Di dunia di mana kekuatan adalah segalanya, Liu Han hanyalah remaja 14 tahun yang dianggap aib keluarganya. Terlahir dengan bakat yang biasa-biasa saja, dia hidup dalam bayang-bayang kesuksesan para sepupunya di kediaman megah keluarga Liu. Tanpa ayah yang telah terbunuh dan ibu yang terbaring koma, Liu Han harus bertahan dari cacian dan hinaan setiap hari.
Namun takdir berkata lain ketika dia terjebak di dalam gua misterius. Di sana, sebuah buku emas kuno menjanjikan kekuatan yang bahkan melampaui para immortal—peninggalan dari kultivator legendaris yang telah menghilang ratusan ribu tahun lalu. Buku yang sama juga menyimpan rahasia tentang dunia yang jauh lebih luas dan berbahaya dari yang pernah dia bayangkan.
Terusir dari kediamannya sendiri, Liu Han memulai petualangannya. Di tengah perjalanannya menguasai seni bela diri dan kultivasi, dia akan bertemu dengan sahabat yang setia dan musuh yang kejam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fitnah dan Balas Dendam
Setelah kelompok itu kabur, Liu Han membantu Li Cao duduk di bangku batu di dekat lapangan latihan. Wajah Li Cao masih pucat, dan beberapa luka di tubuhnya tampak cukup serius. Liu Han merogoh cincin penyimpanannya, mengeluarkan sebotol kecil pil penyembuh tingkat 2, lalu memberikan salah satunya kepada Li Cao.
“Saudara Li, minumlah ini,” kata Liu Han sambil menyerahkan pil itu.
Li Cao menatap pil itu sejenak, lalu tersenyum tipis. “Pil tingkat 2? Kau terlalu baik, Saudara Liu. Pil ini tidak murah.”
Liu Han menggelengkan kepala. “Jangan pikirkan itu. Fokus saja untuk pulih.”
Li Cao akhirnya menelan pil itu. Efeknya langsung terasa; luka-lukanya mulai membaik, dan warna wajahnya kembali lebih segar. Setelah beberapa saat, dia menghela napas panjang dan menatap Liu Han dengan rasa syukur.
“Terima kasih, Saudara Liu. Jika kau tidak datang, aku tidak tahu apa yang akan terjadi.”
“Siapa mereka?” tanya Liu Han dengan nada serius. “Kenapa mereka menyerangmu?”
Li Cao mengepalkan tinjunya, ekspresi wajahnya berubah menjadi masam. “Mereka adalah bagian dari aliansi kecil di pelataran luar, dipimpin oleh seseorang bernama Zhou Yi. Kelompok itu terkenal licik dan suka mengintimidasi murid lain untuk mendapatkan sumber daya.”
“Zhou Yi?” gumam Liu Han. “Dia pasti salah satu dari mereka yang merasa memiliki kekuasaan di pelataran luar.”
Li Cao mengangguk. “Dia berada di Flowing Qi lapisan kelima, cukup kuat untuk mendominasi murid lain di pelataran luar. Pemimpin kelompok yang menyerangku tadi adalah salah satu pengikut setianya. Mereka biasanya mengincar murid-murid yang sendirian atau tidak memiliki dukungan.”
Liu Han mengepalkan tinjunya, merasa geram. “Jadi mereka menggunakan kekuatan mereka untuk menindas orang lain. Ini sudah terlalu jauh.”
Li Cao menatap Liu Han dengan khawatir. “Saudara Liu, kau harus berhati-hati. Zhou Yi bukan seseorang yang bisa dianggap remeh. Apalagi setelah kejadian tadi, aku yakin mereka tidak akan diam saja.”
Liu Han tersenyum tipis, tetapi matanya menunjukkan ketegasan. “Jika mereka kembali, aku akan menghadapinya.”
