Tak perlu menjelaskan pada siapapun tentang dirimu. Karena yang menyukaimu tak butuh itu, dan yang membencimu tak akan mempercayainya.
Dalam hidup aku sudah merasakan begitu banyak kepedihan dan kecewa, namun berharap pada manusia adalah kekecewaan terbesar dan menyakitkan di hidup ini.
Persekongkolan antara mantan suami dan sahabatku, telah menghancurkan hidupku sehancur hancurnya. Batin dan mentalku terbunuh secara berlahan.
Tuhan... salahkah jika aku mendendam?
Yuk, ikuti kisah cerita seorang wanita terdzalimi dengan judul Dendam Terpendam Seorang Istri. Jangan lupa tinggalkan jejak untuk author ya, kasih like, love, vote dan komentarnya.
Semoga kita semua senantiasa diberikan kemudahan dalam setiap ujian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hawa zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DTSI 8
"Pergilah, karena aku sudah tidak sudi jadi istri kamu. Bagiku kamu sudah mati, hanya perempuan bodoh yang masih mau meneruskan rumah tangga dengan laki laki tak berhati sepertimu. Jadi, pergilah dan jangan pernah kembali lagi kerumah ibuku." Ningsih masih belum mau menyerah untuk mengusir Wandi dari rumahnya. Melihat wajahnya saja sudah membuat Ningsih muak.
"Kamu itu bisa apa tanpa aku?
Atau jangan jangan kamu sudah selingkuh sama suaminya orang ya? Makanya kamu tidak mau lagi sama aku. Dasar perempuan murahan." Sahut Wandi yang masih tak sadar dengan kesalahannya, tapi justru mencari cari kesalahan Ningsih yang tidak ada buktinya.
"Sudah gila kamu, bukannya sadar malah melempar kesalahan padaku yang tidak ada buktinya sama sekali. Aku tidak semurah pelacur mu itu ya, jadi jangan pernah sekalipun kamu menyamakan aku dengan wanita menjijikkan itu, paham kamu?" Bentak Ningsih tak terima, dadanya sudah kembang kempis sangking marahnya dengan sikap Wandi yang tidak pernah sadar akan kesalahannya.
"Ingat kamu, Sih. Aku tidak akan biarkan hidupmu bahagia, aku akan pastikan tidak ada laki laki yang mau menikahi kamu. Karena aku akan terus mencampuri semua urusan kamu. Harusnya kamu itu ngaca, sudah jelek, bau, masih saja sok jual mahal. Dasar perempuan sialan!" Maki Wandi dengan mata melotot. Tangannya terangkat dan hendak memukul Ningsih tapi suara Bu Yati menghentikan gerakan Wandi yang hendak bersikap kasar.
"Kalau sampai kamu pukul Ningsih, aku tidak akan segan menyeret kamu untuk di penjara. Sudah tidak bertanggung jawab, masih bisa bisanya kamu kasar sama anakku. Pergi dari rumahku sekarang juga, jangan sampai kami teriak panggil warga untuk mengusir kamu dari sini. Kedatangan kamu dirumah ini sudah tidak diharapkan lagi. Dasar laki laki tidak tau malu!" Bentak Bu Yati geram, tak lagi mau diam saja dengan kelakuan menantunya itu. Wandi memang harus diberikan sikap tegas, agar tau cara bersikap dan menghargai orang lain.
"Dasar orang miskin, sok jual mahal. Awas saja kalian! Aku mau lihat apakah kamu sanggup mengurus surat cerai, buat makan saja kamu kebingungan." Wandi menatap remeh ke arah Ningsih yang juga menatapnya penuh kebencian. Tanpa ada sikap sungkan, Wandi pergi begitu saja meninggalkan rumah. Bahkan tidak mau melihat dan menyapa Salwa, anak kandungnya. Anak yang selama ini selalu dia abaikan keberadaannya. Itulah kenapa Ningsih lebih memilih untuk berpisah, karena Wandi tidak pernah mengutamakan Salwa yang harusnya mendapatkan kasih sayang, cinta, perhatian dari seorang ayah, dan Wandi sudah abai dengan semua itu. Wandi hanya memikirkan dirinya sendiri, nafsunya yang hanya jadi tujuan hidupnya.
"Lain kali, tidak usah buka pintu kalau dia datang. Mulai sekarang tutup pintu dan kunci, meskipun kita berada di dalam. Kalau ada yang datang, intip dulu lewat jendela, kalau itu Wandi, jangan buka. Dia tidak pantas untuk dibiarkan bersikap semena mena." Sambung Bu Yati yang menatap lekat ke arah Ningsih dan Rina.
