John Roki, Seorang siswa SMA yang dingin, Cerdas, dan suka memecahkan misteri menjadi logis (Bisa diterima otak)
Kehidupan SMA nya diawali dengan kode rahasia yang tanpa disadari, membawanya ke misteri yang lebih mengancam. Misteri apa itu? kok bisa makin besar? Selengkapnya dalam cerita berikut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zoro Z, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Game 26. Sumur tua.
Permainan yang dibuat oleh Klub Real Games akhirnya selesai. Dengan usaha keras dan berkali-kali revisi, mereka akhirnya memutuskan untuk menguji hasil karya mereka di sekolah dasar terdekat. Anak-anak SD yang energik dan penuh semangat langsung berkerumun di sekitar papan pengumuman, penasaran dengan permainan teka-teki yang akan mereka mainkan.
Permainannya terdiri dari serangkaian teka-teki yang harus diselesaikan secara berkelompok. Semua anak terlihat antusias, membentuk kelompok dan berusaha secepat mungkin menyelesaikan tiap tantangan. Namun, tidak ada satu pun kelompok yang berhasil menyelesaikan permainan hingga akhir. Bahkan satu kelompok yang hampir mencapai teka-teki terakhir terpaksa menyerah karena teka-teki nya terlalu rumit.
“Serius nih? Anak-anak SD nggak bisa nyelesain bahkan satu teka-teki penuh?” tanya Kevin sambil menyandarkan dirinya di dinding ruang klub, bingung dengan hasil yang mereka terima.
“Sepertinya kita harus memperhitungkan kemampuan mereka juga. Kita bikin teka-teki nya sesuai level kemampuan kita sendiri, bukan mereka,” jawab Sui sambil menggulung kertas-kertas berisi desain permainan yang berantakan di atas meja.
Roki, yang tampak sibuk dengan catatannya, akhirnya mengangkat kepalanya. “Ini memang kesalahan kita. Kita terlalu fokus pada teka-teki yang sulit. Mereka anak-anak, bukan kita.”
“Jadi kita harus bikin ulang atau hanya menyesuaikan tingkat kesulitan?” Kevin melanjutkan pertanyaannya.
“Tidak harus bikin ulang, tapi kita bisa buat versi yang lebih sederhana dan bisa diselesaikan lebih cepat. Tujuan kita kan untuk melatih kemampuan berpikir mereka, bukan membuat mereka frustrasi,” jawab Roki dengan nada tenang.
Di tengah diskusi mereka, pintu ruang klub tiba-tiba terbuka. Bu Yuki, guru pendamping mereka, melangkah masuk dengan senyuman. “Bagus, kalian sudah selesai dengan permainan itu. Tapi saya punya masalah baru yang mungkin bisa kalian selesaikan.”
Sui yang sedang makan camilan menatap penasaran. “Masalah apa, Bu?”
Bu Yuki melipat tangan di dada. “Seorang guru SD kenalan saya ingin berkonsultasi dengan kalian. Dia bilang ada sesuatu yang aneh terjadi di sekolah dasar tempat kalian uji coba permainan tadi.”
Roki menyipitkan matanya, selalu tertarik dengan masalah yang tampak misterius. “Aneh bagaimana?”
“Setiap sore, ada bau tidak sedap yang tercium dari sumur tua di belakang sekolah. Ini terjadi hampir setiap hari. Bau itu sangat kuat di sore hari, tapi tidak ada yang tahu dari mana asalnya.”
Roki berpikir sejenak. “Bau tidak sedap hanya di sore hari... itu menarik.”
Bu Yuki menyerahkan selembar kertas dengan catatan dari kenalan gurunya. “Kalau kamu tertarik, kamu bisa langsung menyelidikinya. Saya yakin kamu dan klub mu bisa menemukan jawabannya.”
Roki menatap kertas itu sebentar, lalu mengangguk. “Baik, saya akan coba menyelidikinya.”
Sore hari, setelah diskusi singkat di ruang klub, Roki, Sui, dan Kevin berangkat menuju sekolah dasar tersebut. Mereka disambut oleh guru yang dimaksud, seorang pria paruh baya dengan wajah cemas. “Terima kasih sudah datang. Saya benar-benar tidak tahu apa yang menyebabkan bau itu. Setiap sore pasti tercium, padahal tidak ada aktivitas di sekitar sumur.”
