NovelToon NovelToon
PEMBUKTIAN ALANA (MENANTU HINA)

PEMBUKTIAN ALANA (MENANTU HINA)

Status: sedang berlangsung
Genre:Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Konflik etika / Mengubah Takdir / Keluarga / Romansa
Popularitas:16k
Nilai: 5
Nama Author: V E X A N A

DASAR, SUAMI DAN ISTRI SAMA-SAMA PEMBAWA SIAL!

Hinaan yang tak pernah henti disematkan pada Alana dan sang suami.

Entah masa lalu seperti apa yang terjadi pada keluarga sang suami, sampai-sampai mereka tega mengatai Alana dan Rama merupakan manusia pembawa sial.

Perselisihan yang kerap terjadi, akhirnya membuat Alana dan sang suami terpaksa angkat kaki dari rumah mertua.

Alana bertekad, akan mematahkan semua hinaan-hinaan yang mereka tuduhkan.

Dapatkah Alana membuktikan dan menunjukkan keberhasilannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon V E X A N A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PAM32

POV Alana

Akhirnya restoranku sudah buka. Sudah hampir 1 bulan berjalan. Dan kulihat perkembangannya bagus, terlihat dari laporan penjualan per-harinya. Promo diskon selama satu minggu memang menarik pelanggan. Tapi, untuk membuat para pelanggan tidak lari, ya sangat tergantung dari kenikmatan menu dan kualitas pelayanan kami. Semua ini tak lepas dari kepiawaian Bu Anti. Kemampuannya mengolah masakan tradisional benar-benar terbukti.

Banyak instansi yang membuat pertemuan di restoranku, ataupun yang memesan menu prasmanan maupun nasi kotak untuk acara di kantornya. Banyak pula pelanggan perorangan yang booking tempat untuk acara lamaran atau syukuran.

Semua itu tak lepas dari hasil kerja keras Bima yang mempromosikan restoran ini di media sosial.

Siang itu, aku sedang duduk di salah satu meja pojok restoran untuk memeriksa laporan penjualan minggu sebelumnya dan juga memastikan kecukupan bahan.

Perusahaan konveksi Bu Nirmala memesan prasmanan di tempatku untuk acara rapat tahunan.

"Perhitungan bahan untuk pesanan Bu Nirmala sudah ada, Bim?"

"Sudah, Mbak. Ini laporan stok bahan. Di halaman kedua ada perhitungan bahan untuk Bu Nirmala. Di halaman ketiga, ada total kebutuhan untuk pesanan minggu ini. Lembar berikutnya, mengenai total bahan yang kita punya per kemarin, dan perkiraan bahan yang harus Mbak belanja."

Aku manggut-manggut, mengerti dengan penjelasan adikku.

"Oh ya, Bim. Kayaknya, kamu mesti nambah karyawan lagi. Paling tidak ... 4 orang lagi, jika pesanan ruang pertemuan seperti ini terus, di bulan ini."

"Nah baru mau kubilang sama kamu, Mbak. Aku rencana mau izin rekrut karyawan baru. 2 untuk dapur, 4 untuk pelayanan. Gimana, Mbak?"

"Mbak sih ok. Untuk yang dapur, tolong libatkan Bu Anti ya waktu rekrutnya. Biar beliau nyaman juga dengan timnya."

Meski bicara dengan Bima, mataku langsung mengarah ke sekelompok tamu di salah satu meja resto.

"Ngeliat apa, Mbak? Kok tiba-tiba aja mandang ke sana?" tanya Bima yang heran melihatku tiba-tiba tidak fokus.

"Ibu-ibu yang di meja sana tuh."

"Lho, itu buleknya Mas Rama, kan?"

"Ho'oh."

Bima memang pernah ketemu bulek Darmi saat acara pernikahanku dengan Mas Rama. Tapi, hanya sekali itu. Entah kalau bulek masih ingat Bima atau tidak.

"Lah terus, masalahnya di mana?"

