Asmara Settingan

Asmara Settingan

Asmara Settingan 1.

Cekrek*

Cekrek*

Cekrek*

Kilatan flash dari cahaya lampu blitz alat pemburu berita memenuhi lobby, mengiring langkah sepasang anak manusia yang baru saja kedapatan keluar secara bersama dari lift salah satu hotel berbintang yang ada di pusat kota.

Pihak keamanan hotel sudah berusaha menghalau para wartawan karena dapat mengganggu kenyamanan pangunjung yang lain. Di lobby hotel saat ini terlihat ramai, beberapa pengunjung sedang melakukan reservasi kamar dan perhatian mereka juga ikut ditarik pada grombolan awak media hingga genggaman tangan mereka ikut bergerak mengarahkan kamera masing-masing.

Sudah dapat dipastikan. Secepatnya akan rilis hasil buruan mereka malam ini. Seperti mendapat durian runtuh. Benar tidaknya urusan belakangan karena tugas mereka cepat mengabarkan sisanya biar netizen yang bereskan.

*

*

*

Surya mulai menyelinap masuk, menyentuh permukaan kulit seputih salju. Memberikan kehangatan. Matanya mengerjap dengan tangan terangkat berusaha menghalau cahaya hangat yang terasa mengganggu namun ternyata tidak membantu.

"Sudah pagi," gumamnya pelan. "Ah...rasanya aku masih ingin tidur. Bisakah pemotretan ditunda beberapa jam lagi. Badanku rasanya remuk"

"Apa Mini sudah datang? Sepertinya belum" setelah bertanya dan memberi jawaban sendiri. Ia kembali masuk dalam gulungan selimutnya.

"BIP"

"BIP"

"CEKLEK"

Pintu apartemen terbuka lalu menutup kembali setelah seseorang yang melangkah masuk segera berlari menuju tangga hendak kelantai atas.

"Ceklek"

"HENA!!!"

Pintu terbuka secara paksa beserta suara yang memekakkan telinga.

"Hena, bangun! Ayo bangun!!"

Pemilik nama Hena itu belum juga memberi respon padahal tubuhnya sudah diguncang dengan sangat kuat.

"Oke. Kalau kamu tidak mau bangun. Aku akan berhenti kerja hari ini juga!!"

Mendengar ancaman itu membuat Hena segera membuka mata dan mendudukan diri dengan segera.

"Apaan sih Mini. Kamu suka sekali mengancamku"

"Mini, Mini. Namaku itu Jini. J.I.N.I"

"Hm...terserahlah. Ada apa?" Hena beranjak meninggalkan pembaringan menuju sofa yang mengarah langsung pada jendela besar. "Pemotretan bisa diundur sebentarkan? Badanku sakit semua ini"

Tangan seputih salju itu menekan sebuah tombol, hingga tirai jendela besar dihadapannya terbuka. Menampilkan keindahan kota saat diterpa cahaya surya.

"Pemotretan apa? Kamu lupa kalau semua kontrak sudah dibatalkan"

Hena terdiam saat mendengar perkataan Jini. Pandangannya fokus pada ke indahan yang kini tersaji.

"Hena, kamu dengar aku gak sih?"

"Mm...aku dengar," ucap Hena pelan. Ia terlihat tidak bersemangat pagi ini.

"Sudah jangan bahas yang gak penting"

Kalimat Jini berhasil mengalihkan pandangan Hena. Ia kini menatap heran pada menager sekaligus asisten pribadinya tersebut.

"Kamu punya hubungan apa dengan pengusaha itu?"

Kerutan di pelipis Hena semakin bertambah. Dia belum mengerti apa yang Jini katakan.

"Dasar yah. Kamu punya hubungan apa dengan si Agam itu?" kesal Jini pada Hena.

"Agam? Apa sih. Kamu ngomong apa?. Aku gak ngerti"

"Sejak kapan kamu menyembunyikan sesuatu dariku?" Jini menggerutu seraya tangan mengutak-ngatik ponselnya lalu memberikan pada Hena.

Hena lekas menerima. Ia menatap pada ponsel Jini yang memuat.

*Hena aktris dan model terkenal kedapatan jalan berdua dengan pengusaha muda Agam Raksa*

*Hena aktris yang terlibat skandal kini kedapatan bermalam dengan pengusaha muda Agam Raksa di sebuah hotel*

*Hena Sanjaya menjalin hubungan asmara dengan pewaris Raksa Group*

*Pengusaha muda, Agam Raksa berkencan dengan aktris sekaligus model terkenal, Hena Sanjaya*

*Pewaris tunggal Raksa Group kini memperlihatkan hubungan asmaranya bersama sang kekasih*

Mata indah dark hazel itu membola. Semua situs berita online kini berisikan tentang dirinya yang menjalin hubungan asmara dengan seorang pengusaha muda.