Roki mendekat ke sumur tua yang berada di halaman belakang sekolah. Tua dan hampir tertutup dengan lumut, sumur itu tampak seperti sisa peninggalan masa lalu yang sudah tidak terpakai lagi. Namun, bau tidak sedap memang mulai tercium begitu mereka mendekat.
Kevin mengerutkan kening. “Bau ini... agak seperti bau busuk, ya?”
Sui mengangguk sambil menutupi hidungnya. “Benar. Tapi kenapa cuma muncul di sore hari?”
Roki, yang selalu tenang dalam situasi seperti ini, memeriksa sumur dengan seksama. Dia memeriksa batu-batu yang menyusun dinding sumur, memastikan tidak ada kerusakan atau hal aneh di luar sumur. “Tidak ada yang aneh di luar,” gumamnya.
Dia melangkah mundur, mencoba menganalisa situasinya. “Jika baunya muncul setiap sore, pasti ada sesuatu yang terjadi secara rutin di waktu tersebut. Kita harus mencari tahu apa yang berubah di sekitar sini saat sore hari.”
Sui melihat ke arah bangunan sekolah. “Mungkin ada hubungannya dengan ventilasi udara atau aktivitas di sekitar sini?”
Kevin menggeleng. “Tapi, saat sore hari kan sudah tidak ada aktivitas di sekolah. Semua murid sudah pulang.”
Roki kemudian menatap sumur itu dengan mata tajam. “Ada kemungkinan sumber bau ini berasal dari dalam sumur, tapi bukan karena airnya. Bisa jadi sesuatu di dalam sumur yang berinteraksi dengan udara sore hari.”
Setelah beberapa lama berdiskusi, mereka memutuskan untuk meminta izin kepada guru SD tersebut untuk membuka penutup sumur dan memeriksa lebih dalam. Dengan hati-hati, mereka membuka penutup kayu yang sudah rapuh. Di dalamnya, mereka menemukan air yang sangat keruh, dengan beberapa benda yang terlihat mengambang di permukaan.
Sui menunjuk sesuatu yang terlihat aneh. “Apa itu di dasar sumur?”
Roki berjongkok untuk melihat lebih jelas. “Sepertinya sampah, tapi ada yang lebih besar dari sekadar sampah biasa. Mungkin ini sumber baunya.”
Dengan bantuan peralatan sederhana yang mereka bawa, mereka mencoba mengangkat benda itu keluar dari sumur. Setelah beberapa menit, mereka berhasil menarik keluar benda itu—sebuah kantong plastik besar yang tampak berat dan bocor di beberapa tempat. Begitu kantong itu keluar, bau busuk menjadi semakin kuat.
Kevin menutupi hidungnya. “Astaga, baunya mengerikan!”
Roki, yang tetap tenang, segera membuka kantong plastik itu dengan hati-hati. Di dalamnya, mereka menemukan tumpukan sisa makanan dan benda-benda organik lainnya yang tampaknya telah membusuk selama berminggu-minggu.
Sui tampak jijik. “Jadi, ini cuma sampah? Siapa yang membuangnya di sini?”
Roki mengangguk, wajahnya serius. “Kelihatannya begitu. Tapi pertanyaannya adalah, siapa yang sengaja membuang sampah di sumur tua ini, dan kenapa selalu bau itu muncul di sore hari?”
Guru SD yang mendengar penjelasan mereka terlihat lega, meski masih bingung. “Ini menjelaskan baunya, tapi kita harus mencari tahu siapa yang melakukan ini.”
Roki berdiri tegak dan menatap sumur itu sekali lagi. “Kami akan mencari tahu siapa yang melakukannya. Mungkin ada pola atau petunjuk lain yang bisa kami temukan. Tapi setidaknya untuk saat ini, kita tahu apa penyebab bau itu.”
Dengan misteri baru yang mulai terungkap, Roki dan teman-temannya pulang sambil memikirkan langkah selanjutnya. Sumur tua itu mungkin baru awal dari masalah yang lebih besar di sekolah ini.