Naas, kemarin Ceren memaksa hatinya untuk menerima Gilang, si teman sekolah yang jelas-jelas tidak termasuk ke dalam kriteria teman idaman, karena ternyata ia adalah anak dari seorang yang berpengaruh membolak-balikan nasib ekonomi ayah Ceren.
Namun baru saja ia menerima dengan hati ikhlas, takdir seperti sedang mempermainkan hatinya dengan membuat Ceren harus naik ranjang dengan kakak iparnya yang memiliki status duda anak satu sekaligus kepala sekolah di tempatnya menimba ilmu, pak Hilman Prambodo.
"Welcome to the world mrs. Bodo..." lirihnya.
Follow Ig ~> Thatha Chilli
.
.
.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MDND~ Bab 33
Terlihat sepi dari luar, pintu pun tertutup rapat, seperti tak ada kehidupan, kondisi rumah nampak dari depan aman. Namun jelas itu kontras dengan kondisi di dalam.
Kaisar berlari mengejar Ceren yang juga berlari melompat menghindari bocah itu. Ia bahkan tertawa-tawa ketika dengan sewotnya Kaisar mengeluh jika Ceren haruslah tertangkap, karena sejatinya penjahat itu tak lebih tangguh dari aparat (dalam pemahaman bocah 5 tahun itu)
Deru suara mesin mobil Hilman bahkan sampai tak terdengar saking asiknya mereka bermain, "aku kan penjahat super!" ucap Ceren, "bestienya spiderman!"
Mana ada penjahat bestie'an sama super hero, ngadi-ngadi.
"Mana ada, ih bu'lekkk!!! Ngga mau tau, harus kalah!" jerit bocah itu tak mau kalah, ia bahkan kini sudah berubah kostum dengan memakai topeng pahlawan kesayangannya seraya membawa tangan robot, "aku tembak, bu'lek harus mati!"
Semakin saja Ceren tergelak, lama-lama ia bisa gila kalo kebanyakan gaul dengan Kaisar, "mana ada orang mati cuma disenterin."
"Ceritanya bu'lek. Ini ceritanya laser panas, dari neraka!" sewotnya lebih berurat.
"Bu'lek itu pake ilmu kebalnya dukun san tet, jadi tembakan iron man ngga akan sampe bikin bu'lek mati. Pake jurus rawa rontek, abis kena tembak hidup lagi..." jawabnya yang terang saja tak dimengerti Kaisar, "bu'lek ngada-ngada, jurus apaan itu, ngga ada di film iron man," debatnya sudah bersiap dengan kuda-kudanya hendak memusnahkan Ceren dengan laser tangan robotnya, meski itu hanya bohlam kecil yang diciptakan oleh perusahaan mainan dan tak mungkin benar-benar membuat orang di depannya mati kebakar.
Hilman begitu spechless saat sampai di ruang tengah, rumah tenang dan rapinya dalam sekejap sudah persis kena bom nuklir. Mainan Kaisar berhamburan terhampar memenuhi ruang dimana ia biasa duduk santai sambil nonton.
"Astaghfirullah," lirihnya bergumam syok. Lantas netranya bergerak melihat betapa asiknya dua makhluk, tersangka terduga pemberantakan rumah rapinya itu, justru berlarian layaknya tikus got yang lagi pesta bakwan basi.
"Bu'lek. Dorrrr! Dorr! Jangan lari! Hyaaaaaatttt!" jeritnya heboh dan bahagia.
Ceren tertawa tergelak dan bersiap melompat karena dirinya yang naik ke sofa demi menghindari Kaisar di bawah sana.
"Awas yo bu'lek yoo!"
Namun sayangnya...karena ia yang tak berhati-hati, lompatan yang sudah ia siapkan dengan ancang-ancang sempurna itu justru mendarat dan menginjak salah satu mainan Kaisar yang tergeletak tak bertuan.
Sretttt----gedebughhh!
"Awwwww!"
"Bwahahaha!" bukan hanya Kaisar, namun pula Hilman yang refleks menertawakan.