Hena terus menggulir layar benda pipih tersebut. Ada banyak foto dirinya bersama seorang pria dari berbagai sudut. Berjalan beriringan tanpa adanya adegan manis, menandakan bahwa mereka bukanlah sepasang kekasih.

"Hanya foto seperti ini bisa dibilang menjalin hubungan?" Hena berdecak seraya melempar kembali benda pipih tersebut pada pemiliknya.

"Bukan fotonya. Tapi ini tentang orangnya," kata Jini. Ia sudah kembali memasukan ponselnya kedalam tas. "Kamu dan Agam"

"Behhhh... Coupel Goals," mata Jini berbinar kala membayangkan visual Hena beserta pengusaha yang dikabarkan dekat dengannya.

Hena memutar bola mata. Jika urusan menghayal yang iya iya memang bakat utama managernya tersebut.

"Biarkan saja. Paling beritanya akan hilang sendiri setelah seminggu atau bahkan lebih cepat"

"Kamu jangan salah, Hena. Kali ini kamu berkencan bukan dengan orang sembarangan. Dia kelas Hiu Kakap" seloroh Jini disertai tawanya.

"Aku tidak berkencan dengannya. Kenal saja tidak," sanggah Hena cepat seraya berdiri menuju kamar mandi.

"Benarkah?" Jini tampak terkejut namun hanya sesaat sebelum ekspresinya kembali normal. "Aku pikir juga begitu sih. Tidak mungkin kamu seberuntung itu kan. Setelah putus dari Sam kamu malah mendarat cepat di pelukan si Agam"

"TAKK"

Hena menjitak pelan kepala Jini yang dari tadi mengekornya ke kamar mandi.

"Jangan sembarangan kalau ngomong, Mini!" tekan Hena pada Jini yang terlihat mengelus pucuk kepalanya sendiri.

"Ya baiklah. Tapi kita harus menghadapi awak media dibawah. Kita beri klarifikasi masalah ini"

"Aku bisa klarifikasi di sosial media," dengan mulut yang penuh karena menggosok gigi Hena menjawabnya.

"Bukan klarifikasi seperti itu"

Hena melirik Jini melalui kaca yang ada dihadapannya. Seakan memberi tanya apa maksud Jini sebenarnya.

"Kita bisa gunakan kesempatan ini untuk menaikan namamu lagi dan berita lama akan tenggelam," kata Jini dengan alisnya yang terlihat naik turun. "Beberapa brand pagi tadi menghubungi ku, sepertinya mereka ingin memastikan berita yang beredar"

Hena hanya diam saja dan terus melanjutkan kegiatannya yang sedang membersihkan gigi.

"Kamu bisa mengaku menjalin hubungan dan nanti jika ada masalah katakan saja sudah putus," lanjut Jini lagi.

"Uhuk"

"Uhuk"

"Uhuk"

Hena bahkan langsung terbatuk saat mendengar saran absurd dari menagernya.

Yang benar saja dia harus mengaku-ngaku jadi kekasih pria yang bukan kekasihnya. Hal itu bisa saja merendahkan harga dirinya. Konyol.

"Hati-hati dong. Kamu buru-buru sekali," Jini mengusap-ngusap punggung Hena. Meski harus berjinjit karena tinggi Hena sangat jauh dari Jini.

"Kamu itu yang harus hati-hati kalau ngomong. Kenapa aku harus ngaku-ngaku jadi kekasih orang. Yang benar saja kamu, Mini!!"

"Hanya ini satu-satunya cara agar semua kontrak kembali. Kamu pasti mendapat keuntungan yang banyak, Hena"

"Persetan dengan kontrak. Aku tidak peduli"

"Yakin kamu? Kamu sudah seminggu loh gak ada penghasilan"

Hena terdiam.

Semenjak skandal yang menyeret namanya mencuat dan jadi konsumsi publik, beberapa kontrak yang ada di tangan Hena lepas. Hingga hal itu juga berdampak pada pemasukannyq, ia jadi tidak memiliki penghasilan selama seminggu ini.

"Pikirkan lagi. Bukankah ini kesempatan bagus," kata Jini terus menghantui.

Hena tidak menanggapi perkataan Jini, ia terus membersihkan wajahnya dengan berbagai macam pembersih yang sudah dapat dipastikan menghabiskan rupiah yang beranggotakan enam zero.

