Almira Sadika, terpaksa harus memenuhi permintaan kakak perempuannya untuk menjadi madunya, istri kedua untuk suaminya karena satu alasan yang tak bisa Almira untuk menolaknya.
Bagaimana perjalanan kisah Rumah tangga yang akan dijalani Almira kedepannya? Yuk, ikuti terus kisahnya hanya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Shine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
"Oh, ayolah Sayang... Kita sekarang hidup di zaman modern. Banyak macam artikel yang menerangkan tentang semua itu," dan jawaban Sebastian akhirnya menjawab semua pertanyaan dan kebingungan Almira.
Karena memang benar.. Sebastian telah mengumpulkan banyak informasi perihal tentang kehamilan dan semua yang bersangkutan dengan kehamilan sedari baru mengetahui jika Almira tengah berbadan dua.
"Apa benar ada yang menerangkan tentang hal semacam itu di internet?" tanya Almira lagi.
"Mungkin tak semuanya.. Karena aku juga mengumpulkan artikel itu dari kisah nyata, tidak melulu dari dunia maya. Aku....."
"Sampai sebegitunya kah kau, Kak..? Kau terlihat sangat bahagia melakukan itu semua. Aku ikut bahagia melihatmu bahagia. Walau bahagia mu itu bukan karena aku," batin Almira seraya terus memandangi wajah Sebastian yang terlihat sangat bahagia sembari terus berucap.
"Memang, apa kau tidak ada mencari walau sekali saja seputar tentang itu?"
Pertanyaan Sebastian kali ini membuat Almira tersentak yang membuatnya seketika tertarik secara paksa dari dunia lamunannya. "Oh, ada... Tapi aku hanya mencari artikel makanan apa yang boleh dan tidak boleh dimakan oleh ibu hamil. Dan juga apa saja yang sekiranya membuat ibu dan bayinya selalu sehat dan__"
Cup
Ucapan Almira terhenti ketika tiba-tiba Sebastian mengecup bibirnya.
"Terima kasih," ucap Sebastian setelah menjauhkan diri.
"Terima kasih? Untuk apa?" tanya Almira bingung.
"Terima kasih karena kau sudah memikirkan kesehatan baby kita," ungkap Sebastian dengan sumringah. Karena beberapa saat lalu dirinya memang sempat berpikir jika Almira tak ikut memikirkan bayi yang dikandungnya. Berpikir Almira yang tak menginginkan bayinya itu. Berpikir jika Almira terpaksa mengandung karena sebuah kesalahan yang diatur oleh mendiang istrinya dulu, Cassandra.
"Tentu saja aku memikirkannya. Bukankah bayi ini juga bayiku?!" tukas Almira dengan tatapan memicing, merasa tak suka dengan apa yang baru saja diucapkan Sebastian. "Jangan bilang jika Kak Tian akan menjauhkan ku dengan bayiku setelah dia lahir nanti?!" sambungnya curiga.
Bukannya menyangkal, Sebastian justru tertawa.
"Kak Tian!!!" seru Almira. "Jadi benar Kakak akan memisahkan ku dari anakku?!" lanjutnya, yang kini dengan mata yang berkaca-kaca.
Membuat Sebastian yang melihatnya pun segera merangkul dan merengkuh tubuh Almira seraya berkata, "Hey, hey, hey. Kenapa bersedih..? Mana ada seperti itu! Memang, siapa yang akan memisahkan kalian berdua?! Tidak ada, termasuk juga kakak. Jangankan sampai benar-benar memisahkan kalian, berpikir saja kakak tidak pernah."
"Benar??"
"Of course!" jawab Sebastian pasti.
Almira bergumam sembari menggigit bibir bawahnya. "Apa aku tanyakan saja ya?" pikirnya.
"Kenapa?" tanya Sebastian kala mendengar suara gumaman Almira.
"Hem??" gumam Almira sembari mendongak menatap Sebastian.
"Kenapa? Sepertinya ada yang ingin kau bicarakan?" ucap Sebastian memperjelas pertanyaannya.
"Emm... Tak apa. Tak ada apa-apa," ucap Almira sembari tersenyum.
"Al, aku ini suamimu. Jadi, jika ada yang ingin kau katakan, tanyakan, ataupun ada yang mengganjal di hatimu.. Katakanlah, aku akan selalu siap untuk menjadi pendengar setia untukmu," ucap Sebastian, yang seketika membuat tubuh Almira berdesir mendengarnya.
"Hem. Tentu saja," ucap Almira yang kembali tersenyum.
"Baiklah, kita kembali ke topik utama. Jadi, kau inginkan tema seperti apa saat baby shower kita nanti?" ucap Sebastian yang tak ingin terkesan memaksa agar Almira bercerita.
"Sebaiknya tidak usah mewah, Kak. Bukankah pasti tak akan ada banyak tamu yang hadir..? Dikarenakan pernikahan kita yang__"
"Sssttt... Saat acara baby shower kita nanti, aku akan umumkan pernikahan kita. Mengumumkan jika kau adalah istriku dan bayi yang kau kandung adalah darah daging ku," ungkap Sebastian pasti yang tak lupa dengan tatapan seriusnya.
"Apakah ini nyata??" pikir Almira yang tak percaya dengan apa yang baru saja dirinya dengar dan tanpa sadar setetes air bening jatuh membasahi pipinya.
"Hey, kau menangis? Kenapa, apa perkataan ku ada yang salah?"
"Tidak," jawab Almira cepat. "Aku hanya, aku hanya bahagia saja," ungkapnya seraya memeluk tubuh Sebastian, yang Sebastian pun dengan tangan terbuka menerima pelukan tersebut.
"Apa aku utarakan saja keegoisanku, ya?" tanya Sebastian pada dirinya sendiri dalam hati. "Jujur, aku tak ingin dan tak bisa untuk kehilangan Almira. Apalagi jika harus melihat Almira bersama dengan pria lain, aku tak ingin itu! Cassandra, maaf jika aku harus mengkhianati mu. Tapi hati ini tak bisa jika harus terus menerus mengelak dan menentang perasaan ini. Ya Sandra, aku jatuh cinta pada Almira. Aku jatuh cinta pada adikmu, Almira!"
"Al."
"Kak."
Panggil keduanya bersamaan.
"Eh," ucap Almira yang tak menyangka jika Sebastian juga akan memanggilnya.
"Ada apa?" tanya Sebastian.
"Kakak sajalah lebih dulu. Kak Tian ingin mengatakan apa?" ujar Almira.
"No, Ladies first!" tolak Sebastian.
"Tidak! Kakak lebih dulu," tolak Almira juga. "iya kali aku harus mengatakannya lebih dulu. Dan sekarang aku malu untuk mengatakannya...." lanjutnya dalam hati.
"Baiklah, kita katakan bersama-sama apa yang ingin kita katakan. Setuju?" tawar Sebastian.
Ragu-ragu Almira pun menganggukkan kepalanya.
"Bagus. Kita mulai! Satu, dua, tiga."
"Aku...."
***