BY : GULOJOWO NOVEL KE-7 😘
"Menikahlah dengan ku, aku pastikan ayah mu bisa melihat lagi."
Gluk!
"Dan jika kamu bisa membangunkan milik ku, maka aku akan memberikan apapun yang kamu inginkan."
Gluk!
Lagi-lagi Kirana, gadis yang akrab dengan panggilan Kiran itu menelan ludahnya berkali-kali saat mendengar ucapan dari bosnya yang menurut rumor yang beredar di kantor tempatnya bekerja, bosnya itu mengidap impoten.
Apakah Kirana akan menerima tawaran bosnya itu dengan iming-iming yang dijanjikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GuloJowo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PART 27
Kirana baru saja keluar dari kamar mandi saat Mei akan masuk ke dalam salah satu kamar mandi yang ada di sana. Keduanya pun berpapasan, Kirana dan Mei sama-sama menghentikan langkahnya. Dipandanginya lekat wajah Kirana oleh Mei.
"Loe kenapa lagi Ran? Itu bibir kenapa merah lagi? Bengkak juga. Alergi loe kambuh lagi?"
Mendengar rentetan pertanyaan yang terlontar dari bibir Mei, Kirana malah mengerucutkan bibirnya. "Ish, bukan!" Kirana memukul pelan bahu Mei karena gemas. Sahabatnya itu meskipun barbar tapi masih polos seperti dirinya, sebelum Kirana terkontaminasi oleh bosnya.
"Lalu?" Apa kejedot sesuatu saat tadi kamu bekerja?"
"Iya! Kejedot bibirnya Mr. Arrogant! Puas loe!" Kirana langsung berlalu meninggalkan Mei yang nampak menggaruk-garuk kepalanya karena tidak paham dengan apa yang baru saja dikatakan oleh sahabatnya itu.
"Ngomong apa sih dia? Nggak jelas banget. Dahlah, gue kebelet." Mei langsung masuk ke dalam kamar mandi membuang segala kebingungannya dan fokus dengan hajatnya.
Kirana melangkah menuju ke pantry karena ingin mengambil minum. Tenggorokannya sejak tadi terasa kering. Namun saat tiba di pantry dirinya kembali mendapat rentetan pertanyaan yang sama dari Bu Winda. Kirana sebenarnya malas untuk menjawabnya. Akan tetapi jika dirinya hanya diam saja, Bu Winda pasti tidak akan berhenti mengomel. Jadi Kirana memilih memberikan jawaban yang sekiranya masuk akal. Nggak mungkin kan Kirana memberikan jawaban yang sebenarnya kepada atasannya itu.
"Tadi nggak sengaja terbentur pinggiran wastafel Bu." Nah, terbukti kan Bu Winda langsung manggut-manggut pertanda bahwa dirinya percaya dengan apa yang dikatakan oleh Kirana.
*****
Menjelang isya' Arsen sudah tiba di rumah. Memang dirinya sengaja pulang lebih awal karena ingin membicarakan apa yang tadi diminta oleh Kirana kepada kedua orang tuanya.
Saat ini mereka bertiga yaitu Arsen dan kedua orang tuanya sudah duduk di ruang makan menikmati makan malamnya. Wajah Mama Davina nampak semakin berbinar-binar setelah anaknya itu memutuskan untuk segera menikah. Sedangkan Papa Haris nampak biasa saja, meskipun sebenarnya dalam hati Papa Haris juga bahagia karena sebentar lagi anaknya itu akan segera menikah. Ya, begitulah seorang laki-laki yang mampu menyembunyikan ekspresinya dengan sangat apik. Tidak seperti perempuan yang selalu bebas mengekspresikan kebahagiaannya ataupun kesedihannya.
"Ma, Pa, tadi Kirana menemui Nio di kantor." Ucap Arsen di sela-sela makannya. Mama Davina dan papa Haris langsung menoleh menatap anaknya itu. Menunggu kelanjutan dari ucapan anaknya. "Kirana minta pernikahan kami disembunyikan." Lanjut Arsen.
"Kenapa begitu?" Mama Davina langsung meletakkan sendoknya dan fokus menatap anaknya.
"Kata Kirana, Kirana tidak ingin nantinya menjadi bahan gunjingan di kantor. Karena Kirana masih ingin bekerja di sana."
"Tidak bisa begitu dong! Kamu kan anak kami satu-satunya, jadi pernikahan kalian harus dirayakan dengan besar-besaran. Dan apa itu masih mau bekerja di kantor? Apa kata orang nanti kalau istri kamu bekerja sebagai cleaning service?"
"Office girl Ma." Sahut Arsen.
"Ah sama saja!" Mama Davina tak mau kalah.
"Bukannya Mama tidak mempermasalahkan tentang status dan pekerjaan Kirana? Kenapa sekarang diungkit lagi?"
"Bukannya begitu Nio, Mama tidak masalah dengan pekerjaan Kirana. Hanya saja kalau Kirana sudah menjadi istri kamu, tentu saja Kirana harus berhenti dari pekerjaannya itu."