"Atau kamu tidak perlu mengatakan secara gamblang kalau memiliki hubungan. Cukup bersikap ke arah yang menjurus saja, jadi itu juga memudahkan kita kedepannya jika ada masalah"

Jini masih saja terus berusaha membujuk Hena untuk melakukan skenario yang ia ciptakan dan sudah pasti menguntungkan.

"Tapi tunggu. Kamu ngapain ke hotel itu malam tadi? Jika tidak mengenal pengusaha itu... Berarti kamu kesana...," Jini tampak memaksa otaknya untuk berpikir. "Jangan bilang kamu kesana untuk menemui Sam si Ikan Asin itu?"

Hena hanya diam tidak menjawab pertanyaan Jini. Ia beranjak keluar dari kamar mandi setelah mengeringkan wajahnya dengan handuk.

"Hena, jawab aku. Kamu menemui si Ikan Asin itu lagi?" Jini memaksa Hena untuk menjawab.

"Iya. Aku kesana memang ingin menemuinya"

"Kamu yah..." Jini kehabisan kata untuk Hena.

"Tapi bukan dia saja yang berhasil kutemui," mata dark hazel itu terlihat mulai berembun.

Jini terdiam saat melihatnya. Ia berhenti sendiri saat ingin mendebat Hena lagi.

"Pergilah mandi. Jangan lama. Aku akan menunggumu dibawah"

Jini bergegas meminta Hena mandi sebelum tangis wanita yang berprofesi sebagai artisnya itu membuat banjir pakaiannya.

"Kita mau kemana?" tanya Hena seraya mengusap wajah cantiknya.

"Ke agensi, kita urus pekerjaan"

Jini segera mendorong tubuh itu kembali masuk ke kamar mandi dan dengan cepat menutup pintunya.