"Bulek Darmi ini yang menghasut Ibu untuk memusuhi Mas Rama. Dia menyalahkan Mas Rama akan kematian kakek Mas Rama, Bapaknya. Padahal menurut Bapak, yang salah ya Bulek Darmi ini. Tapi, Ibu dibuat merasa bersalah, dan Mas Rama yang jadi kambing hitam. Beberapa kali ketemu, Bulek selalu buat masalah sampai Bapak marah. Kita lihat aja, Bulek bikin ulah apa sekarang." Kuceritakan pada Bima, mengenai penghinaan Bulek Darmi selama ini, termasuk saat di acara syukuran kehamilan Mbak Marni.

Baru juga aku selesai ngomong, sudah kudengar ribut-ribut dari meja Bulek Darmi. Kami berdua masih mengamati. Sampai sejauh apa aksi Bulek nantinya.

"Kenapa saya harus bayar? Ini kan restoran kakak saya!" Bentak bulek Darmi ke Anggi, salah satu karyawan restoran yang sedang menyerahkan tagihan.

"Maaf, Bu. Kakak Ibu siapa ya?" tanya Anggi sopan.

"Ibu Surtini. Itu nama kakak saya. Masa sama majikan sendiri tidak kenal sih, kamu? Tidak tahu diri sekali!"

"Sekali lagi maaf, Bu. Majikan kami bukan Ibu Surtini. Mohon Ibu dibayar tagihan ini."

"Gimana ini, Jeng Darmi? Katanya ini restoran kakaknya. Lah, ini Mbaknya bilang bukan. Yang bener yang mana?" tanya salah satu teman Bulek.

"Iya, Jeng. Sebenarnya Jeng Darmi ini saudaraan ama pemilik restoran ini atau tidak sih?" sahut yang lain.

"Apa, Jeng Darmi, ini hanya ngaku-ngaku saja?"

"Padahal tadi bilangnya makan gratis enak di restoran saudaranya."

"Tadi nyuruh kita milih apa aja yang kita suka."

Teman-teman Bulek menimpali bersahut-sahutan. Muka Bulek Darmi merah padam. Dadanya kembang kempis.

"Gak mau! Pokoknya aku gak mau bayar! Masa restoran saudara sendiri kok bayar!"

"Yang jadi saudara Ibu ini siapa? Kalau tadi dibilang Ibu Surtini, saya bisa jamin bahwa majikan kami bukan orang yang bernama Bu Surtini. Mohon kerjasamanya, Bu. Tagihannya tolong dibayar. Totalnya Rp. 1.275.000." Anggi juga tidak kalah teguhnya.

"Mahal sekali. Masa sampai 1 juta lebih untuk makan beginian?" cibir Bulek.

"Menu makanan beserta harganya, sudah tertera sejak awal, Bu. Dan menu yang ibu-ibu pilih adalah menu special. Apalagi ada juga yang dibungkus untuk setiap orang." Anggi menjelaskan dengan sabar.

"Kamu ini masih ngeyel ya. Aku tidak mau bayar karena ini restoran kakakku. Goblok atau budek sih kamu ini?! Biar nanti kuminta kakakku memecatmu, Pelayan Goblok!"

"Terserah Ibu mau bilang apa, yang penting mohon dibayar saja tagihan makanannya."

Ingin kuhampiri meja Bulek Darmi, tapi Bima melarangku. Dia bilang, dia yang akan menyelesaikan pertikaian itu karena masalah ini adalah bagian dari tugasnya sebagai manajer restoran ini. Bima kuingatkan bahwa Ibu Surtini yang dimaksud adalah nama ibu mertua yang juga kakaknya Bulek Darmi.

"Permisi ibu-ibu. Saya Bima penanggung jawab restoran ini. Mohon maaf ada masalah apa ya sampai ribut begini? Keributan ini sudah mengganggu kenyamanan tamu kami." Tanya Rian sambil menangkupkan kedua telapak tangannya di dada.

