Di dunia yang dikendalikan oleh faksi-faksi politik korup, seorang mantan prajurit elit yang dipenjara karena pengkhianatan berusaha balas dendam terhadap kekaisaran yang telah menghancurkan hidupnya. Bersama dengan para pemberontak yang tersembunyi di bawah tanah kota, ia harus mengungkap konspirasi besar yang melibatkan para bangsawan dan militer. Keadilan tidak lagi menjadi hak istimewa para penguasa, tetapi sesuatu yang harus diperjuangkan dengan darah dan api.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khairatin Khair, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9
Langkah-langkah kaki mereka bergema di udara yang dingin saat Ares dan kelompok pemberontaknya menaiki jalan curam menuju Kuil Bayangan. Udara di sekeliling mereka semakin pekat dengan energi gelap, seolah-olah gunung itu sendiri hidup dan bernapas bersama bayangan-bayangan yang menghantui. Setiap langkah terasa semakin berat, bukan karena kelelahan fisik, tetapi karena perasaan bahwa sesuatu yang tidak terlihat mengawasi mereka.
"Ini dia," gumam Liora, matanya terfokus pada struktur besar di hadapan mereka.
Kuil Bayangan berdiri menjulang, meski sebagian besar sudah terkubur oleh waktu dan batu-batu yang runtuh. Pilar-pilar hitam yang hancur tampak seperti jari-jari raksasa yang mencakar langit, sedangkan pintu masuknya dipenuhi simbol-simbol kuno yang memancarkan cahaya biru redup. Kuil ini, meskipun tertinggal dari zaman yang sudah lama berlalu, masih menyimpan kekuatan yang cukup untuk membuat seluruh dunia di sekitarnya merasa hidup—dan berbahaya.
Ares mendekati pintu besar yang terbuat dari batu hitam pekat, mengamati ukiran-ukiran aneh yang menghiasinya. "Ini bukan tempat biasa," katanya pelan. "Rasanya seperti ada sesuatu yang menunggu kita di dalam."
"Kita harus berhati-hati," sahut Liora. "Kekuatan yang ada di sini lebih tua daripada sihir Ragnar. Aku bisa merasakannya."
Ares mengangguk, lalu memberikan isyarat kepada pasukannya untuk bersiap. Mereka semua tahu bahwa perjalanan ini tidak akan mudah, dan kemungkinan besar banyak dari mereka tidak akan keluar dari kuil ini hidup-hidup. Tapi Ares tidak punya pilihan. Jika mereka gagal, Valyria akan jatuh ke dalam kegelapan yang lebih dalam daripada sebelumnya.
Dengan satu dorongan kuat, Ares dan Liora membuka pintu besar kuil itu. Mereka melangkah masuk ke dalam kegelapan yang tebal, di mana hanya sedikit cahaya dari dunia luar yang bisa menembus.
---
Di dalam kuil, suasana terasa lebih berat daripada di luar. Dinding-dindingnya dipenuhi dengan simbol-simbol kuno yang tak bisa dibaca oleh mata biasa. Cahaya biru yang terpancar dari ukiran di dinding memberikan penerangan minim, tetapi cukup untuk memperlihatkan bahwa ruangan ini bukanlah tempat yang ditinggalkan oleh waktu. Lantai marmer yang dingin dan kotor terasa seperti sudah lama tidak disentuh, tetapi tidak berarti kuil ini kosong.
Ares merasakan kehadiran sesuatu—atau seseorang—yang mengintai dari balik kegelapan.
"Kau merasakannya?" tanya Liora dengan suara rendah.
Ares mengangguk, memegang erat gagang pedangnya. "Ya. Ada sesuatu yang bergerak di sini."
Mereka terus maju, langkah kaki mereka menggema di ruangan yang terasa seperti tak berujung. Setiap sudut kuil dipenuhi bayangan yang tampaknya hidup, bergerak mengikuti setiap gerakan mereka. Suara angin yang berhembus samar terdengar seperti bisikan-bisikan halus yang mencoba menyampaikan peringatan.
Mereka akhirnya tiba di ruangan tengah, sebuah aula besar dengan langit-langit yang menjulang tinggi. Di tengah ruangan, berdiri sebuah altar batu hitam, di mana simbol-simbol yang sama berpendar dengan cahaya biru pekat. Di sekitar altar itu, ada patung-patung raksasa yang menghadap ke arah mereka, wajah mereka menyeringai seolah-olah sedang mengamati tamu tak diundang.
"Aku tidak suka tempat ini," bisik salah satu prajurit pemberontak di belakang Ares.
Liora maju lebih dekat ke altar, menatap ukiran-ukiran di sekelilingnya. "Ini adalah pusat kekuatan mereka," gumamnya. "Kita harus menghancurkan altar ini untuk memutuskan hubungan antara kuil dan kekuatan yang masih menyebar di Valyria."