"Nah, kan! Dibilangin penjahat pasti kalah!" gelak tawa riang bocah itu. Hilman yang masih menyisakan tawanya, melangkah terarah menghampiri Ceren yang sudah terduduk meringis, "nah kan. Udah gede masih kaya bocah, pake berantakin mainan...jadinya senjata makan tuan..." Tanpa sungkan pria itu berjongkok dan menyentuh pinggang Ceren yang mengaduh karena mencium lantai dengan keras.
Memang belum terasa, namun saat Hilman memijitnya Ceren justru semakin meringis dan mengeluhkan sakit, "aduh ih pak sakit..."
"Sakit to bu'lek?" tanya Kai ikut menghampiri.
"Enak!" sentak Ceren ketus yang justru meledakan tawa Kai lagi, hingga tanpa sadar ia tak lagi marah atau melarang Hilman memegang Ceren.
"Aduh pak, yang itu...sakit."
"Cuma keseleo, sepertinya." Jawab Hilman, "dipakein minyak urut saja."
"Diem to bu'lek. Yanda itu jagonya mijit....kalo aku jatuh, terus sakit...yanda yang mijitin aku sampe ngga pegel lagi," ujarnya justru meminta Ceren diam saja saat Hilman menyentuhnya.
"Sudah. Udahan mainnya..." pinta Hilman, yang awalnya sudah dibuat kesal melihat kondisi ruang tengah. Namun saat melihat rona bahagia dan tawa lepas dari Kai, seketika emosi dan kekesalan itu sirna. Hatinya bertambah yakin, jika Ceren adalah perempuan yang sampai detik ini, cukup cocok dan klop dengan Kaisar. Ia mampu mengimbangi Kai-nya.
"Katanya bu'lek temennya spiderman, tapi jatoh sedikit aja sakit." Cibir Kai.
Ceren beranjak bangkit, namun belum ia setengah melangkah ke arah kamarnya, "mau kemana?"
"Ke kamar lah, mau kemana lagi?" sewotnya.
"Terus yang mesti tanggung jawab beresin ini semua, siapa?" tanya nya tega, memancing wajah yang semakin cemberut, "ih, bapak tega banget! Orang sakit suruh beresin, lagian yang berantakin Kaisar tuh!" tunduhnya menunjuk bocah 5 tahun itu.
"Kai?" tanya Hilman beralih menatap putranya, "bu'lek juga ikutan main!" jawabnya enggan bertanggung jawab sendirian, "kalo mesti beresin sendiri kan Kai ndak bisa yanda...tangan Kai kecil..." alasannya.
"Mmmhh, alesan nih bocah!"
"Ayo, yang main harus tanggung jawab!" pinta Hilman, Ceren melotot barang sejenak pada Kai, "kalo beresin sendiri, Kai capek bu'lek..."
Hilman berdiri dan melengos ke kamar setelah melihat Kai dan Ceren yang memulai pekerjaan mereka, meski diwarnai perdebatan keduanya yang masih saling menyalahkan. Menggeleng pening mendengar ocehan keduanya yang sama-sama tak mau kalah, dan mungkin mulai sejak menikahi Ceren ia harus terbiasa dengan perdebatan kecil keduanya.
Hilman membuka kemeja yang membalut badan dan sudah mulai lengket. Ia menyunggingkan senyumnya dan refleks terkekeh saat mendengar ocehan Ceren dan Kaisar, lucu saja keduanya berdebat...ia mulai menyukai itu, apa ini sebuah stress killer?
Bersih-bersih, ashar, dan sedikit memanjatkan do'a di akhir sujudnya. Ia tak lagi mendengar keributan di balik pintu kamarnya, apa yang keduanya lakukan saat ini? Terakhir ia melihat kedamaian dan kesenyapan dari luar, tau-tau di dalam rumahnya persis kapal pecah. Hilman segera menyugar rambut yang tadi tertutup songkok, lalu keluar kamar.