"Oh, kamu atasannya pelayan goblok ini? Pecat saja dia. Dari tadi orang ngomong gak ngerti-ngerti juga. Masa saya harus bayar makanan di restoran milik kakak saya sendiri. Kalau dia punya otak sih gak bakalan ngasih tagihan!" Bulek bicara sambil mencebikkan bibirnya. Rupanya, Bulek tidak ingat dengan Bima. Ya wajar sih, karena cuma sekali ketemu.

"Permisi tanya, siapa kakak Ibu yang katanya pemilik restoran ini?"

"Bu Surtini. Kenal kan? Kenal donk. Masa sama majikan sendiri tidak kenal."

"Maaf, Bu. Saya kenal dengan Bu Surtini. Tapi, Bu Surtini bukan pemilik restoran ini. Ibu sudah salah sangka--"

"Lah gimana Jeng Darmi ini. Salah info atau gimana, Jeng?" Teman bulek memotong perkataan Bima

Muka bulek semakin memerah. "Kamu jangan bohong ya. Mau saya laporkan ke Bu Surtini?"

"Silahkan dilaporkan, Bu. Saya jamin tidak akan ada tindakan apa-apa dari Bu Surtini. Kami ini pekerja restoran ini, Bu. Masa iya kami tidak ingat siapa majikan kami. Dan saya pastikan bahwa pemilik restoran ini bukan Bu Surtini. Jadi mohon kerjasamanya untuk segera membayar tagihannya," Bima masih berkata-kata dengan pelan, tapi, tegas.

"Udah, Jeng. Bayar aja, kan tadi bilangnya mau nraktir. Dari pada tambah ribut. Malu, Jeng!" kata teman Bulek.

"Karyawan tidak tahu diri kamu. Kalian berdua akan terima akibatnya ya memperlakukan aku seperti ini."

"Ibu mau bayar atau kami akan mengambil tindakan lebih lanjut?"

Bulek cepat-cepat membuka tasnya dan mengambil uang dari dalam dompet, mengitungnya dengan cepat lalu melemparkannya ke arah Anggi dan Bima.

Adikku langsung mengetatkan rahangnya.

*

*

Bersambung.....

1
RN
lumayan
Isabela Devi
lanjut thor
Isabela Devi
Alana hamil
Isabela Devi
bener tiada pelangi tanpa adanya hujan
Isabela Devi
semangat kerja
RN
lanjutkan
Weni Averiani
Nangis bangetttt 😭😭😭
Pane Alham
menyirat darahku
Pane Alham
dih iri hati, itu kalung sama liburan kan bukan dari raga. ogebb
Pane Alham
/Sweat/
Galuh Setya
ceritamu bagus thor, gak melulu tentang selingkuh. gak berat² banget lah konfliknya. kalo bisa up nya yg rutin ya thor
Ansan: Terimakasih readers
total 1 replies
DISTYA ANGGRA MELANI
Raga di cariin jodoh baru aja biarin pisah ma si utami nyaa.. Brubah bentar sekrang ekonomi membaik jg blik lgi ttp mw mnjain ortu nya.. Gemes q
Ansan: /Joyful/
total 1 replies
Jade Meamoure
dah vote Thor mudahan cepet upnya ya
Ansan: terimakasih kak😇
total 1 replies
Jade Meamoure
serasa nyata cerita d chapter ini bangus banget
Ansan: terimakasih kak
total 1 replies
Pane Alham
baca novel serasa sambil mmotong bawang, air mataku rembes 🥲
akhirnya ya rama 😭
Ansan: sedih kah?
total 1 replies
Pane Alham
selamat untuk kehamilannya Lana
Ansan: nanti di sampaikan/Smirk/
total 1 replies
Pane Alham
Alhamdulillah
Ansan: /Smile/
total 1 replies
Pane Alham
semoga alana baik2 aja ya
DISTYA ANGGRA MELANI
Jngn bilang alana sakit ya kak... Dibuat hamidun aja lah...
Ansan: /Smile/
total 1 replies
Pane Alham
cerita ini tu enak banget di baca, adeeeem bgt meskipun ada konflik
Ansan: terima kasih kakak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!