Tak lama setelah percakapan mereka, suara langkah kaki terdengar mendekat. Liu Han dan Li Cao menoleh, melihat kelompok yang tadi kabur kembali muncul, kali ini dengan seseorang yang tampak lebih kuat berjalan di depan mereka.
Pemuda itu tinggi dengan wajah tajam dan ekspresi dingin. Auranya memancarkan tekanan yang jelas menunjukkan bahwa dia berada di *Flowing Qi* lapisan kelima. Di belakangnya, kelompok sebelumnya mengikuti dengan senyum penuh kemenangan, seolah yakin bahwa kedatangan pemimpin mereka akan membalikkan keadaan.
“Itu Zhou Yi,” bisik Li Cao pelan, wajahnya kembali tegang.
Zhou Yi berhenti beberapa langkah dari Liu Han dan Li Cao, menatap mereka dengan pandangan merendahkan. “Jadi, kau yang berani menyatakan perang pada aliansiku?” tanyanya, suaranya penuh dengan kesombongan.
Liu Han mengernyitkan alis. “Aku tidak pernah menyatakan perang pada siapa pun. Orang-orangmu yang menyerang temanku lebih dulu.”
Salah satu pengikut Zhou Yi segera maju, menunjuk Liu Han dengan dramatis. “Pembohong! Dia menyerang kami tanpa alasan dan mengatakan bahwa dia akan menghabisi seluruh aliansi kita!”
Li Cao membuka mulut, tetapi Zhou Yi mengangkat tangannya, menghentikannya. “Cukup. Aku tidak peduli apa alasanmu. Yang jelas, kau telah melangkahi batas. Dan sebagai pemimpin, aku tidak bisa membiarkan hal ini berlalu begitu saja.”
Liu Han berdiri dengan tenang, menatap Zhou Yi tanpa rasa takut. “Jika kau hanya mendengar satu sisi cerita dan memutuskan untuk bertindak tanpa memeriksa kebenarannya, maka aku tidak punya pilihan selain membela diriku sendiri.”
Zhou Yi tertawa kecil, matanya menyipit dengan tajam. “Berani sekali kau. Aku suka keberanianmu, tapi itu tidak akan menyelamatkanmu. Jika kau ingin bertahan di pelataran luar ini, kau harus tahu siapa yang memiliki kekuasaan.”
Dia melangkah maju, auranya semakin kuat. “Kau mungkin berhasil membuat mereka lari sebelumnya, tetapi sekarang aku ada di sini. Mari kita lihat apakah kau bisa bicara besar lagi.”
Liu Han menghela napas, lalu melangkah ke depan, berdiri di antara Zhou Yi dan Li Cao. “Jika kau ingin bertarung, aku akan melayanimu. Tapi aku tidak akan menunjukkan belas kasihan.”
Zhou Yi mengeluarkan pedang panjang yang memancarkan aura spiritual. Dalam sekejap, dia meluncur ke arah Liu Han dengan serangan cepat. Liu Han, dengan tenang, mengaktifkan teknik *Langkah Matahari Emas*.
Dalam satu gerakan kilat, tubuhnya menghilang dari tempatnya dan muncul di sisi Zhou Yi. Dengan pedangnya, Liu Han meluncurkan tebasan horizontal, memaksa Zhou Yi untuk memutar tubuh dan menangkis serangan itu.
“Teknik pergerakan yang menarik,” kata Zhou Yi sambil mundur beberapa langkah. “Tapi itu saja tidak cukup untuk mengalahkanku.”
Dia melancarkan serangan berikutnya, pedangnya bergerak seperti badai. Namun, Liu Han menggunakan *Langkah Matahari Emas* untuk terus menghindar, bergerak seperti kilatan cahaya keemasan di medan pertempuran.
Serangan Zhou Yi gagal berkali-kali, dan amarah mulai terlihat di wajahnya. “Kau hanya bisa menghindar?! Hadapi aku seperti laki-laki!”
Liu Han tersenyum tipis. “Aku tidak menghindar. Aku hanya menunggumu membuat kesalahan.”