Ares mendekati altar dengan hati-hati. Setiap langkah yang ia ambil semakin memperjelas bahwa ada sesuatu yang tersembunyi di sini. Sesuatu yang lebih dari sekadar kekuatan sihir biasa.
Ketika dia mengulurkan tangan untuk menyentuh altar, tiba-tiba, suara gemuruh mengguncang seluruh ruangan. Dinding-dinding kuil bergetar, dan dari bayang-bayang di sekeliling mereka, muncul sosok-sosok gelap yang menakutkan—makhluk bayangan yang selama ini mengejar mereka.
"Mereka sudah menunggu kita!" seru Ares, segera menghunus pedangnya.
Makhluk-makhluk bayangan itu bergerak dengan cepat, menyerang dengan kekuatan yang tidak bisa dihentikan oleh serangan biasa. Bayangan mereka membentang di setiap sudut, membuat para pemberontak berjuang keras untuk melawan.
Namun, di tengah kekacauan itu, ada sesuatu yang lebih aneh terjadi. Altar di tengah ruangan mulai bersinar lebih terang, seolah-olah kekuatan dari dalam kuil sedang dibangunkan.
"Altar itu! Kita harus menghancurkannya sekarang!" teriak Liora.
Ares melangkah maju, mengayunkan pedangnya ke arah altar dengan segala kekuatannya. Namun, sebelum pedangnya bisa menghantam batu itu, bayangan hitam yang lebih besar muncul dari udara—entitas besar yang terbuat dari kegelapan murni. Sosok itu menjulang tinggi di hadapan Ares, seolah-olah terbuat dari kegelapan yang mengalir, dan dua mata merah menyala memandang mereka dengan kebencian yang tak terlukiskan.
"Apa itu...?" bisik salah satu prajurit, suaranya penuh ketakutan.
Entitas itu tidak memberikan kesempatan bagi mereka untuk bertanya. Dengan satu gerakan cepat, makhluk itu meluncurkan serangan energi hitam ke arah Ares, melemparkannya ke dinding dengan keras. Tubuhnya terbentur, dan rasa sakit seketika menyebar di seluruh tubuhnya.
Liora melangkah maju, mencoba menyerang makhluk itu dengan sihir kecil yang dia miliki, tetapi serangannya hanya menembus udara kosong. Makhluk itu seolah tidak bisa disentuh oleh serangan manusia.
"Sial," Ares mengerang, mencoba bangkit. "Kita tidak bisa melawan ini."
Entitas itu melayang lebih dekat, dan suaranya yang dalam dan bergema terdengar seperti dari dunia lain. "Kalian tidak akan pernah menghancurkan kekuatan ini. Valyria akan jatuh. Kalian hanya awal dari kehancurannya."
Ares menatap makhluk itu, meskipun tubuhnya terasa lemah. Dalam hatinya, dia tahu bahwa mereka tidak bisa terus melawan tanpa menemukan titik lemah dari entitas ini. Namun, entah bagaimana, dia merasakan ada koneksi antara makhluk itu dan altar yang berpendar di belakangnya.
"Altar itu!" Ares berteriak kepada Liora. "Itu sumber kekuatannya! Kita harus menghancurkannya sekarang!"
Dengan segala kekuatan yang tersisa, Ares bangkit dan berlari menuju altar. Makhluk bayangan itu mencoba menghentikannya, melemparkan serangan energi gelap, tetapi Ares berhasil menghindarinya dengan lincah. Saat dia mendekati altar, dia mengayunkan pedangnya dengan seluruh kekuatannya, dan kali ini, pedang itu menghantam batu dengan kekuatan luar biasa.
Retakan besar muncul di permukaan altar, dan cahaya biru yang memancar darinya mulai meredup. Altar itu mulai bergetar hebat, dan suara gemuruh terdengar di seluruh ruangan.
Makhluk bayangan yang melayang di atas mereka mengerang dengan suara mengerikan, seolah-olah kekuatannya mulai lenyap. Bayangannya mulai memudar, dan serangan-serangannya semakin lemah.
Ares menebaskan pedangnya sekali lagi ke altar, menghancurkan batu itu sepenuhnya. Dengan satu dentuman keras, altar itu meledak, mengirimkan gelombang energi ke seluruh kuil.
Makhluk bayangan itu menjerit dalam kepedihan, sebelum akhirnya tubuhnya terpecah menjadi debu hitam yang menyebar di udara. Seluruh kuil kembali sunyi, dan cahaya biru yang mengerikan lenyap, meninggalkan ruangan dalam keheningan yang menakutkan.
Ares terhuyung, terengah-engah, tetapi dia tahu bahwa mereka telah berhasil. Mereka telah menghancurkan sumber kekuatan sihir gelap.
"Apakah... semuanya selesai?" tanya salah satu prajurit dengan suara gemetar.
Ares tidak segera menjawab, matanya memandang ke arah altar yang kini hancur berkeping-keping. Namun, meskipun mereka telah menghancurkan altar
cerita othor keren nih...