Hena Sanjaya. Model sekaligus aktris dengan bayaran termahal harus terjebak hubungan asmara yang tidak masuk akal dengan seorang Pria yang sebelumnya tidak ia kenal.
Kariernya mengalami masalah setelah namanya terseret skandal dengan sang mantan kekasih, Samuel Harvey.
Demi menyelamatkan kariernya Hena memilih mengikuti hubungan yang ditawarkan Pria tidak dikenalnya tersebut "Asmara settingan" terdengar konyol bagi Hena.
Entah apa keuntungan yang Pria itu dapatkan dengan hubungan ini. Mampukah Hena mengembalikan nama baiknya yang sudah memburuk dan mempertahankan kariernya yang sudah ia jalani selama 8 tahun terakhir, dengan hanya menjalin "Asmara Settingan"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Asmara Settingan 25.
Bugatti Vayron itu sudah kembali melaju di jalanan. Agam mengendarainya dengan tenang. Sebelum pulang meninggalkan kediaman sang Oma, Agam sempat terlibat pembicaraan empat mata dengan Oma.
Banyak petuah dan nasehat yang Oma sampaikan. Mulai dari pekerjaan hingga pentingnya tujuan dari sebuah hubungan adalah pernikahan. Jangan pernah berniat hanya mencari kesenengan terlebih mempermainkan.
Agam tahu itu. Dirinya tidak pernah berniat mencari kesenangan terlebih mempermainkan perasaan. Agam menyadari kepekaan orang-orang di sekitarnya. Sebisa mungkin ia akan bersikap sebagai mana kekasih sebenarnya pada Hena.
Agam melirik Hena yang dari tadi hanya diam, dengan terus menatap keluar jendela. Wanita pemilik surai hitam yang panjang itu bahkan merebahkan kepalanya pada kursi sandaran.
"Kau mengantuk?"
Hena hanya diam. Sama sekali tidak menjawab pertanyaan dari Pria yang orang lain kenal sebagai kekasihnya. Ia bahkan tidak mengalihkan pandangan, masih setia dengan keindahan malam di pusat kota.
"Kau marah?"
Kembali pertanyaan itu tidak mendapatkan jawaban. Agam mengencangkan cengkramannya pada setir mobil dan menambah kecepatan kendaraan.
Buggati Vayron itu baru sepersekian detik berhenti di basemant apartemen Hena. Namun sang Model sudah dengan cepat membuka pintu untuk keluar dan meninggalkan Agam tanpa berpamitan.
Agam hanya diam saat melihat Hena yang berlalu pergi begitu saja meninggalkan dirinya. Pemilik tatapan tajam itu membatu di dalam kendaraan. Ingatannya ditarik pada kejadian di taman.
Agam tahu ia sudah bersikap kurang ajar pada Hena. Dengan beraninya melakukan kontak fisik, sedangkan mereka hanya menjalin hubungan yang pura-pura.
Agam memukul setir mobil dan mengumpat kesal, ia bergerak keluar dari kendaraan bahkan menutup pintu mobil dengan kasar. Melangkah dengan pasti menuju lift hendak ke unit apartemen Hena, sebagaiknya ia meminta maaf atas tindakannya di taman.
Hena sedikit berlari menaiki anak tangga setelah masuk ke dalam apartemennya. Menuju kamar dan dengan cepat mengganti dress dengan piyama tidur, ia ingin beristirahat agar bisa mengembalikan perasaannya yang sedang kacau.
Mendapat serangan yang tidak terduga dari Pria yang sialnya teramat tampan membuat Hena kesal sekaligus marah. Tindakan itu tidak dapat dibenarkan karena meraka hanya menjalin hubungan asmara settingan.
Hena terlihat melempar kasar dress mahalnya ke dalam keranjang karena mengingat adegan ciuman di taman. "Pria Mesum!" umpat Hena. "Bukannya minta maaf, dia malah bertanya *kau mara*h?" Hena mendengus dan memilih keluar dari kamar. Sebaiknya ia menikmati secangkir coklat panas untuk menetralisir kekesalannya.
Baru saja menginjak anak tangga terakhir langkah kaki Hena terhenti. Ia menatap pada sosok yang terlihat hanya diam mematung dengan raut wajah yang masih saja tetap datar.
Hena melipat tangannya di dada, semakin memfokuskan pengamatannya. "Dia bisa jadi model," kata Hena. "Tinggi, tampan dan memiliki aura bintang."
Hena mendekat dan semakin mengamati perilaku Pria Arogan yang kini berdiri tepat di depan pintu apartemennya. Agam sesekali menutup mata dan menggigit kecil bibirnya.
Hena tersenyum. "Ternyata dia tidak sepenuhnya patung," semakin condong tubuh Hena mendekati layar kecil interkom comelit yang menampilkan sosok Agam. "Dia punya gerakan kecil yang manis." Hena tertawa sendiri dengan hasil penilaiannya.