"Maafkan Ningsih, Bu. Semua karena Ningsih yang mau saja menikah dengan mas Wandi tanpa tau lebih dulu dengan sikapnya yang ternyata sangat kasar." Sahut Ningsih dengan dada bergemuruh, air matanya sudah berjatuhan seiring rasa sakit yang teramat dalam.
"Semua sudah terjadi, tidak perlu kamu sesali. Yang harus dilakukan sekarang adalah bagaimana caranya agar kamu bisa segera mengurus surat cerai dengan si Wandi. Semoga kita diberi kemudahan untuk mencari rejeki. Banyak berdoa dan memohon ampunan pada yang maha kuasa." Sahut Bu Yati bijak, tak tega melihat nasib anak perempuannya yang selalu saja menderita sejak dari kecil.
"Iya, Bu. Ningsih akan bekerja lebih keras lagi." Balas Ningsih sendu.
"Mbak, bukannya tadi mas Wandi melemparkan uang pada kamu. Coba hitung, mudah mudahan cukup untuk mengurus ke pengadilan." Sahut Rina yang ikut menimpali.
"Owh iya, kamu benar Rin. Bismillah, semoga ini jalannya." Balas Ningsih yang langsung memunguti uang lembaran merah yang tercecer, lalu menghitungnya.
"Satu juta, Rin. Bismillah." Ningsih tersenyum dan memiliki harapan untuk bisa segera lepas dari jerat laki laki jahat seperti Wandi.
"Alhamdulillah, mbak. Besok mbak Ningsih langsung saja urus, insyaallah itu cukup uangnya. Karena mbak Dewi saja cuma habis enam ratus ribu. Bismillah mbak." Rina ikut senang dan memberi semangat kakaknya.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
Kebetulan hari ini Ningsih masuk kerja kebagian sif siang. Jadi bisa pergi ke pengadilan dulu untuk mengurus pengajuan gugatan cerai. Dan tidak membutuhkan waktu lama, setelah menumpuk semua berkas, Ningsih kembali pulang hingga nanti menunggu surat panggilan dari pengadilan. Ningsih sudah di kasih tau caranya mengurus gugatan agar tidak ribet oleh Dewi. Sehingga Ningsih tidak bingung lagi saat menjawab pertanyaan dari pihak pengadilan.
Waktu terus berlalu, sudah tiga bulan akhirnya Ningsih sah bercerai dengan Wandi dan menyandang surat jandanya. Ada perasaan haru, antara sedih dan juga lega. Kini, Ningsih bisa bebas tanpa harus tertekan lagi dengan kelakuan Wandi yang semena mena itu.
"Alhamdulillah, akhirnya aku bebas juga dari mas Wandi, Rin. Semoga setelah ini hidupku akan baik baik saja. Aku akan bekerja keras untuk masa depannya Salwa. Terimakasih ya, kamu sudah banyak membantu mbakmu ini." Ningsih tersenyum lega dan menatap adiknya dengan wajah ceria.
"Sama sama, mbak. Kita ini saudara, harus saling membantu. Dan aku punya kabar buat kamu, mbak. Aku akan menikah dengan laki laki yang waktu itu dikenalkan sama Mbok Mi, dia melamar ku untuk jadi istrinya." Sahut Rina dengan wajah tersipu, jelas sekali rona bahagia terpancar di wajahnya yang bulat.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.
Novel baru :
#Sahabat Benalu
Novel Tamat
#Anak yang tak dianggap
#Tentang luka istri kedua
#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)
#Cinta dalam ikatan Takdir (Tamat)
#Coretan pena Hawa (Tamat)
#Cinta suamiku untuk wanita lain (Tamat)
#Sekar Arumi (Tamat)
#Wanita kedua (Tamat)
#Kasih sayang yang salah (Tamat)
#Cinta berbalut Nafsu ( Tamat )
#Karena warisan Anakku mati di tanganku (Tamat)
#Ayahku lebih memilih wanita Lain (Tamat)
#Saat Cinta Harus Memilih ( Tamat)
#Menjadi Gundik Suami Sendiri [ tamat ]
#Bidadari Salju [ tamat ]
#Ganti istri [Tamat]
#Wanita sebatang kara [Tempat]
#Ternyata aku yang kedua [Tamat]
Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.
Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️
sekedar saran utk karya2 selanjutnya, kurangi typo, dan di setiap ahir bab jgn terlalu banyak yg terkesan menggantung.
semoga smakin banyak penggemar karyamu dan sukses. terus semangat.. 💪😊🙏
mksh ka/Kiss/sumpah ceritanya bagus buat candu
entah apa hukumnya wandi mentalak irma tanpa saksi juga ..syahkan cerainya. ktnya hrs dpn saksi jatuhin talak