"Maukah kau menikahi ku, untuk menutupi aib keluarga ku?" tanya Jisya pada seorang satpam yang diam menatapnya datar.
Kisah seorang gadis yang lebih rela di nikahi oleh seorang satpam muda demi tidak menikah dengan seorang pengusaha angkuh dan playboy.
Sanggupkah satpam datar itu bertahan di tengah-tengah keluarga istrinya yang sering menghinanya? atau dia memilih pergi saja? dan siapa kah sebenarnya satpam muda itu?
Mari ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salsabilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jisya!
Arga membaringkan dirinya di atas ranjang sembari menatap langit-langit kamar. Tampak pria itu seperti begitu banyak yang dia pikirkan.
"Aku berharap kau berbeda dengan keluargamu... Semua keluargamu itu terlalu rakus akan harta... Aku tidak suka dengan wanita matre... Bukannya aku pelit atau tidak ingin membiayai keinginan wanita yang aku cintai... Tapi aku sudah trauma oleh kelakuan Dya yang tidak pernah puas dengan yang namanya harta..." Gumam Arga menarik nafas berat.
Aku selalu berharap kau berbeda dengan wanita-wanita yang kebanyakan memandang seseorang dari materi. Batin Arga alias Rega.
Perlahan kedua netra pria itu mulai terlelap.
,,,
Keesokan harinya di rumah Jisya terlihat wanita itu yang baru terbangun dari tidurnya.
Jisya berusaha untuk turun dari atas ranjang dengan sedikit menyeret tubuhnya karena rasa sakit yang terasa nyeri pada arena kewanitaannya.
"Ini sakit sekali..." Gumam Jisya perlahan mulai berjalan ke kamar mandi dengan sedikit kerepotan akibat luka pada int*mnya.
Setiba wanita itu di dalam kamar mandi. Tampak bulir bening mulai berjatuhan dari kedua matanya.
Jujur saja dia sangat sedih atas perlakuan suaminya kepadanya yang pergi begitu saja setelah pria itu membobol gawang pertahanannya.
Iya, dia sadar diri bahwa dia adalah seorang istri yang harus memenuhi kebutuhan suaminya. Tapi bukan seperti ini yang dia harapkan. Di mana Arga membuat dia terlihat seperti wanita murahan yang tidak punya harga diri sama sekali.
Membayangkan itu semua membuat hati Jisya terasa begitu sakit.
Dia menangis sedih menumpahkan rasa sakit hati dalam kamar mandi sambil berendam dengan air hangat, berharap setelah itu int*mnya bisa terasa sedikit membaik dari rasa nyeri akibat laki-laki yang membuatnya menangis.
Usai membersihkan tubuhnya Jisya bersiap-siap untuk berangkat ke toko.
Wanita itu tak menuju dapur untuk sarapan. Terlihat dia keluar cepat dari rumah sebelum kedua orang tuanya melihatnya dan akan menghentikan dia.
Ternyata Jisya menjalankan mobilnya ke rumah suaminya untuk mencari pria itu di rumahnya. Meski hatinya terasa sakit akibat sikap suaminya yang meninggalkannya semalam begitu saja. Tapi dia tetap mencari pria itu.
"Kenapa Mas Arga? Kenapa dia tidak berada di rumahnya ya?" Gumam Jisya.
Setelah itu Jisya kembali ke mobil karena ternyata rumah suaminya kosong dan Arga tidak ada di sana.
Jisya melajukan mobilnya ke butik.
Di lain sisi, terlihat Arga yang sedang bersiap-siap untuk berangkat ke kantor. Karena hari ini dia ada meeting penting yang tidak bisa dia lewatkan.
Setelah bersiap dengan jas yang begitu rapih, dan celana berbahan kain juga sepatu yang mengkilat, tak lupa dengan rambut yang ditata rapih membuat Arga sangat tampan dan pasti saat Jisya bertemu dengan dirinya yang sekarang, Jisya juga tidak akan percaya jika pria itu adalah suaminya yang sering bersamanya dalam satu kamar.
Jisya memang sudah melihat wajah asli suaminya, tapi wanita itu tidak pernah melihat rambut suaminya yang ditata rapih dengan penampilan yang sangat perfect dan terlihat benar-benar seperti malaikat.
Pasti jika wanita itu melihat penampilan suaminya yang sekarang, dia pasti akan merasa minder jika ingin bergandeng dengan laki-laki itu.
Jisya memang gadis yang cantik, tapi jika Jisya di bandingkan dengan Dya, Dya bahkan berlipat jauh lebih cantik dari pada Jisya. Apa lagi Dya yang sangat perfect dari segi penampilan, tentu saja kedua wanita itu sangat terlihat jauh berbeda dari segi kecantikan.
Tapi entah mengapa kesederhanaan yang di miliki Jisya dengan wajah yang imut dan manis membuat Arga jatuh dalam pesona wanita sederhana itu. Sehingga dia rela membuang-buang waktunya yang super sibuk di Perusahaan, menjadi seorang satpam hanya untuk bisa mengenali Jisya lebih dalam.
Tapi siapa yang menduga ternyata keberuntungan berpihak kepadanya. Saat di tengah-tengah kacaunya pernikahan wanita itu yang disebabkan olehnya sendiri.
Wanita itu malah datang ke arahnya dan meminta untuk dia menikahi Jisya yang membuat semua yang sudah dia rencanakan menjadi lebih mudah.
"Rega, kau tidak sarapan cu? Oma sudah menyiapkan sarapan untuk mu." Kata Oma Pramusita dengan senyuman penuh arti.
