Aiden Valen, seorang CEO tampan yang ternyata vampir abadi, telah berabad-abad mencari darah suci untuk memperkuat kekuatannya. Saat terjebak kemacetan, dia mencium aroma yang telah lama ia buru "darah suci," yang merupakan milik seorang gadis muda bernama Elara Grey.
Tanpa ragu, Aiden mengejar Elara dan menawarkan pekerjaan di perusahaannya setelah melihatnya gagal dalam wawancara. Namun, semakin dekat mereka, Aiden dihadapkan pada pilihan sulit antara mengorbankan Elara demi keabadian dan melindungi dunia atau memilih melindungi gadis yang telah merebut hatinya dari dunia kelam yang mengincarnya.
Kini, takdir mereka terikat dalam sebuah cinta yang berbahaya...
Seperti apa akhir dari cerita nya? Stay tuned because the 'Bloodlines of Fate' story is far form over...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Detia Fazrin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Max & Nate
...»»————> Perhatian<————««...
...Tokoh, tingkah laku, tempat, organisasi profesi, dan peristiwa dalam cerita ini adalah fiktif dan dibuat hanya untuk tujuan hiburan, tanpa maksud mengundang atau mempromosikan tindakan apapun yang terjadi dalam cerita. Harap berhati-hati saat membaca....
...**✿❀ Selamat Membaca ❀✿**...
Malam semakin larut, namun Elara tak bisa memejamkan mata. Pikiran-pikirannya bercampur aduk, berkecamuk dalam benaknya, menelusuri setiap detik dari kejadian aneh yang dilihatnya. Bayangan Maxwell, Max yang merupakan ayah Nate dia berubah menjadi sosok vampir, lengkap dengan mata merah menyala yang mengerikan, terus menghantui ingatannya. Elara beranjak dari tempat tidur, berjalan menuju kursi kerjanya dan menyalakan laptop diatas meja.
Saat layar laptop menyala, Elara mengetikkan kata “vampire” pada situs pencarian dan mulai membaca informasi yang muncul. Mencari tahu lebih banyak adalah satu-satunya cara agar dia bisa memahami apa yang sedang terjadi di sekitarnya, atau mungkin dia bisa tahu siapa sebenarnya orang-orang di sekitarnya. Kata demi kata pada layar membawa Elara ke dunia kegelapan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
"A vampire is a legendary creature typically depicted as immortal and surviving by drinking human blood. In stories and mythology, vampires are categorized into various types, such as the classic vampire, which is evil and bloodthirsty; the psychic vampire, which absorbs energy; and the “good” vampire, who tries to control their urges to protect humans.”
Terjemahan : "Vampir adalah makhluk legendaris yang umumnya digambarkan sebagai abadi dan hidup dengan meminum darah manusia. Dalam berbagai cerita dan mitologi, vampir dibagi menjadi beberapa jenis, seperti vampir klasik yang haus darah; vampir psikis yang menyerap energi; dan vampir ‘baik’ yang berusaha mengendalikan dorongan mereka demi melindungi manusia.”
Elara membaca lebih lanjut tentang istilah “Sacred blood" yang tertulis di artikel yang sama.
“Sacred blood” refers to human blood believed to possess special powers or come from a noble lineage, making it highly sought after by vampires for its ability to grant additional strength or extend their immortal life.”
Terjemahan : "‘Darah suci’ mengacu pada darah manusia yang dipercaya memiliki kekuatan khusus atau berasal dari keturunan bangsawan, membuatnya sangat diincar oleh vampir karena kemampuannya memberikan kekuatan tambahan atau memperpanjang umur mereka."
Membaca informasi ini membuat Elara teringat kalung yang ia kenakan, kalung yang selalu dijelaskan oleh almarhum ibunya sebagai "penjaga keluarga." Ia meraih kalung itu, mengamati liontin di ujung rantainya yang kecil, sesuatu yang terasa begitu akrab dan juga misterius. Nenek muka bilang kalung ini menyembunyikan kekuatan yang menarik perhatian vampir makhluk seperti Max atau bahkan Nate. Dalam sekejap, ia berpikir, mungkin saja dirinya adalah "dhampir" yaitu makhluk setengah manusia, setengah vampir. Tapi kebenaran tentang dirinya masih menjadi teka-teki yang belum terpecahkan.
“Ibu ku memeng Dhampir, tapi kata Nenek aku lahir dari ayah manusia…” gumam Elara, dia merasa semakin penasaran siapa jati dirinya sebenarnya.
Kemudian, Elara melanjutkan membaca perbedaan antara vampir jahat dan baik, serta ciri-ciri yang membedakan mereka. Menurut artikel, vampir jahat atau vampir klasik akan selalu haus darah dan tak memiliki moral yang menghalangi mereka untuk memangsa manusia. Sementara itu, vampir yang dianggap "baik" berusaha keras untuk mengendalikan insting mereka dan melindungi manusia. Dalam benaknya, ia menghubungkan apa yang baru saja dibaca dengan sosok Max dan Lucian Nathaniel alias Nate. Keduanya sangat mungkin termasuk vampir jahat, terutama Max yang jelas menghisap darah manusia di depan matanya.
