Cecil dan Kevin sepasang kekasih. Hubungan mereka terkendala restu dari mamanya Cecil. Namun, karena rasa cintanya yang begitu besar, Cecil pun berani menantang orang tuanya.
Padahal, tanpa Cecil sadari, dia hanya dimanfaatkan Kevin. Gadis itu sampai rela menjual barang-barang berharga miliknya dan bahkan meminjam uang demi menuruti permintaan sang kekasih.
Apakah hubungan yang toxic ini akan bertahan? Sadarkah Cecil jika dia hanya dimanfaatkan Kevin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Tiga
Athalla berdiri di depan cermin, memperhatikan penampilannya dengan penuh perhatian. Hari ini adalah hari yang sangat penting. Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk membawa Cecil, kekasihnya, untuk bertemu dengan Mama Tari, ibunya.
Walau Mama Tari yang membawanya ke rumah gadis itu, ternyata mamanya tak begitu mengenal Cecil, dia hanya dekat dengan mamanya gadis itu. Athalla merasa inilah saat yang tepat untuk melangkah lebih jauh dalam hubungan mereka.
"Yah, saatnya memberikan kejutan!" gumam Athalla sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar. Dia merapikan rambutnya, mengenakan kaos lengan panjang yang baru dibeli, dan celana jeans favoritnya. Selesai bersiap, ia meraih ponselnya dan mengirim pesan kepada Cecil.
"Ce, ayo ke rumahku sekarang! Aku ingin kamu lebih dekat lagi dengan mama."
Tak lama kemudian, pesan dari Cecil masuk.
“Boleh. Aku siap-siap dulu."
Athalla tersenyum, sedikit cemas namun excited. Ia tidak sabar untuk mengungkapkan rencana besar mereka kepada Mama Tari. Dia ingin Cecil lebih dekat dengan ibunya, dan juga membicarakan keputusan mereka untuk menikah bulan depan.
Sekitar setengah jam kemudian, Athalla telah sampai di rumah Cecil. Dia mengetuk pintu rumah, dan karena mamanya sedang di butik, Cecil yang langsung membukanya.
"Hai, Cecil. Kelihatannya sudah siap nih mau pergi?" tanya Athalla.
"Pergi ke mana?" tanya Cecil. Dia pura-pura tak mengerti untuk menggoda Athalla.
Athalla mengambil napas dalam-dalam. "Mau ke rumahku, kan? Aku ingin memperkenalkan kamu ke Mama Tari."
"Sekarang?" tanya Cecil, kembali untuk menggoda Athalla.
“Nggak, tahun depan!" seru Athalla. Dia tahu gadis itu ingin mempermainkan dan becandain dirinya.
"Jangan ngambek, ntar tambah ganteng," balas Cecil dengan tersenyum.
Athalla tersenyum mendengar ucapan gadis itu. “Jadi, kita sudah sepakat untuk menikah bulan depan. Aku ingin kasih tahu Mama juga.”
Cecil melotot. "Kamu serius, Atha? Menikah? Bulan depan?"
"Iya, dalam hati aku sudah yakin akan kamu. Dan sekarang saatnya untuk memberitahukan Mama," jawab Athalla dengan penuh keyakinan.
Cecil mengangguk pelan. "Baiklah, ayo kita pergi."
***
Di dalam mobil, suasana sedikit tegang namun penuh harapan. Mereka berharap Mama Tari bisa menerima keputusan. Cecil bermain-main dengan ujung scarf-nya, sementara Athalla mengemudikan mobil dengan fokus. Tapi tak ada salahnya untuk mencoba mencairkan suasana.
"Eh, Ce, saat kamu kenal lebih dekat dengan Mama, harapan kamu apa?" tanya Athalla, sambil melirik ke arah Cecil.
Cecil tertawa kecil. "Yang penting dia suka sama aku, ya. Dan tidak menganggap aku gadis nakal setelah melihat videoku!"
"Aku yakin mama tak akan berpikir sejauh itu karena aku telah mengatakan semua tentang Kevin."
Cecil tertawa. "Semoga Mama kamu tidak menganggap aku gadis yang bebas dalam berhubungan," ucap Cecil lagi.
Mereka sampai di depan rumah Athalla. Sebuah rumah dengan halaman luas yang dikelilingi tanaman hijau. Athalla terlihat sedikit lebih bersemangat dari biasanya.
“Yuk, Ce. Ayo kita masuk,” ujarnya sambil membuka pintu mobil.
Ketika mereka memasuki rumah, Mama Tari sedang berada di dapur. Suara sendok dan panci terdengar dari sana. Athalla memberanikan diri untuk memanggil.
“Mama! Ini aku sama Cecil!” panggil Athalla.
Mama Tari segera keluar dari dapur, mengelap tangannya dengan ‘apron’ yang digunakan. “Kalian sudah datang! Seharusnya Mama yang memberi tahu kalian kalau makan siang sudah siap.”
Cecil lalu menyalami dan mencium tangan Tante Tari. Dia sebenarnya gugup.
“Tak perlu, Ma. Kami hanya ingin bercerita,” jawab Athalla, berusaha untuk tetap tenang.
Sesaat, Mama Tari memperhatikan Cecil. “Halo, sayang. Apa kabar kamu dan mama kamu?”
“Alhamdulilah, sehat Tante."