Langkahnya terhenti demi melihat Kaisar sudah terlelap di atas karpet berbantalkan boneka minion dengan Ceren yang juga memejamkan mata sembari meringkuk di samping Kai, sungguh pemandangan indah yang tak akan pernah ia tukar dengan apapun.
Ceren menggeliat pelan dan sedikit mengeluh karena rasa pegal, "duh, mana tidur disini lagi...gue ngga bisa mindahin nih bocah.." gumamnya.
"Kai tidak usah dipindahkan, biar saja..." jawab Hilman yang kehadirannya belum disadari Ceren. Gadis itu menoleh mengangguk dan ingin meneruskan tidurnya di kamar, namun kembali Hilman diciptakan seperti seorang yang akan selalu mengganggu kenikmatannya.
"Sudah ashar?"
"Jangan diteruskan tidur...baiknya bersih-bersih terus ashar, ketimbang tidur mendingan siapin saya makan.." ujarnya memantik lengu han berat Ceren, meski ia amat sangat keberatan namun ia tak berani bersuara karena jatohnya pasti ia yang salah.
"Sumpah 50 ribu tuh ngga sepadan guyyysss..." keluhnya merengek masuk kamar dan hal itu membuat Hilman mengeluarkan tawanya.
Hilman duduk menikmati makan sorenya, dengan Ceren yang duduk bersebrangan dengannya, "kamu dan Kai sudah makan?"
"Udah." Angguknya.
"Pak. Interupsi!" ujarnya menyela kekhusyuan Hilman, tanpa menjawab Hilman hanya mendaratkan pandangannya saja pada Ceren.
"Ceren mau menyampaikan keluhan," lanjutnya cemberut.
"Silahkan," Hilman meneguk air minum setelah makanan di piringnya habis.
"Ini kenapa jadi begini, sih...Ceren keberatan..." ia menyampaikan.
Alis tebal itu terangkat sebelah dan melengos begitu saja ke arah wastafel, "keberatan atas?" tanya nya dari arah wastafel.
"Masa uang jajan Ceren cuma 50 ribu. Perjanjiannya kan tadi 50 ribu tuh, Ceren ngga ngapa-ngapain...Nah, sekarang yang Ceren lakuin justru lebih dari cuma jemput Kaisar..."
Hilman kembali dan duduk di sebrang Ceren, mendengar keluh kesah gadis ini, dan sepertinya istri kecilnya itu akan mengajaknya berunding dan bernegosiasi.
"Iya, masa mbak Sri ngga dateng hari ini, jadinya tugas dia Ceren yang lakuin, nyiapin sama layanin makan Kaisar, gantiin bajunya, nemenin Kai, bahkan tadi----" Ceren menjeda ucapannya demi mengingat kejadian menjijikan tadi.
"Ceren cebo kin Kai..." lanjutnya, "yang bener aja. Kalo kaya gini sih mendingan Ceren kerja jadi pengasuh aja, jelas-jelas gajinya lebih dari 50 ribu." Ketusnya, ia menjengkat sendiri saat melihat di depannya piring ayam masih menyisakan isinya, "nah ini nih!" tunjuknya, "ini ngga masuk itungan, layanin bapak makan!" ia mulai menghitung-hitung dengan apa yang sudah ia lakukan.
Hilman mengangguk paham, ia lalu tersenyum tipis setengah smirk, "oke. Kamu mau disamakan dengan Sri dan asisten rumah tangga? Deal, uang jajanmu saya naikan, 200 ribu sehari, tapi tugas Sri, ditambah kebutuhan saya seperti pakaian, makan, kopi dan tugas-tugas bersih-bersih rumah, kamu yang handle? Bagaimana?" tawarnya lagi.
Ceren memundurkan wajahnya dan mengernyit, *kenapa jadi gini sii*?
.
.
.
.
.
habis tegang jadi ngakak teh.🤣🤣🤣🤣
ke tangkep KLO lagi nguping kan 🤣🤣🤣
luar biasa kelakuannya..bisa2nya nguping ketahuan....wkwkwkkw
Semangat upny kak sin...