"Terserah lah, nanti mama bicarakan sendiri sama Kirana."
"Kalau begitu besok Kirana bawa pulang biar Mama bisa bicara dengannya."
"Mama pikir Kirana itu barang bisa seenaknya dibawa pulang."
Mama Davina terkekeh. "Bilang aja Mama yang minta. Pasti Kirana tidak akan menolaknya." Arsen hanya menanggapi permintaan Mamanya itu dengan anggukan karena tidak ingin berdebat dengan sang mama.
*****
Dan benar saja, keesokan malamnya Kirana benar-benar dibawa Arsen pulang ke rumah untuk menemui mamanya. Arsen tidak ingin ambil pusing karena berdebat dengan sang mama. Akhirnya Arsen memilih membawa calon istrinya itu untuk menemui mamanya sendiri agar keduanya bisa berbicara langsung.
Seperti yang pernah dimintanya kepada calon suaminya, Kirana pun mengutarakan keinginannya itu kepada Mama Davina. Awalnya Mama Davina tidak setuju dengan permintaan calon menantunya itu. Namun setelah mendengar penjelasan Kirana yang ingin pernikahannya disembunyikan untuk sementara waktu hingga ayahnya benar-benar dinyatakan sembuh dan baru setelah itu mereka bisa menggelar acara resepsi pernikahan besar-besaran. Akhirnya Mama Davina mengerti maksud dari permintaan calon menantunya itu. Mama Davina pun menyetujuinya.
Kirana hanya ingin ayahnya berada di sampingnya dan ikut merasakan kebahagiaannya nanti. Ya walaupun nantinya entah Kirana bisa merasakan kebahagiaan itu atau tidak. Mengingat pernikahan yang akan terjadi itu karena sebuah paksaan dan tidak didasari oleh cinta. Namun begitu Kirana juga tidak mungkin kan mengatakan semua itu kepada calon mertuanya itu? Sudah pasti Arsen nanti akan marah kepadanya jika dirinya mengatakan yang sejujurnya. Kirana ingin kesembuhan serta senyum ayahnya nanti menjadi penguatnya.
Kirana kembali pulang larut malam ini. Dan seperti biasa, Arsen hanya mengantarkannya sampai di jalan yang ada di depan rumahnya dan tidak ikut turun apalagi masuk ke dalam rumah Kirana. Bahkan hingga saat ini Arsen belum pernah bertemu dengan Pak Irwan Ayah Kirana. Kirana pun tak ingin memaksa. Biarlah, toh yang terpenting ayahnya sudah bertemu dengan kedua calon mertuanya. Dan itu sudah lebih dari cukup untuk menyambung silaturrahmi.
Kirana langsung masuk ke dalam rumahnya. Lampu ruang tamu masih menyala terang namun Kirana tidak menemukan keberadaan ayahnya di sana. Kirana langsung melangkahkan kakinya menuju ke kamar ayahnya. Dibukanya pintu kamar sang ayah dan Kirana mendapati ayahnya sudah tertidur nyenyak di atas kasur. Kirana masuk mendekati sang ayah kemudian meraih tangan ayahnya lalu mengecupnya.
Ayahnya itu nampak tertidur dengan tenang. Mungkin Pak Irwan sudah tidak mengkhawatirkan anak gadisnya lagi sebab anaknya tadi sudah meminta izin kepadanya untuk berkunjung ke kediaman calon suaminya karena Mama Davina ingin berbicara dengan Kirana. Dan lagi Pak Irwan percaya bahwa calon suami Kirana sekaligus bos anaknya itu pasti akan mengantarkan anaknya pulang dengan selamat.
Kirana segera keluar dari kamar ayahnya setelah memastikan ayahnya itu dalam keadaan baik-baik saja. Kirana masuk ke dalam kamarnya dan segera membersihkan diri agar dirinya bisa segera beristirahat. Kirana tidak ingin kejadian yang lalu saat dirinya terlambat bangun terulang kembali.
Direbahkannya tubuhnya ke atas tempat tidur. Bukan Arsen yang membuat Kirana terbayang-bayang. Akan tetapi kebaikan dari Mama Davina yang membuatnya merindukan sosok ibunya yang telah lama meninggalkannya. Kirana rindu merebahkan kepalanya di pangkuan sang ibu. Lalu tangan ibunya perlahan mengusap-usap kepalanya dengan lembut. Tak terasa mata Kirana terpejam dan hembusan nafasnya terdengar teratur pertanda bahwa dirinya saat ini sudah mulai terlelap. Kirana merasa seolah-olah saat ini ibunya sedang mengusap-usap kepalanya hingga membuatnya tertidur nyenyak.
*****
*****
*****
Jangan lupa Like Komen dan Votenya, saweran kopi dan bunganya juga boleh ☕🌹 Tonton iklannya ya setelah membaca, terimakasih 🙏
Terimakasih
rasain luuu