Tante Tari lalu tersenyum menanggapi ucapan dari Cecil. Dia lalu mengajak anaknya dan gadis itu duduk.
Mama Tari melirik pada Athalla, “Jadi, apa yang ingin kalian bicarakan?”
Athalla dan Cecil saling melirik, Athalla mengisyaratkan agar Cecil yang memulai. “Um ... Tante ....”
Cecil mengatur napas, “Tante, kami ingin memberitahu jika kami ...,” ia memandang Athalla, “... kami telah sepakat untuk menikah bulan depan.”
Mama Tari terdiam sejenak, mencerna apa yang baru saja didengarnya. "Menikah? Bulan depan?" ulangnya dengan nada tidak percaya.
“Iya, Ma, kami merasa saatnya sudah tepat,” jelas Athalla. “Aku ingin Mama tahu bahwa kami benar-benar serius.”
Mama Tari mencermati wajah Athalla dan Cecil dengan seksama. Dalam hatinya, dia merasa bangga dengan keputusan anaknya. “Kalau begitu, kalian sudah mempersiapkan segalanya?”
“Sudah, Tante. Kami sudah mulai merencanakan semuanya,” jawab Cecil, kini lebih percaya diri.
Tante Tari tampak menarik napas. Sebenarnya kemarin Athalla sudah mengatakan rencana pernikahan ini, tapi dia anggap anaknya becanda.
“Mama ingin kalian tahu, jika menikah itu bukan hanya soal pesta,” kata Mama Tari pelan. “Tapi juga soal tanggung jawab.”
Athalla mengangguk. “Aku tahu, Ma. Kita sudah membicarakan hal ini secara matang.”
“Baguslah kalau begitu,” jawab Mama Tari dengan senyum hangat.
Suasana mulai mencair, Mama Tari mengajak mereka ke meja makan. “Ayo makan siang. Mama masak kesukaan kalian berdua.”
Cecil dan Athalla saling bertukar pandang, keduanya merasa sedikit lebih tenang. Mereka duduk di meja makan yang diisi berbagai hidangan lezat. Keduanya tak menyangka jika mama Tari dengan mudahnya menerima keputusan ini. Cecil pikir akan ada sedikit penolakan.
“Selama kalian sarapan di rumahku, Mama ingin tahu, bagaimana kalian berdua bisa sampai pada keputusan ini?” tanya Mama Tari.
Athalla memandang Cecil sebelum menjawab. “Seperti yang pernah aku katakan, ini jalan terbaik untuk Cecil dan aku juga telah siap menikah, Ma."
Mama Tari tersenyum bahagia. “Mama harap keputusan yang kalian ambil ini adalah keputusan yang tepat dan kalian bisa bertanggung jawab atas semua ini."
Makan siang pun berlangsung seru, dengan obrolan ringan dan canda tawa. Mama Tari merasa terhubung dengan Cecil, sementara Athalla semakin bangga memiliki Cecil di sampingnya.
Setelah selesai makan, Mama Tari bertanya, “Kalian sudah punya rencana untuk bulan depan?”
Cecil tersenyum. “Kami belum sepenuhnya merencanakan, tapi kami ingin melakukannya sederhana saja.”
“Hal terpenting adalah kalian saling menghargai, saling percaya dan siap mempertahankan hubungan ini,” ujar Mama Tari dengan penuh harapan.
Athalla mengangguk. “Tentu saja, Ma. Kami sudah siap seutuhnya.”
Setelah bincang-bincang seru, Mama Tari beranjak ke dapur. “Mama ada sedikit pekerjaan, kalian ngobrol saja lagi.”
“Terima kasih, Tante,” ucap Cecil.
Tinggal berdua, Athalla dan Cecil terlihat bersemangat. “Gimana, Ce? Rasanya?”
“Senang! Mama baik sekali. Dan aku merasa lebih percaya diri. Aku pikir akan ada sedikit penolakan, tapi ternyata Tante Tari menerima saja keputusan ini,” jawab Cecil.
“Aku juga awalnya berpikir begitu. Sekarang kita tinggal mempersiapkan segalanya,” Athalla menjawab sambil menggenggam tangan Cecil.
Cecil tersenyum manis. “Percayalah, kita akan baik-baik saja.”
Tanpa terasa, hari itu menjadi awal baru bagi mereka. Bulan depan menunggu, dan dengan dukungan Mama Tari, mereka yakin bisa menghadapi apa pun yang datang.
Menjelang sore keduanya pamit. Cecil minta di turunkan di supermarket dekat rumahnya saja karena ingin membeli sesuatu dan Athalla akan kembali ke kantor.
"Jangan lama-lama, kalau ada apa-apa segera hubungi aku!" seru Athalla.
"Iya, aku hanya beli beberapa bahan makanan," jawab Cecil.
Athalla lalu menjalankan kembali mobilnya menuju kantor dan Cecil berjalan masuk ke supermarket. Baru beberapa langkah, terdengar suara seseorang memanggil namanya. Gadis itu membalikan tubuhnya melihat siapa yang memanggil. Setelah mengetahui siapa orangnya, wajahnya tampak terkejut.
tp gmn kl emg dh sifat dy begitu..
ya tergantung qt aja sbgai istri yg menyikapinya...
ya qt jg hrs ekstra lbh sabar mnghdapinya...