Namun, kini pikiran Elara tertuju pada Aiden Valen, bosnya yang juga misterius. Selama ini, Aiden selalu menunjukkan sikap yang tegas dan adil, namun ia juga memiliki aura gelap yang sulit dijelaskan. Hati kecil Elara ingin mempercayai bahwa Aiden adalah vampir yang baik, jika memang ia benar-benar vampir seperti Max dan Nate. Namun, ia tak bisa sepenuhnya yakin. Bagaimana jika dirinya hanya melihat sisi baik Aiden yang palsu, dan sebenarnya Aiden hanya menunggu kesempatan untuk memangsa dirinya?
Ting!
Sebuah notifikasi pesan mengalihkan perhatian Elara dari layar laptop. Ia membuka pesan tersebut dan melihat bahwa Nate mengirim pesan padanya.
Nate: "Sudah sampai di rumah dengan aman?"
Elara menarik napas dalam-dalam, berusaha menjaga pikirannya tetap tenang sebelum membalas pesan itu.
Elara: "Sudah, aku lupa mengabari. Selamat malam, Nate."
Ia berharap percakapan mereka berakhir dengan pesan singkat itu. Namun, rasa gelisah tetap bertahan dalam hatinya, mengingat kini ia tahu apa yang Nate atau Lucian Nathaniel lakukan sebenarnya. Di sisi lain, rasa penasarannya semakin menguat. Siapa sebenarnya Nate? Mengapa pria itu mirip dengan Dennis, ayah tirinya yang bertanggung jawab atas kematian ibunya? Adakah keterkaitan antara kematian ibunya dan identitas Nate sebagai vampir?
“Apa benar dia membunuh ibuku, dia menghisap darah suci ibu?” pikir Elara.
❦┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈ Bloodlines of Fate
Di sudut lain kota, Nate berdiri di tepi balkon gedung rumah mewahnya dengan segelas darah merah di tangannya. Ia memandangi kota yang tampak berkilauan di bawah cahaya bulan, sembari menyesap cairan merah dari gelasnya. Ketika ia teringat sosok Elara dan kalung yang dikenakannya, Nate mulai merasakan perasaan yang aneh seperti semacam pengenalan yang tak bisa diabaikan.
“Kalung itu…” Ia seperti pernah melihatnya sebelumnya, namun kapan dan di mana? Bayangan samar seseorang muncul di benaknya, membawa Nate pada kenangan yang hampir terlupakan.
Di bawah cahaya bulan penuh yang menghiasi malam, Nate atau Lucian Nathaniel pada masa itu pernah bertemu seorang wanita bernama Esta Grey. Itu adalah malam ketika Esta hendak pulang dari tempat kerjanya. Saat itu, Nate tengah berjalan di bumi, mengamati kota dari kejauhan, hingga dia melihat Esta yang hampir tertabrak mobil. Tanpa berpikir panjang, ia melangkah cepat dan menarik wanita itu dari bahaya.
Esta menatap Nate dengan rasa terkejut bercampur kagum. Esta tak pernah menyangka akan diselamatkan oleh seorang pria tampan dengan aura misterius. Senyuman kecil terlukis di wajah Nate saat ia memperkenalkan dirinya dengan nama Dennis. Itulah awal mula pertemuan mereka, yang kemudian berubah menjadi ikatan yang lebih dalam seiring berjalannya waktu. Nate ingat jelas malam-malam yang mereka habiskan bersama, percakapan hingga larut malam di bawah langit berbintang.
Tapi, setelah hubungan mereka berkembang ada sebuah tragedi menghancurkan semua kebahagiaan itu. Esta harus meninggal di tangannya secara tragis tanpa dia sadari. Sampai saat ini, Nate belum bisa melupakan Esta. Dan malam ini, ketika melihat Elara, wajah Esta terbayang jelas dalam pikirannya.
“Maaf…” air matanya menggenang.
❦┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈ Bloodlines of Fate
Kembali ke apartemennya, Elara menatap langit malam melalui jendela, matanya dipenuhi ketakutan sekaligus tekad. Rasa curiganya terhadap Nate kini semakin dalam, dan dia berjanji pada dirinya sendiri untuk mengungkap semua rahasia yang tersimpan di balik sikap tenang Nate serta apa yang tersembunyi dalam sorot mata Aiden. Dalam hatinya, Elara tahu bahwa jawaban dari semua pertanyaannya mungkin jauh lebih berbahaya dari yang ia pikirkan.
Namun, El tak bisa mundur sekarang. Kalung yang dia kenakan kini terasa lebih berat, seolah memberi isyarat bahwa dia memiliki peran besar dalam konspirasi kegelapan ini. Meski belum yakin apakah dia juga pemilik darah suci atau bukan, yang pasti seperti yang diceritakan neneknya Elara bahwa kalung tersebut adalah warisan yang menghubungkannya dengan dunia yang tak kasat mata ini dunia para vampir.
Dengan satu tekad kuat, Elara menutup laptopnya, menyadari bahwa ia harus bersiap menghadapi rahasia yang mungkin mengancam nyawanya. Langkah selanjutnya jelas dia harus bertemu dengan Aiden dan memancingnya untuk mengungkap kebenaran.