau bisa melakukannya?"tanya Kay heran.
Ben menggelengkan kepalanya pelan.
"Tidak bisa.Aku hanya menggantinya saja,kau yang akan menggorengnya"ucap Ben.
Kay mendengus pelan.
"Jangan terlihat kecewa.Bukankah aku sudah banyak membantumu,istriku"goda Ben.
Kay diam memandangi Ben.
Ben tersenyum sambil memandang balik Kay.
"Aku hanya bercanda.Tentu aku akan melakukannya.Menggoreng itu pekerjaan yang easy"ucap Ben dengan wajah sombong.
Kemudian Ben memasukkan pastel ke dalam air fryer.
"Efisien dan praktis kan?"kata Ben menaikan kedua alisnya.
Kay tersenyum menatap Ben.
Tidak lama kemudian Ben dan Kay menikmati olahan pastry yang mereka buat bersama.
Ada pastel,kue soes,dadar gulung,pisang molen dan pie susu.
Tidak lupa Kay membagikan pastry buatannya ke asisten pribadinya,pelayan dan kedua pengawalnya.
"Bagaimana rasanya?"tanya Kay pada Ben.
"Biasa saja"sahut Ben datar.
"Benarkah?tapi dari tadi aku melihatmu tidak berhenti mengunyah!"ucap Kay.
Ben berpura-pura tidak mendengar ucapan Kay,lalu menepuk pelan kening Kay.
"Besok aku akan mendaftarkan mu ke kelas pastry?apa kau mau?"tanya Ben.
Kay yang ingin marah karena sikap Ben langsung melunak.
"Benarkah?"tanya Kay tak percaya.
"Kue pastry buatanmu tidak enak sama sekali kau harus banyak belajar.Supaya kue pastry mu tidak membuatku sakit perut saat memakannya"jawab Ben ketus.
"Benarkah tidak enak rasanya?"tanya Kay pada para pengawalnya.
Tapi Ben lalu menyuruh Kay untuk segera bersiap-siap.Karena sebentar lagi ada jadwal belajar bahasa asing yang harus dihadiri.
"Segeralah bersiap-siap untuk pelajaran bahasa asingmu.Jangan sampai terlambat!jika kau tidak ingin dimarahi oleh Mama"ucap Ben.
Kay melihat ke arah jam tangannya dan panik.Dia terlalu lama di dapur dan hampir terlambat.
Kay bergegas menuju kamarnya diikuti oleh asisten pribadinya.
Ben tersenyum memandangi Kay.Lalu meminta pelayan membawakan pastry buatan Kay ke ruangan Nenek.
Ben ingin menikmatinya bersama sang Nenek.