Wulandari adalah gadis desa biasa yang mencoba mengais rejeki di ibukota sebagai seorang pengasuh anak.
Siapa sangka, majikannya adalah seorang pengusaha muda tampan yang memimpin sebuah perusahaan besar di ibukota yang memiliki seorang anak laki-laki.
Wulan seperti terjebak dalam cinta yang rumit, bagaimana mungkin dia begitu lancang mencintai tuannya yang bahkan masih memiliki seorang istri.
Begitu banyak hal rahasia yang tak terduga.
Wulan bimbang apakah harus memperjuangkan cintanya ataukah cukup tahu diri untuk mundur.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GendAyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps.28
"Rayyan suka menggambar gak?" Ibram berusaha mengambil simpati murid kecilnya itu di hari pertama.
Bocah itu menatapnya sejurus tanpa menjawab, tangannya masih asyik menggerak-gerakan mainan dinosaurus kesukaannya.
"Den, ditanya pak guru dijawab dong" Wulan ikut menimpali.
"Suka" bocah kecil itu menjawab singkat.
Wulan tersenyum kecil, melihat tingkah Rayyan saat ini mengingatkan saat pertama kali pertemuan mereka.
Rayyan juga bersikap sama persis.
Anak itu memang tidak begitu mudah untuk menerima orang baru.
Ibram mengamati Rayyan memainkan mainan dinosaurus, kaos yang dikenakan bocah itupun bergambar dinosaurus.
"Rayyan suka dinosaurus ya? Kita gambar dinosaurus mau ?" Ucap Ibram sambil tersenyum.
"Mau" Rayyan menjawab dengan mata berbinar.
"Oke, sekarang buka buku gambarnya. Kita gambar T-rex warna merah,gimana?" Ibram mulai bisa mengambil hati Ray.
"Om gulu ibam, suka Dino juga" tanya Rayyan polos.
"Suka dong" jawab Ibram.
"Kok den Rayyan panggilnya om guru? Harusnya kan pak guru?" Tanya Wulan sambil terkikik geli.
"Gak boleh ya mbak ulan?" Tanya rayyan memandang ke arah wulan.
"Boleh kok, om guru suka kok dipanggil begitu sama Rayyan" potong ibram.
Rayyan tersenyum ke arah Ibram, Ibram senang Rayyan terlihat begitu bersemangat belajar menggambar dan mewarnai bersamanya, sementara Wulan juga terus menemani disamping tuan kecilnya.
"Kamu udah lama kerja disini?" Tiba-tiba Ibram bertanya pada Wulan yang tengah asyik melihat Rayyan menggambar.
"Eh baru satu bulan pak" jawab Wulan sopan.
"Oh masih baru ya, eh iya kita belum kenalan ya. Saya Ibram" ucap Ibram sambil mengulurkan tangannya.
"Iya pak,saya sudah tahu. Saya Wulan, Wulandari" jawab Wulan menyambut tangan Ibram.
"Saya harap kita bisa berteman dengan baik, karena kita akan lebih sering bertemu mulai sekarang" ucap Ibram sambil tersenyum.
Wulan hanya mengangguk dan membalas dengan senyuman.
Dia merasa Ibram adalah orang yang baik, ramah dan murah senyum. Terlihat dari caranya memperlakukan Rayyan, Wulan merasa Ibram seorang lelaki baik-baik.
***
Wulan baru saja selesai merapikan piring bekas makannya ketika Jason tiba di ruang makan.
"Permisi tuan" Wulan segera melangkah untuk pergi.
"Tunggu" Jason berusaha menahan Wulan.
"Maaf tuan, ada apa?" Tanya Wulan sambil menunduk.
Mati-matian Wulan berusaha menghindari Jason beberapa hari terakhir ini.
Sebisa mungkin dia menghindari pertemuan dengan Jason.
Tapi kali ini sepertinya takdir sedang tidak berpihak padanya.
"Kenapa sepertinya kamu menghindar setiap kali bertemu dengan ku" tanya Jason tanpa basa-basi lagi.
