"Perkenalkan, dia yang akan menjadi suamimu dalam misi kali ini."
"Sebentar, aku tidak setuju!"
"Dan aku, tidak menerima penolakan!"
"Bersiaplah, Miss Catty. Aku tidak menoleransi kesalahan sekecil apapun."
Catherine Abellia, bergabung dengan organisasi Intel, Black Omega Agency, untuk mencari tau tentang kasus kematian ayahnya yang janggal. Berusaha mati-matian menjadi lulusan terbaik di angkatannya agar bisa bergabung dengan pasukan inti. Mencari selangkah demi selangkah. Ia mencintai pekerjaannya dan anggota timnya yang sangat gila.
Namun, ketika dia sudah lebih dekat dengan kebenaran tentang kasus Ayahnya, Catty harus bekerjasama dengan anggota Dewan Tinggi! Oh, really? Dia harus bekerjasama dengan orang yang gila kesempurnaan yang bahkan sudah lama tidak terjun lapangan? Wait, mereka bahkan harus terlibat dalam pernikahan? Ia harus menikahi pria yang memiliki kekasih? Tuhan, ini sangat buruk!
Oke, fine! Atasannya sudah gila!
Ayo, ramaikan lapak ini dengan Vote dan komen.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon seraphic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5. Misi Baru
Catty menelan makanannya dengan tatapan kosong. Janessa bertanya apa dia tau? Dia sangat tau. Polisi yang mati itu adalah ayahnya! Ayahnya yang mati tanpa alasan yang jelas! Dia mati-matian berlatih di sekolah Intel dulu hingga menjadi anggota inti karena alasan ini.
Namun, Janessa yang melihat keterdiaman Catty mengira temannya tidak tau tentang kasus itu. "Wajar saja jika kau tidak tau, Cat. Itu terjadi beberapa tahun yang lalu. Kasus itu terhenti dengan sangat tidak wajar. Tanpa menghasilkan apapun, malah harus mengorbankan anggota kepolisian."
Setelah menyelesaikan makan, Catty berfokus sepenuhnya pada pembicaraan mereka. "Lalu, kenapa dengan kasus itu sekarang?"
"Narkoba sejenisnya ditemukan beredar lagi di sebuah Universitas," ujar Janessa memberikan informasi.
Tubuh Catty menegang dengan tangan terkepal. Apakah akhirnya perjuangan nya membuahkan hasil? Apakah sekarang dia bisa memecahkan rahasia dibalik kematian ayahnya?
"Kau yakin itu narkoba yang sama?" tanya Catty pelan.
"Menurut laporan dari rapat atasan kemarin, ya. Itu mengandung zat yang sama walaupun dengan bentuk yang berbeda. Kali ini beredar dengan bentuk Vitamin," tungkas Janessa lagi.
"Tapi kali ini di Universitas?" tanya Catty dan diangguki oleh Janessa.
"Rapat kemarin dihadiri oleh Pimpinan sendiri dan lima orang dewan tinggi Organisasi. Sepertinya masalah ini benar-benar serius."
"Siapa yang mengatakan tentang masalah ini?" tanya Catty lagi.
"Aku tidak tau, sepertinya salah satu dewan. Bukankah para dewan tinggi ini tersebar di berbagai lapisan masyarakat."
Catty mengangguk.
"Kita berdua ditugaskan untuk turun lapangan lagi kali ini," ungkap Janessa tiba-tiba dengan leher yang menciut takut.
Catty melebarkan matanya dengan tangan yang terkepal. Janessa yang melihat tanggapan temannya meringis ngeri.
"Kau serius?" tanya Catty mendesis.
"Jangan marah, Cat. Aku pun tidak sempat menolak." cicit Janessa. Tentu saja, dia tau bagaimana Catty akan mengamuk jika seseorang mengganggu masa liburnya.
"Siapa yang memberi perintah?"
"Mr. Hanz. Namun, kita terpilih setelah berbagai pertimbangan. Usia salah satunya."
Catty mengeraskan rahangnya hingga Janessa menciut di tempat.
"Setidaknya Mr.Hanz memperpanjang waktu liburan kita menjadi dua minggu, Cat. Setelah itu, baru kita kembali bertugas," ujar Janessa menenangkan.
"Dua Minggu?"
"Ya, itu sudah termasuk lama, bukan?" bujuk Janessa agar temannya tidak terlalu terbakar amarah.
"Kenapa sangat lama?!" tanya Catty kesal. Oh ayolah. Dia benar-benar tidak sabar untuk bertugas kali ini.
Melihat respon Catty, Janessa malah mengernyit heran. Apa temannya ini tidak marah? Sungguh sangat langka tidak menerima kemarahan Catty dalam keadaan seperti ini.
"Katakan, bagaimana rincian tugas kita kali ini," perintah Catty dengan semangat.
Meskipun terheran-heran, Janessa tetap menuruti kemauan temannya yang sangat aneh itu.
"Kita akan melakukan penyamaran kali ini. Identitas nya akan diberikan sehari sebelum terjun lapangan."
Catty mengangguk mendengarkan dengan baik penjelasan yang diberikan temannya.
Inti dari penjelasan temannya adalah kepolisian tidak bisa menyelesaikan kasus ini sehingga di oper pada organisasi mereka. Mereka akan menyamar menjadi mahasiswa yang mengikuti pertukaran pelajar. Dua Minggu kemudian adalah waktu dimana kampus tujuan mereka menerima dua mahasiswa baru ini. Mereka akan menyelesaikan misi ini dalam rentang waktu tiga bulan. Bisa dilihat tingkat kesulitan kasus itu termasuk tinggi.