Pada saat Zhou Yi meluncurkan serangan besar yang menguras energi spiritualnya, Liu Han melihat celah. Dengan gerakan cepat, dia muncul di belakang Zhou Yi dan menghantam punggungnya dengan serangan energi emas yang kuat.
Zhou Yi terjatuh ke tanah, darah mengalir dari sudut mulutnya. Dia mencoba bangkit, tetapi tekanan dari serangan itu membuatnya sulit bergerak.
Liu Han berdiri di atasnya, menatap dingin. “Jika kau pikir bisa menindas semua orang hanya karena kekuatanmu, kau salah besar. Lain kali, pastikan kau tahu siapa lawanmu.”
Zhou Yi mengertakkan gigi, lalu memberi isyarat kepada pengikutnya. “Kita pergi!”
Kelompok itu segera membantu Zhou Yi bangkit dan meninggalkan tempat itu dengan tergesa-gesa, meninggalkan Liu Han dan Li Cao di lapangan yang sunyi.
Li Cao berdiri dengan wajah penuh kekaguman. “Saudara Liu, kau benar-benar luar biasa. Aku tidak tahu bagaimana bisa beruntung memiliki teman seperti dirimu.”
Liu Han tersenyum kecil. “Saudara Li, aku hanya melakukan apa yang seharusnya. Jika mereka kembali lagi, kita akan hadapi bersama.”
Li Cao mengangguk. “Mulai sekarang, aku akan bekerja lebih keras agar bisa berdiri di sisimu, bukan hanya di belakangmu.”
Dengan itu, persahabatan mereka semakin erat, dan Liu Han menyadari bahwa dirinya bukan hanya bertarung untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk melindungi mereka yang berharga baginya.
...****************...
Setelah mengalahkan Zhou Yi dan kelompoknya, Liu Han dan Li Cao memutuskan untuk memanfaatkan waktu mereka dengan lebih produktif. Alih-alih terus berlatih di dalam sekte, mereka sepakat untuk mengambil misi luar yang memungkinkan mereka keluar dari sekte selama beberapa hari.
“Aku tidak ingin hanya duduk di sini,” kata Li Cao sambil memegang pedangnya. “Aku butuh pengalaman nyata untuk memperkuat diriku, Saudara Liu.”
Liu Han mengangguk setuju. “Aku juga berpikir begitu. Dengan kultivasi kita saat ini, lebih baik kita menghadapi tantangan di luar sekte. Lagipula, kita bisa mendapatkan poin kontribusi yang cukup untuk meningkatkan peringkat kita.”
Pagi-pagi sekali, mereka berjalan menuju Aula Tugas, sebuah bangunan besar di pelataran luar yang dihiasi ukiran pedang melingkar di pintunya. Tempat itu dipenuhi murid pelataran luar yang sibuk memilih misi dari papan tugas atau melaporkan hasil misi yang telah selesai.
“Ini pertama kalinya aku ke sini,” kata Liu Han sambil mengamati suasana sekitar.
Li Cao tertawa kecil. “Aku juga jarang ke sini. Tapi kalau kau mencari misi yang cukup menantang, ini tempatnya.”
Di tengah aula, papan besar terbuat dari batu giok berdiri megah. Papan itu dipenuhi daftar misi yang terukir dengan tulisan bercahaya, masing-masing menunjukkan tingkat kesulitan, poin kontribusi, dan detail tugasnya.
“Kau ingin yang seperti apa, Saudara Li?” tanya Liu Han sambil memindai daftar tersebut.
Li Cao memiringkan kepalanya sambil berpikir. “Tidak terlalu sulit, tapi cukup menantang untuk dua orang. Kita juga butuh sesuatu yang memberi poin kontribusi lumayan.”
Mereka membaca misi-misi yang tersedia:
Mengumpulkan Herbal Langka : Tugas ini membutuhkan perjalanan ke sebuah hutan lembap di wilayah perbatasan untuk mengumpulkan sejumlah Herbal Lonceng Perak yang tumbuh di dekat tebing.