"Maaf, saya tidak menghindari tuan" jawab Wulan masih tanpa melihat ke arah Jason.
"Apa kamu marah karena malam itu?" Tanya Jason matanya menatap tajam.
"Sa...saya sudah..." Ucapan Wulan menggantung.
"Jangan bilang kamu sudah melupakannya! Yang aku tanyakan apa kamu marah??" Tanya Jason semakin menekan.
Wulan tidak mampu menjawab, pun tidak mampu memandang ke arah Jason.
Bibirnya terasa Kelu, dia tidak marah karena ciuman itu.
Tapi dia marah karena keadaan yang tidak mungkin berpihak pada dirinya dan perasaannya.
"Jawab" ucap Jason lirih,
Jason kini semakin mendekat ke arah wulan.
Wulan hanya menggeleng, wajahnya pias, rasanya ada yang menggumpal menyesakkan dadanya.
Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya.
Dia tidak tahu kenapa, tapi rasanya ingin menangis.
"Hey, kenapa menangis?" Ucap Jason, tangannya meraih pipi Wulan. Membuat gadis itu mau tidak mau menatap wajah Jason.
Wulan tidak bisa menjawab apapun, yang dilakukannya lagi-lagi hanya menggelengkan kepalanya.
Jika bisa, ingin rasanya dia berteriak kepada Jason.
Kenapa membuatnya tersiksa oleh perasaannya seperti ini, kenapa membuatnya jatuh cinta, kenapa sikapnya begitu manis padanya seolah memberi harapan, tapi harapan itu hanya harapan semu.
Ingin rasanya berteriak, kenapa membuatnya bermimpi tapi bahkan mimpi itu tidak akan mungkin menjadi nyata.
Hanya air matanya yang mengalir menggambarkan semua yang dirasakannya.
Jason mengusap airmatanya yang mengaliri pipi Wulan, dia tidak mengerti kenapa gadis itu menangis.
Apa dia begitu marah dan sedih atas sikapnya yang telah berani menciumnya waktu itu.
Dada Jason terasa begitu sesak melihat gadis itu menangis.
Direngkuhnya tubuh mungil Wulan dalam dekapannya.
"Hey, jangan menangis. Aku minta maaf atas apa yang aku lakukan malam itu.
Aku belum pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya, tapi sepertinya aku memang menyukaimu" ucap Jason sembari mendekap gadis mungil yang masih tersedu.
DEG
Jantung Wulan terasa berhenti berdetak untuk beberapa saat. Seolah dunia disekelilingnya berhenti berputar.
'apa yang baru saja dia katakan? Apa aku sedang bermimpi?'
"Ap..apa maksud tuan?" Ucap Wulan lirih, dilepaskannya rengkuhan tangan Jason dari tubuhnya.
"Aku...aku tidak tahu apa ini yang dinamakan cinta, tapi aku merasakan hal aneh disini (menunjuk dadanya sendiri) saat bersamamu. Ada debaran aneh, apa kamu tidak merasakannya juga?" Jason menatap wajah Wulan berusaha mencari jawaban.
'apa dia baru saja menyatakan cinta padaku?' Wulan merasa linglung untuk sesaat.
"Apa yang tuan katakan?" Suara Wulan mulai bergetar.
"Ya, aku mencintai kamu" Jason menatap mata Wulan lekat-lekat.
Wulan melangkah mundur, lagi-lagi semuanya terasa bagai sebuah mimpi.
Bagaimana ini, haruskah dia terbangun dari mimpi indah ini.
Tapi ini tidak benar, ya...Wulan tau pasti bahwa hal ini tidaklah benar, tidak boleh terjadi.
"Tidak...tuan tidak boleh begitu" suara Wulan semakin parau.
"Kenapa? Apa kamu tidak merasakan hal yang sama?" Tanya Jason dengan tatapan putus asa.
cape deh dengan kebodohannya
Harusnya dia menerima Raymond sebagai suami dan takdir yang terbaik baginya, bukan malah napsu ingin memiliki Jason yang tdk mencintainya
Perempuan kufur nikmat /Awkward/
aq penasaran lho ending nyaaa...? 🤔