Arga menatap curiga pada senyuman Omanya itu.
"Apa lagi yang sudah Oma berikan ke sarapan Rega, Oma?" Tanya pria itu penuh curiga.
"Ayolah anak muda, jangan sering berprasangka buruk kepada Oma mu yang cantik ini." Mencoba untuk menutupi sesuatu dari cucunya.
"Tidak, Oma. Rega ingin segera pergi, karena sebentar lagi ada rapat penting di kantor." Tolak Arga yang tahu pasti Omanya sudah menyiapkan sarapan yang aneh-aneh.
"Jangan menolak Oma, Rega!" Tegas wanita itu menatap tajam ke arah cucunya.
Arga memutar bola mata malas. "Apa sih, Oma!" Kesalnya.
"Sebentar." Oma Pramusita masuk ke dalam dapur dan mengambil secangkir minuman yang sudah dia sediakan dan kemudian kembali kepada cucunya lagi.
"Ini, di minum dulu."
Arga yang malas meladeni Omanya yang super duper cerewet, akhirnya menuruti saja keinginan Omanya itu.
Baru saja ia meminum sedikit, pria itu langsung memuntahkan minuman tersebut yang membuat Oma Pramusita kesal.
"Oma apaan sih! Apa Oma mau membunuh Rega! Itu minuman apaan lagi! kok rasanya aneh banget!" Rega berdecak di buat benar-benar kesal oleh Omanya.
Para pelayan yang melihat tingkah Oma dan cucu itu langsung menahan tawanya.
Arga menatap tajam ke arah pelayan. "Kalian menertawakan saya! Apa kalian mau dipecat!"
Oma Pramusita langsung menarik kuping cucunya yang membuat harga diri Arga anjlok seketika di depan para pelayan.
"Enak saja mau pecat-pecat pelayan Oma! Jangan samakan Mension ini seperti kantor kamu! Yang bisa kau berbuat sesuka hati memecat karyawan meski hanya karena kesalahan sepele!" Omel Oma Pramusita yang tahu sikap buruk cucunya.
Iya, Rega alias Arga terkenal dengan sikap bengisnya di kantor dan di dunia bisnis yang suka melakukan sewenang-wenang.
Bahkan pria itu tak segan-segan memutuskan kerja sama di antara Perusahaannya dan juga Perusahaan yang bersangkutan jika dia tidak suka dengan pemilik Perusahaan tersebut.
Arga juga tidak pernah peduli dengan royalti perjanjian kontrak kerja sama kalau dia memang sudah muak dengan orang yang bersangkutan.
Makanya dalam dunia bisnis, tidak ada yang berani menyinggung Rega Argapramana. Karena semua orang tahu dengan sikapnya yang suka berbuat sesuka hati tanpa peduli dengan kebangkrutan oleh sebuah Perusahaan atas tindakannya.
"Terserah Oma. Rega mau berangkat ke kantor." Pria itu ingin melangkah pergi tapi lagi-lagi Oma Pramusita menahannya.
"Apa lagi sih Oma sayang...." Arga benar-benar di buat gemes oleh Omanya.
"Habisin ini dulu!" Titah Oma Pramusita.
"Tapi itu pahit banget Oma, seperti racun."
"Ini bukan racun cucu ku. Ini obat agar kau bisa kuat di atas ranjang, siapa tahu saja tongkat mu letoy saat sedang berhadapan dengan gawang pemusnah." ujar Oma Pramusita ceplas-ceplos membuat Arga melebarkan kedua matanya.
"Apa!!!!!" Kaget pria itu berusaha memuntahkan ramuan tersebut yang sudah terlanjur ia terminum sedikit. Tapi tentu saja ia tidak bisa memuntahkannya.
Iya, Oma Pramusita ternyata juga tahu apa yang di lakukan oleh cucunya itu. Bahkan Oma Pramusita sering menyuruh Arga untuk mengajak istrinya datang ke Mension. Tapi pria itu selalu menolak dan berkata dia belum siap untuk menunjukkan jati dirinya kepada Jisya.
Dengan perasaan dongkol Arga akhirnya berangkat ke kantor akibat ulah Omanya.
Setibanya di kantor ternyata Arga memarahi semua karyawannya karena terlambat mempersiapkan meeting.
Usai rapat Arga masih terus marah-marah dan melangkah masuk ke dalam ruangannya. Dia bahkan mengskorsing dua karyawan yang dia anggap penyebab terlambatnya rapat.
Seperti itulah tingkah laku buruk yang melekat dalam diri Arga saat dia sedang marah.
Tok tok tok
Terdengar suara ketukan dari luar pintu ruangan Arga.
Tok tok tok
Untuk yang kedua kalinya pintu itu kembali di ketuk. Tapi karena Arga yang sedang dalam emosi berat, dia tidak peduli pada ketukan pintu itu.
Karena dia tahu karyawan tidak akan ada yang berani masuk ke dalam ruangannya tanpa seizin darinya.
Akhirnya seseorang yang mengetuk pintu itu masuk ke dalam meski tanpa izin si pemilik.
Tak!
Arga yang geram karena seseorang berani masuk ke dalam ruangannya tanpa izin, langsung melayangkan sebuah berkas keras dan tepat mengenai dahi si wanita yang berdiri di ambang pintu.
"Arkh!" Wanita itu berteriak kesakitan dan langsung memegang dahinya.
Jisya!. Kaget Arga saat suara wanita yang terkena lemparannya itu mirip dengan suara istrinya.
bukan bintang tujuh,puyer 16,..
yg masuk akal dikit dong yg seperti kehidupan nyata gitu lho jadi malas bacanya