Jika Hena bisa tertawa, berbeda jauh dengan ia yang kini dilema. Agam menuju unit Hena untuk mengatakan permintaan maaf, tapi urung ia lakukan setelah sampai di depan pintu apartemen Hena.
Agam merasa Hena terlalu berlebihan jika marah hanya karena sebuah ciuman, ia juga berpikir jika Hena hanya kesal sesaat, dan berpikir lagi jika wanita pemilik mata dark hazel itu mungkin sudah istirahat.
Hingga Agam urung dan berlalu pergi meninggalkan apartemen Hena bertepatan dengan Hena yang juga memutuskan untuk membuat minumannya kembali. Hena tidak berniat sama sekali untuk membuka pintu dan menanyakan kenapa Agam ada di depan pintu unitnya.
*
*
*
Keesokan harinya Agam dan Hena sudah kembali pada aktifitas yang biasa mereka lakukan. Kesibukan dan tuntutan di masing-masing pekerjaan yang mereka emban membuat rutinitas pasangan tersebut selalu sibuk.
Seperti yang sekarang Agam alami. Setelah tadi menghadiri rapat laporan setiap cabang divisi. Ia sudah di sambut dengan tumpukan berkas yang ada di atas meja kerja. Agam mulai memeriksa semua berkas karena ingin cepat menyelesaikannya sebelum masuk jam makan siang.
Tapi niat itu sepertinya hanya sebatas angan karena Rama sang asisten dari tadi mengamati jika Tuannya terlihat tidak fokus. Meski Agam tidak banyak melakukan gerakan yang berarti, Pria bermata empat itu sudah mengetahui jika ada hal yang mengganggu sang Tuan.
"Ada masalah dengan laporannya, Tuan?"
Agam berhenti membaca berkas yang ada ditangannya. Ia menatap Rama, menghembuskan napas pelan dan sedikit melempar berkas ditangannya kembali ke atas meja.
Agam menyandarkan punggungnya. "Bagaimana cara meminta maaf tanpa mengatakannya?"
Pertanyaan sang Tuan terdengar aneh ditelinga Rama. Namun pria bermata empat itu tetap berusaha memberikan jawaban yang terbaik menurutnya.
"Mengeirim pesan," kata Rama memberi solusi, tanpa tahu masalah yang sebenarnya. "Jika sulit berucap maka sampaikan saja lewat pesan."
Agam dengan cepat meraih ponsel yang ada di atas meja kerjanya. Mengetik sesuatu di sana begitu lama dan berakhir melempar kembali ponselnya ke atas meja.
"Yang lain," kata Agam tiba-tiba. "Aku ingin cara yang lain. Jangan terlalu berterus terang."
Rama terpaksa menghentikan pekerjaannya yang juga sedang memeriksa berkas. Ia terlihat berpikir sesaat, bukan untuk mencari solusi Tuannya. Melainkan untuk memahami apa yang sebenarnya Agam alami.
"Anda melakukan kesalahan pada Nyonya Anita?" tanya Rama.
"Tidak."
"Jadi ingin meminta maaf ke pada siapa?"
"Hena."
Rama merasa kaget dengan perkataan Tuannya. Agam ingin meminta maaf pada Hena. "Apa yang sebenarnya sudah dilakukan Tuannya, hingga harus meminta maaf?" tanpa sadar Rama sudah menatap tajam pada Tuannya. Dan Agam menyadari hal itu.
"Kenapa? Kau marah karena aku sudah membuat My Star mu kesal?"
"Sebaiknya Anda jangan meminta maaf."
Agam sontak saja terkejut dengan saran berikutnya yang diberikan Rama.
"Kenapa?"
"Lebih baik kita merilis hubungan asmara Anda dengan Nona Hena sudah berakhir."
Kata-kata Rama itu selesai bertepatan dengan tangannya yang dengan cepat menangkap lemparan pena dari Agam.
"Kau benar-benar ingin berakhir di tanganku?"
Rama tersenyum mendengar ancaman yang dilayangkan untuk dirinya. Ia sengaja menggoda sang Tuan. Pria bodoh mana yang uring-uringan mencari cara meminta maaf ke pada kekasihnya sendiri tanpa harus berterus terang.
gak seru jadinya. di siksa dulu dong 😂
itu udah sangat fatal
semoga kesalahan mu di ampuni.
mati aja lalu jihanAM, semoga kau membusuk.
tpi maaf sebelumnya jgn diikut campurkn bahasa kk
*awak artinya kamu dalam bahasa indonesia kk/Pray//Pray/
minta plastik yang kamu bawa dong..
air sama sama bisa bungkus rendang 🤣🤣🤣
tergantung dari sudut mana seseorang memandangnya..
hanya Alam luas lah yang bisa mengurung nya.
Seluas Alam terhampar... Luas dan indahnya Kabupaten "Agam" di Sumatera Barat 🤣🤣🤣