Tingkat Kesulitan : Rendah-Menengah.
Poin Kontribusi : 50 per orang.
Memburu Serigala Taring Baja: Sebuah kawanan Serigala Taring Baja dilaporkan mengganggu para pedagang di jalur utara. Tugas ini membutuhkan pembasmian setidaknya tiga serigala untuk memastikan keamanan wilayah.
Tingkat Kesulitan : Menengah.
Poin Kontribusi : 70 per orang.
Menyelidiki Desa yang Terbengkalai : Sebuah desa di kaki Gunung Canglang dilaporkan kosong secara misterius, dan ada tanda-tanda gangguan dari spiritual beast yang belum diketahui jenisnya.
Tingkat Kesulitan : Menengah-Tinggi.
Poin Kontribusi : 100 per orang.
Li Cao menunjuk pada misi kedua. “Yang ini terlihat cukup seimbang. Kawanan Serigala Taring Baja bisa memberikan kita tantangan yang layak tanpa terlalu berbahaya.”
Liu Han mengangguk, meskipun matanya juga tertuju pada misi ketiga. “Benar. Tapi jika kau ingin lebih banyak poin kontribusi, misi desa terbengkalai juga menarik.”
Li Cao tertawa kecil. “Aku bukan Saudara Liu, yang tampaknya selalu siap untuk tantangan besar.”
Akhirnya, mereka memutuskan untuk memilih misi Memburu Serigala Taring Baja. Misi itu cukup jauh dari wilayah sekte, tetapi tidak terlalu berisiko untuk murid pelataran luar yang bekerja dalam tim.
Setelah mengambil token misi dari pelayan di aula, mereka kembali ke tempat tinggal masing-masing untuk mempersiapkan diri. Liu Han mengemas beberapa pil penyembuh, kristal energi spiritual, dan makanan kering ke dalam cincin penyimpanannya.
Di sisi lain, Li Cao memeriksa pedang dan perlengkapan dasarnya, memastikan semuanya dalam kondisi baik. Ketika mereka bertemu kembali di gerbang utama sekte, semangat mereka terlihat jelas.
“Sudah siap, Saudara Liu?” tanya Li Cao.
Liu Han tersenyum sambil mengangguk. “Ayo kita tunjukkan bahwa murid pelataran luar juga bisa melakukan sesuatu yang besar.”
Mereka melangkah keluar dari gerbang sekte, memulai perjalanan mereka menuju jalur utara. Angin pagi yang sejuk menyambut mereka, dan semangat untuk menghadapi tantangan baru memenuhi hati mereka berdua.
Perjalanan menuju lokasi misi memakan waktu sekitar satu hari. Di sepanjang jalan, mereka melewati hutan lebat dan sungai kecil, berbagi cerita dan strategi untuk menghadapi kawanan Serigala Taring Baja.
“Kita harus berhati-hati,” kata Li Cao sambil mengamati peta yang mereka bawa. “Serigala Taring Baja biasanya berburu dalam kelompok, dan gigi mereka bisa menembus baja biasa.”
Liu Han tersenyum kecil. “Aku sudah menghadapi satu sebelumnya. Meski kuat, mereka tidak terlalu cepat. Jika kita bisa memanfaatkan kelemahan mereka, kita akan baik-baik saja.”
Li Cao mengangguk. “Kalau begitu, aku akan mengandalkanmu, Saudara Liu. Dengan kekuatan dan pengalamanmu, aku yakin kita bisa menyelesaikan ini.”
Liu Han menepuk pundak Li Cao. “Kita bekerja sama. Jangan meremehkan dirimu sendiri, Saudara Li.”
Dengan tekad yang semakin kuat, mereka melanjutkan perjalanan menuju lokasi misi, siap menghadapi tantangan yang menunggu mereka.
Bersambung...
lanjut lg dong thor!