Janessa tersenyum senang. "Ah, entah mengapa aku merasa ini sangat menarik."
"Ya, ya, ya. Tentu saja. Lanjutkan lagi,"
Mendapati ketidaksabaran Catty, Janessa melanjutkan lagi. "Ku dengar, dewan tinggi juga akan mengikuti tugas kita kali ini."
"Yah, itu tidak penting. Bagaimanapun, kita tidak mengenal satupun dari mereka," kata Janessa. "Apa kau mengenal salah satunya?" tanya Janessa menatap Catty yang hanya menggeleng.
"Tentu saja. Jika aku tidak mengenalnya, bagaimana kau bisa kenal lebih dulu."
"Apa-apaan itu? Bagaimana bisa ada pernyataan seperti itu?" tanya Catty mengernyit.
"Apa aku salah?"
"Tentu saja, salah besar."
"Lalu, coba sebutkan lima orang saja orang yang kau kenal di Organisasi selain dua puluh anggota inti dan Mr. Hanz!" tantang Janessa dengan berani sambil menyedekapkan lengannya di dada.
Catty berpikir keras. Benar. Bagaimana bisa dia tidak mengenal orang lain selain mereka itu. "Ah! Ya! Alex!" seru Catty sambil mengangguk dengan semangat.
"Kau mengingatnya karena dia mengikuti mu di misi kita kemarin," sarkas Janessa. "Sebutkan empat orang lagi," sambungnya.
Catty mengernyitkan alisnya, "Haruskah kita membahas itu sekarang, Jen?"
"Tentu harus. Dengan begitu kau akan mengingat kebaikan ku yang betah berteman dengan manusia seperti mu."
"Sialan!" Catty melempar bantal sofa disampingnya ketika mendengar perkataan berisi fakta itu.
*****
Baiklah! Pagi hari yang cerah! Bagaimanapun Catty akan memulai pagi hari ini dengan semangat. Dia mengikat rambutnya dan membuat sedikit gaya pada poni nya. Memberi kesan segar layaknya mahasiswa. Blouse putih dan jeans yang membalut kaki jenjangnya. Terakhir, dia menyampirkan totebag yang diisi dengan buku-buku sebagai formalitas di bahu nya.
"Okay! Welcome My New Mission!" seru Catty pada pantulan dirinya sendiri di cermin. Lalu membuat gerakan menembak dengan jarinya dan menyeringai kecil.
Ddrrrrrtt Ddrrrrrtt
Janessa is calling....
"Turunlah! Aku sudah dibawah!" teriak Janessa dari sambungan telepon yang baru saja diangkat nya.
"Apa kau harus berteriak dari telepon, Jen?" tanya Catty tak habis pikir dengan perbuatan Janessa.
"Aku tidak mengerti mengapa aku sangat bersemangat hari ini. Cepatlah!''
"Sebentar! Aku akan turun!" Catty menutup sambungan dan segera melangkah cepat keluar. Mengambil sepatu nya dan segera turun.
"Woahh! Apa kau harus berlebihan seperti ini, Nona Janessa?" tanya Catty ketika melihat Janessa yang duduk dibalik kemudi mobil mewahnya.
"Oh ayolah, Cat. Apa kau tidak pernah mendengar pembullyan yang terjadi di kampus-kampus pada orang miskin?"
Catty menyipitkan matanya dan menatap datar pada Janessa. "Bagaimana kau bisa tau? Bukankah kau tidak pernah kuliah?" tanya Catty.
"Apa kau tidak memakai ponselmu dengan benar? Aku tidak pernah kuliah apa membuat ku harus buta dengan berita? Bagaimana bisa kau mengatai aku padahal kita sama-sama tidak kuliah?" Janessa menyerang nya dengan pertanyaan beruntun.
"Bukankah itu yang menyebabkan mu sangat semangat sekarang? Karena kita tidak pernah kuliah?"
"Benar! Dan sekarang cepat naik sebelum aku meninggalkanmu dan membuatmu harus mengejar bus di hari pertama kau masuk kuliah!" sentak Janessa pada Catty yang masih saja berdiri di luar.
Catty segera masuk ke dalam mobil dan setelahnya Janessa segera mengendarai mobilnya.
"Kapan kau membeli yang satu ini?" tanya Catty memecahkan kesunyian yang sempat tercipta.
"Kemarin."
Catty mendengus mendengar jawaban itu. Apa Janessa akan membantah pernyataan nya lagi? Dia khusus membeli mobil ini untuk ajang pamer di kampus mereka nanti.
"Apa kau memiliki uang sebanyak itu?" tanya Catty lagi.
"Oh ayolah, Cat. Uang kita tidak akan habis bukan hanya untuk satu mobil ini," jawab Janessa "Dan lagi kau benar-benar harus tau kehidupan di kampus itu mengerikan, Cat!"
Mendapati respon Catty yang hanya menaikkan alisnya membuat Janessa kesal. "Beberapa dari mereka benar-benar memandang seseorang hanya dari kekayaan nya saja. Aku tidak menginginkan masalah lain untuk misi kita kali ini. Jadi aku harus menyiapkan segalanya dengan baik."
Catty mengangguk paham. "Baiklah, kita akan mengikuti pengaturan mu saja kali ini," pasrah Catty tak ingin melanjutkan perdebatan. Ia paham, Janessa hanya terlalu banyak menonton drama.
*****
Cung dulu yang gak kuliah disini~
Author☝🏻 hehe~
Ayo vote n komen teman-temanku~
BigLove,
Sera<3
penataan bahasanya loh keren