Menikah secara tiba-tiba dengan Dean membuat Ara memasuki babak baru kehidupannya.
Pernikahan yang awalnya ia kira akan membawanya keluar dari neraka penderitaan, namun, tak disangka ia malah memasuki neraka baru. Neraka yang diciptakan oleh Dean, suaminya yang ternyata sangat membencinya.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya? apakah Ara dapat menyelamatkan pernikahannya atau menyerah dengan perlakuan Dean?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lalu Unaiii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 8
Tepat pukul enam Dean membuka pintu kamar mandi. Laki-laki itu bangun di jam biasa ia bangun. Melirik sebentar pada Ara yang masih terlelap dengan meringkuk di samping pintu, wajahnya pucat, terlihat sedikit menggigil.
Katakanlah Dean adalah manusia yang sangat tidak berperasaan, namun hal ini ia lakukan untuk melindungi dirinya sendiri. Sempat terbesit rasa kasihan namun Dean sadar bahwa rasa kasihan tersebut bisa jadi bumerang dalam hidupnya nantinya. Jadi alih-alih memindahkan Ara untuk tidur di tempat tidur Dean lebih memilih untuk membangunkan wanita tersebut dengan sedikit menyenggol kakinya. Benar saja Ara terbangun, sekonyong-konyong perempuan tersebut langsung bangkit setelah menyadari keberadaan Dean di depannya.
"Maaf" kata Ara sambil keluar dari kamar mandi. Dean sedikit tercengang, perempuan itu bahkan tidak menatapnya saat mengatakannya. Terlihat menyedihkan memang, wajah pucat dengan bibir yang sedikit membiru akibat kedinginan serta rambut acak-acakan. Namun Dean akui dengan keadaan seperti itu ia masih terlihat cantik.
Ara adalah perempuan cantik yang selalu tampil sederhana, dengan make up tipis dan selalu berpakaian sopan, sedikit mendekati tipe ideal seorang Dean. Ditambah lagi fakta bahwa Ara adalah salah satu lulusan terbaik di angkatannya. Perempuan tersebut bahkan berkuliah dengan beasiswa padahal berasal dari keluarga yang sangat mampu untuk membiayai perkuliahannya.
Selain hal tersebut tak ada lagi hal yang istimewa dari seorang Ara sejauh yang Dean ketahui, Ara adalah orang yang sangat tertutup jadi cukup sulit untuk memperoleh informasi pribadi perempuan tersebut. Selain hal-hal tersebut Dean tidak mendapat informasi apa pun lagi tentangnya, tentang hubungan asmara atau pertemanan tak ada satu pun informasi yang dia dapat.
Tak mau terlalu memikirkan perempuan itu Dean memutuskan untuk mandi dan bersiap untuk berangkat ke kantor, ada banyak hal yang harus ia urusi selain perempuan tersebut.
Sedangkan di dapur Ara sedang membuat omelet untuk sarapan, Dean akan marah jika ia telat membuat sarapan. Dengan kepala yang berdenyut-denyut dan badan yang sudah sangat lemas Ara memaksakan diri untuk cepat, mengingat ia sudah telat, di jam begini seharusnya ia sudah selesai membuat sarapan.
Tepat setelah Ara meninggalkan meja makan Dean turun untuk sarapan. Ara harus bergegas mandi dan berangkat ke kantor. Ia memilih untuk sarapan di kantor, ia akan sedikit telat hari ini.
***
Jika saja Ara tau bahwa kondisinya lebih parah dari yang ia kira mungkin ia akan memilih untuk izin saja hari ini, padahal tadi sebelum berangkat bekerja ia sudah meminum obat. Namun tetap saja tubuhnya sedang tidak bisa diajak kerja sama.
Setengah jam yang lalu ia pingsan dan dilarikan ke rumah sakit. Ia tidak mengingat apa-apa yang ia tau ia hanya merasa pusing dan kemudian semuanya gelap dan ketika bangun ia sudah terbaring di IGD rumah sakit ditemani Lila teman sedivisinya.
"kata dokter bentar lagi udah bisa pulang kok. tapi tunggu cairan infusnya habis dulu." tutur Lila sambil membantu Ara bangun.
"Makasih ya mbak, maaf banget ngerepotin" ucap Ara merasa bersalah.
Lila hanya tersenyum, di antara seluruh teman sedivisinya ia memang paling nyaman dengan Lila. Lila adalah pribadi yang ramah, dan memiliki pembawaan yang sangat dewasa.
"Tadi pas kamu pingsan semua orang panik banget, tadinya aku sama Adi yang bakalan nganter kamu ke rumah sakit berhubung dia bawa mobil, eh pas di lobi ketemu sama Pak Bimo, terus dia menawarkan untuk mengantar. Awalnya aku nggak enak dan nolak tapi pas Pak Bimo bilang dia kenal kamu aku nggak bisa nolak lagi" Lila bercerita sambil memberi Ara minum.
"Kamu beneran kenal Pak Bimo" tanya Lila kemudian.
Sebenarnya Ara bingung harus menjawab bagaimana, Ia tidak kenal orang lain bernama Bimo selain teman Dean yang pernah memberinya nomor telepon Dean saat Dean menghilang dan tidak pulang selama tiga hari. Jika memang Bimo yang itu yang dimaksud oleh Lila maka sebenarnya Ara tidak terlalu kenal, mereka hanya pernah bertemu dua kali, saat pernikahan dan saat ia meminta nomor telepon Dean. jadi, Ara hanya menganguk sebagai jawaban.
"mbak balik aja ke kantor, saya juga udah nggak apa-apa sekarang. Maaf banget ngerepotin, jadi ngeganggu kerjaan mbak Lila.Sekali lagi terima kasih" Bukan bermaksud mengusir Ara hanya tidak enak jika terus membut Lila tertahan di rumah sakit sedangkan dia tau perempuan di depannya ini pasti memiliki banyak pekerjaan yang harus segera diselesaikan.
"Nggak apa-apa, mungkin sekarang lagi giliran kamu yang sakit dan butuh bantuan, kedepannyakan kita nggak tau kalau mungkin saja saya yang bakal butuh bantuan kamu. Sebagai sesama karyawan kita harus saling membantu. Jadi santai aja. Saya nunggu Pak Bimo, beliau nyuruh saya jagain kamu sampai beliau balik dari ngurusin administrasi sama nebus obat. Sebentar lagi juga pasti udah balik, jadi kamu nggak usah khawatir"
Ara sedikit tercengang mendengarnya, setelahnya ekor matanya menangkap siluet seorang pria yang sedang menuju ke arahnya. Yang ia yakini adalah Bimo.
gak membosankan.
kita penasaran samapi akhir.
keren...