Terpopuler

Comments

Matcha

Matcha

🤣

2024-12-11

1

Matcha

Matcha

seram ya

2024-12-11

1

Tiwi

Tiwi

/Smile/

2024-11-29

1

lihat semua
Episodes
1 Asmara Settingan 1.
2 Asmara Settingan 2.
3 Asmara Settingan 3.
4 Asmara Settingan 4.
5 Asmara Settingan 5.
6 Asmara Settingan 6.
7 Asmara Settingan 7.
8 Asmara Settingan 8.
9 Asmara Settingan 9.
10 Asmara Settingan 10.
11 Asmara Settingan 11.
12 Asmara Settingan 12.
13 Asmara Settingan 13.
14 Asmara Settingan 14.
15 Asmara Settingan 15.
16 Asmara Settingan 16.
17 Asmara Settingan 17.
18 Asmara Settingan 18.
19 Asmara Settingan 19.
20 Asmara Settingan 20
21 Asmara Settingan 21.
22 Asmara Settingan 22.
23 Asmara Settingan 23.
24 Asmara Settingan 24.
25 Asmara Settingan 25.
26 Asmara Settingan 26.
27 Asmara Settingan 27.
28 Asmara Settingan 28.
29 Asmara Settingan 29.
30 Asmara Settingan 30.
31 Asmara Settingan 31.
32 Asmara Settingan 32.
33 Asmara Settingan 33.
34 Asmara Settingan 34.
35 Asmara Settingan 35.
36 Asmara Settingan 36.
37 Asmara Settingan 37.
38 Asmara Settingan 38.
39 Asmara Settingan 39.
40 Asmara Settingan 40.
41 Asmara Settingan 41.
42 Asmara Settingan 42.
43 Asmara Settingan 43.
44 Asmara Settingan 44.
45 Asmara Settingan 45.
46 Asmara Settingan 46.
47 Asmara Settingan 47.
48 Asmara Settingan 48.
49 Asmara Settingan 49.
50 Asmara Settingan 50.
51 Asmara Settingan 51.
52 Asmara Settingan 52.
53 Asmara Settingan 53
54 Asmara Settingan 54.
55 Asmara Settingan 55.
56 Asmara Settingan 56.
57 Asmara Settingan 57.
58 Asmara Settingan 58.
59 Asmara Settingan 59.
60 Asmara Settingan 60.
61 Asmara Settingan 61.
62 Asmara Settingan 62.
63 Asmara Settingan 63.
64 Asmara Settingan 64.
65 Asmara Settingan 65.
66 Asmara Settingan 66.
67 Asmara Settingan 67.
68 Asmara Settingan 68.
69 Asmara Settingan 69.
70 Asmara Settingan 70.
71 Asmara Settingan 71.
72 Asmara Settingan 72
73 Asmara Settingan 73.
74 Asmara Settingan 74.
75 Asmara Settingan 75.
76 Asmara Settingan 76.
77 Asmara Settingan 77.
78 Asmara Settingan 78.
79 Asmara Settingan 79.
80 Asmara Settingan 80.
81 Asmara Settingan 81.
82 Asmara Settingan 82.
83 Asmara Settingan 83.
84 Asmara Settingan 84.
85 Asmara Settingan 85
86 Asmara Settingan 86.
87 Asmara Settingan 87.
88 Asmara Settingan 88.
89 Asmara Settingan 89.
90 Asmara Settingan 90.
91 Asmara Settingan 91.
92 Asmara Settingan 92.
93 Asmara Settingan 93.
94 Asmara Settingan 94.
95 Asmara Settingan 95.
96 Asmara Settingan 96.
97 Asmara Settingan 97.
98 Asmara Settingan 98.
99 Asmara Settingan 99.
100 Asmara Settingan 100.
101 Pengumuman Karya Baru.
102 Tsania Laura
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Asmara Settingan 1.
2
Asmara Settingan 2.
3
Asmara Settingan 3.
4
Asmara Settingan 4.
5
Asmara Settingan 5.
6
Asmara Settingan 6.
7
Asmara Settingan 7.
8
Asmara Settingan 8.
9
Asmara Settingan 9.
10
Asmara Settingan 10.
11
Asmara Settingan 11.
12
Asmara Settingan 12.
13
Asmara Settingan 13.
14
Asmara Settingan 14.
15
Asmara Settingan 15.
16
Asmara Settingan 16.
17
Asmara Settingan 17.
18
Asmara Settingan 18.
19
Asmara Settingan 19.
20
Asmara Settingan 20
21
Asmara Settingan 21.
22
Asmara Settingan 22.
23
Asmara Settingan 23.
24
Asmara Settingan 24.
25
Asmara Settingan 25.
26
Asmara Settingan 26.
27
Asmara Settingan 27.
28
Asmara Settingan 28.
29
Asmara Settingan 29.
30
Asmara Settingan 30.
31
Asmara Settingan 31.
32
Asmara Settingan 32.
33
Asmara Settingan 33.
34
Asmara Settingan 34.
35
Asmara Settingan 35.
36
Asmara Settingan 36.
37
Asmara Settingan 37.
38
Asmara Settingan 38.
39
Asmara Settingan 39.
40
Asmara Settingan 40.
41
Asmara Settingan 41.
42
Asmara Settingan 42.
43
Asmara Settingan 43.
44
Asmara Settingan 44.
45
Asmara Settingan 45.
46
Asmara Settingan 46.
47
Asmara Settingan 47.
48
Asmara Settingan 48.
49
Asmara Settingan 49.
50
Asmara Settingan 50.
51
Asmara Settingan 51.
52
Asmara Settingan 52.
53
Asmara Settingan 53
54
Asmara Settingan 54.
55
Asmara Settingan 55.
56
Asmara Settingan 56.
57
Asmara Settingan 57.
58
Asmara Settingan 58.
59
Asmara Settingan 59.
60
Asmara Settingan 60.
61
Asmara Settingan 61.
62
Asmara Settingan 62.
63
Asmara Settingan 63.
64
Asmara Settingan 64.
65
Asmara Settingan 65.
66
Asmara Settingan 66.
67
Asmara Settingan 67.
68
Asmara Settingan 68.
69
Asmara Settingan 69.
70
Asmara Settingan 70.
71
Asmara Settingan 71.
72
Asmara Settingan 72
73
Asmara Settingan 73.
74
Asmara Settingan 74.
75
Asmara Settingan 75.
76
Asmara Settingan 76.
77
Asmara Settingan 77.
78
Asmara Settingan 78.
79
Asmara Settingan 79.
80
Asmara Settingan 80.
81
Asmara Settingan 81.
82
Asmara Settingan 82.
83
Asmara Settingan 83.
84
Asmara Settingan 84.
85
Asmara Settingan 85
86
Asmara Settingan 86.
87
Asmara Settingan 87.
88
Asmara Settingan 88.
89
Asmara Settingan 89.
90
Asmara Settingan 90.
91
Asmara Settingan 91.
92
Asmara Settingan 92.
93
Asmara Settingan 93.
94
Asmara Settingan 94.
95
Asmara Settingan 95.
96
Asmara Settingan 96.
97
Asmara Settingan 97.
98
Asmara Settingan 98.
99
Asmara Settingan 99.
100
Asmara Settingan 100.
101
Pengumuman Karya Baru.
102
Tsania Laura

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!