Ketika dunia manusia tiba-tiba terhubung dengan dimensi lain, Bumi terperangkap dalam kehancuran yang tak terbayangkan. Portal-portal misterius menghubungkan dua realitas yang sangat berbeda—satu dipenuhi dengan teknologi canggih, sementara lainnya dihuni oleh makhluk-makhluk magis dan sihir kuno. Dalam sekejap, kota-kota besar runtuh, peradaban manusia hancur, dan dunia yang dulu familiar kini menjadi medan pertempuran antara teknologi yang gagal dan kekuatan magis yang tak terkendali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rein Lionheart, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter. 34 Dimensi yang Terpecah
Portal itu membawanya ke sebuah dimensi yang tak terduga. Dunia yang mereka masuki kini tampak seperti dua dunia yang bertabrakan, dengan langit yang terpecah antara dua zaman yang berbeda. Ada kota futuristik yang dibangun di atas reruntuhan sebuah kerajaan kuno yang sudah dilupakan oleh sejarah. Dunia itu adalah dunia yang hancur, namun juga penuh dengan potensi tak terhingga.
Di tengah dunia yang terpecah itu, Kael merasakan sesuatu yang lebih kuat daripada sebelumnya. Sebuah kekuatan yang melingkupi seluruh tubuhnya, lebih kuat dari apa pun yang ia alami. Tapi kali ini, kekuatan itu tidak datang hanya dari artefak atau teknologi. Kekuatan itu datang dari dalam dirinya sendiri—sebuah energi yang terbangun bersama dengan ingatan yang mulai kembali.
Kael tahu, mereka baru saja memasuki dunia yang penuh dengan bahaya yang lebih besar daripada yang mereka bayangkan. Dan meskipun tak ada jaminan apa yang akan mereka temui, satu hal yang pasti: mereka harus berjuang untuk bertahan hidup, menghadapi ancaman yang lebih besar, dan mencari tahu bagaimana cara mengendalikan kekuatan yang telah terbangun di dunia yang terpecah ini.
Kael tidak bisa mundur. Dunia ini sudah berada di ujung jurang kehancuran, dan dia adalah satu-satunya yang memiliki kunci untuk menentukannya.
Kael melangkah lebih jauh ke dalam dunia yang terpecah, sebuah tempat yang penuh dengan kontradiksi. Langit yang terbagi antara dua era, satu bagian dipenuhi dengan awan gelap yang membawa kesan zaman kuno, sementara di sisi lainnya, kilatan cahaya neon menyelimuti horizon, memberikan gambaran kota-kota futuristik yang tampaknya lebih tinggi daripada apapun yang pernah ada di dunia yang ia kenal.
Di bawahnya, reruntuhan besar dari sebuah kota yang tampak seperti ibukota kuno masih berdiri, meskipun sebagian besar bangunannya hancur dan lapuk oleh waktu. Namun, ada sesuatu yang tidak biasa di sana—meskipun hancur, tempat itu dipenuhi dengan jejak-jejak teknologi yang tidak seharusnya ada di dunia yang seharusnya terperangkap dalam waktu yang terlupakan.
"Ceryn," Kael berbisik, matanya melirik ke arah temannya yang berjalan di sampingnya. "Ini... lebih dari sekadar perpaduan antara dunia yang bergabung. Ini seperti dunia yang terpecah—dimensi yang saling tumpang tindih."
Ceryn mengangguk pelan, matanya tidak lepas dari pemandangan yang ada di sekeliling mereka. "Aku bisa merasakannya. Ini bukan hanya ruang yang berbeda. Semua ini terasa... cacat, terdistorsi. Seperti kita tidak berada di satu tempat yang utuh."
Mereka melangkah perlahan, merasakan tiap langkah mereka mengalirkan resonansi yang aneh dari tanah yang diinjak. Bahkan udara pun terasa berbeda, lebih berat, seolah sesak dengan potensi tak terbatas yang menunggu untuk dilepaskan.
Ketika mereka terus melangkah menuju pusat kota kuno yang telah runtuh, Kael mulai merasakan dorongan yang lebih kuat. Artefak di tangannya bersinar samar, merespons kekuatan yang ada di sekitar mereka. Tidak hanya itu, Kael merasa seakan sesuatu di dalam dirinya berubah lagi, seakan kekuatan baru sedang mencoba terbangun.
"Tunggu," Kael berhenti sejenak, merasakan gelombang energi yang lebih kuat. "Ada sesuatu di depan kita."
Ceryn berhenti di sampingnya, tatapannya tajam. Mereka berada di depan sebuah bangunan besar, bangunan yang tampaknya merupakan tempat pusat kekuatan di kota itu—sebuah istana yang sudah rusak, tetapi kekuatannya masih terasa begitu kuat. "Itu... itu tempat yang mengandung kekuatan," kata Ceryn dengan hati-hati.
Kael mengangguk, menatap bangunan yang tampak begitu kuno dan modern pada saat yang sama. "Sepertinya ini tempat di mana dunia ini pertama kali terpecah. Tempat kekuatan yang kita cari mungkin ada di sana."
Namun, ketika mereka melangkah lebih dekat, sebuah suara menggetarkan udara, seperti gema yang datang dari kedalaman bumi. Suara itu memanggil mereka dengan cara yang tak bisa dijelaskan, tetapi Kael tahu bahwa itu adalah sesuatu yang lebih dari sekadar peringatan.
"Kau akhirnya datang, Kael..." suara itu menggetarkan jiwanya, membuat seluruh tubuhnya terasa terhuyung.
Ceryn tampak terkejut, tetapi Kael bisa merasakannya lebih dalam. Suara itu bukan hanya sebuah suara—itu adalah kekuatan yang hidup, yang seakan mengenal dirinya lebih dalam daripada yang ia tahu tentang dirinya sendiri.
"Siapa kamu?" tanya Kael, suaranya penuh dengan keteguhan meskipun hatinya dipenuhi ketakutan yang menggelayuti.
"Aku adalah penjaga gerbang antara dunia yang terlupakan. Dunia yang hancur, dunia yang telah hilang. Kamu, Kael, adalah kunci yang akan membuka kebenaran dari dunia ini... dan kehancuran."
Kael menggenggam artefak itu lebih erat, merasakan panas yang semakin menyengat di tangannya. "Aku bukan... aku tidak ingin menghancurkan dunia ini."
"Keinginanmu bukanlah yang menentukan, Kael. Yang menentukan adalah takdir yang telah kau pilih sejak lama, takdir yang tertulis dalam darahmu."
Saat itu, Kael merasakan sesuatu yang aneh. Gumpalan ingatan yang terkubur dalam dirinya tiba-tiba muncul, seperti aliran cahaya yang menerangi kegelapan. Dia ingat sesuatu—entitas yang pernah ada sebelum dirinya, sebelum Li Feng. Seseorang yang memiliki darah yang sama. Sesuatu yang lebih dari sekadar manusia.
Di dalam benaknya, suara itu melanjutkan, seakan berbicara langsung dengan jiwanya. "Darahmu adalah darah mereka yang dulu memerintah dunia ini, mereka yang gagal menjaga keseimbangan antara dunia. Dan kamu, Kael, adalah penerus mereka. Penerus yang akan membangunkan kembali dunia yang telah terpecah."
"Jadi ini takdirku?" Kael berbisik, sebuah pertanyaan yang hampir tidak mampu keluar dari bibirnya. "Aku tidak memilih ini."
"Takdir tidak peduli pada pilihan. Itu sudah terjalin dalam setiap langkahmu, Kael."
Kael merasakan tubuhnya dipenuhi dengan energi yang begitu kuat, seakan setiap sel dalam dirinya terhubung dengan dunia yang baru terbuka di hadapannya. Ia bisa merasakan potensi besar yang mengalir melalui dirinya—suatu kekuatan yang hampir tidak bisa dibayangkan.
"Jadi apa yang harus kulakukan?" tanya Kael, kali ini dengan suara yang lebih tegas. Meskipun ada keraguan dalam dirinya, dia tahu bahwa untuk melanjutkan, dia harus menemukan jawaban, tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi untuk dunia yang kini terpecah.
"Masuki istana itu, Kael. Hanya di sana kamu bisa menemukan kunci untuk mengendalikan kekuatan yang telah terbangun. Tapi ingat, dunia ini tidak akan memberi ampun pada mereka yang tidak siap."
Kael menatap Ceryn sejenak, mencari persetujuan. Ceryn hanya mengangguk pelan, mata penuh kepercayaan.
Dengan langkah pasti, Kael berjalan menuju pintu istana yang terbuka perlahan, seperti mengundang mereka untuk masuk. Sesampainya di dalam, mereka disambut oleh keheningan yang aneh, seolah dunia itu sendiri berhenti bernafas.
Kael merasakan ada sesuatu yang mengawasi mereka, sepasang mata yang tak terlihat, namun tetap hadir di setiap sudut istana yang gelap ini. Sesuatu yang menunggu, menguji, siap menguji setiap keputusan yang mereka ambil.
Dalam diam, Kael melangkah lebih jauh ke dalam istana. Tanpa dia sadari, ia sedang melangkah menuju sebuah takdir yang akan mengubah dunia ini selamanya.