seorang gadis cantik bernama Jenna putri Maxim. ia handal dalam segala bidang baik dalam bidang hacker, beladiri, dan menembak serta pintar dalam akedemik apapun, namun semenjak snang ibu menghilang karena sebuah tragedi yang di lakukan oleh adik dari ayahnya membuat Sang gadis nekad membentuk sebuah kelompok mafia untuk mencari keberadaan Sang ibu.
apakah ia mampu bertemu kembali dengan Sang ibu kembali? apakah ia mampu ceria kembali setelah kembali Sang ibu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dian Septi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
calon ibu
Nggak Nyangka gue.. Ternyata calon istri gue sehebat itu. " Timpal Rafa membuat Aska kesal.
" Jadi Lo udah nggak sayang lagi sama nyawa lo apa? " Peringatan dari Willy karena willy melihat tatapan tajam Aska ke arah Rafa yang tidak peka sama sekali.
" Maksud Lo? " Tanya Rafa penasaran.
" Noh.. Liat! " Seru Willy menunjuk dengan kode mulut.
Melihat arah kode Willy secara spontan Rafa menoleh ke arah Yang di tunjuki oleh Willy barusan.
Deg
Begitu susahnya Rafa menelan salivanya sendiri ketika tatapannya bertemu dengan tatapan Aska yang sudah menatap nya begitu tajam.
" Hehe... He.. Sorry paketuu.. Kelupaan! " Sambil salah tingkah dan terkekeh.
" Wah.. Seperti nya gue ada melupakan janji sama bu ina deh, kalau begitu gue pamit ya. " Sambung Rafa mencoba menghindari Aska yang sudah mengeluarkan tanduk nya. Setelah itu Rafa lari terbirit-birit dari amukan Aska.
Aska yang paham melihat Rafa yang salah tingkah hanya bisa geleng geleng kepala secara tipis saja.
****
Di Mansion Maxim
Kebetulan Jenna baru saja pulang dari Markas dengan pakaian serba hitam di tambah lagi dengan kaca mata hitam yang menambah aura badas Jenna terpancar. Karena enggan untuk mengganti baju membuat Jenna terpaksa pulang dengan pakaian yang di pakai dari markas saja.
Diruang tamu Maxim sedang berkumpul dengan Calon istri yang bernama Melati beserta calon anak tiri yang tak lain adalah Nadira.
" Kamu dari mana Jenna? " Tanya Maxim pada Jenna yang baru saja pulang.
" Main Dad.. Sama teman. " Sahut Jenna datar tak menoleh pada mereka bertiga yang sedang duduk di ruang tamu.
" Ayo kesini duduk dulu.. Ada yang Papa bicarakan sama kamu dan ada yang ingin berkenalan dengan kamu juga nih. "Ajak maxim pada Jenna.
Jenna yang tadinya tak peduli dengan mereka, mendengar ajakan Daddy nya terpaksa menoleh ke arah dua orang wanita yang bisa Jenna nilai jika kedua wanita itu tidak baik ada di dekat sang ayah.
" Jadi ini anaknya Mas maxim.. Huft cantik juga tapi sayang sebentar lagi akan aku hempaskan dari rumahnya sendiri, haha.. Ha.. " Ucap Melati dalam hati.
Dengan anggun Melati melangkah mendekati Jenna untuk berkenalan.
" Cih Drama.. " Batin Jenna seraya tersenyum miring ketika melihat dua wanita yang mulai mengambil hati sang Daddy.
" Hai.. Anak cantik.. Kenalin nama Tante Melati. " Ucap Melati dengan nada yang sengaja di buat lembut. Apalagi tangannya mulai mengulurkan ke arah Jenna untuk berkenalan.
" Gue capek..! " Ucap Jenna datar setelah itu langsung berlalu dari hadapan Maxim beserta calon istri dan saudara tirinya tanpa mau membalas uluran tangan Melati.
" Sial..! Awas saja, jika gue berhasil jadi ibu tiri Lo gue buat bapak Lo benci dan buat Lo di singkirin lo dari sini. " Batin Melati menatap tak suka melihat sikap Jenna yang terlihat tak menyukainya.
Jenna yang belum melangkah jauh dari sana masih bisa mendengar suara batin Melati barusan.
" Coba saja jika lo mampu.. Cih manusia sampah! Belum apa - apa udah berani aja Lo membuat masalah dengan gue. " Batin Jenna tersenyum miring saraya melangkah ke kamar.
" Huft.. " Maxim hanya bisa menarik nafas dalam - dalam ketika melihat dinginnya sifat putri keduanya itu.
" Oh.. Oke nggak apa - apa mas mungkin Jenna butuh waktu buat nerima kita berdua mas. " Ucap Melati meskipun hatinya merasa sakit atas sikap cuek calon anak tirinya itu.
" Mmm.. Om.. " Ujar Nadira sedikit ragu- ragu.
" Buat pendekatan aku sama Jenna bagaimana kalau aku pindah satu sekolah yang sama dengan Jenna om? " Untuk memanfaat keadaan Nadira meminta pendapat dan mengkambing hitam kan Jenna untuk bisa bersekolah di sekolahan elit dan super mewah dan mahal di bandingkan sekolahnya yang biasa saja.
" Ya mas, apa salahnya mereka satu sekolah, siapa tahu mereka bisa menjadi dekat kan sebentar lagi mereka bakalan jadi saudara mas, tapi..? " Sambung Melati dengan ucapan putrinya dankebih sengaja lagi ia menganggantung perkataan nya agar Maxim menjadi penasaran.
" Tapi kenapa Mel? " Tanya Maxim kepada Melati.
" Aku mau Nadira satu sekolahan dengan Jenna biar hubungan mereka lebih dekat lagi, cuman sayangnya Aku nggak mampu mas buat sekolahin Nadira disana, maklum mas disana sekolah nya kan mahal. " Ucap Melati di buat - buat lesu dan sedih agar Maxim terpengaruh atas ucapannya.
" Kalau memang itu maunya Nadira ya sudah, nggak jadi masalah biaya sekolah Nadira biar Mas yang bayarin, toh.. Besok Nadira bakalan jadi putri Mas juga kan. " Seru Maxim menyetujui ucapan Melati.
" Terima kasih banyak Om.. Mami benar - benar nggak salah pilih cari Daddy untuk Nadira. " Ucap Nadira sambil memeluk Maxim secara spontan.
" Iya nak.. Om juga ingin kedua putri om memiliki seorang ibu." Ujar Maxim sambil mengelus punggung Nadira dengan tulus.
Di depan pintu masuk Mansion putri sulung Maxim menyaksikan drama calon ibu tiri dan adik tirinya memanfaatkan keadaan.
" Belum apa - apa sudah memanfaatkan keadaan, apalagi sudah ya! " Sindir Lili untuk Melati dan Nadira seraya melangkah kan kaki menuju sofa untuk duduk dengan santainya di dekat mereka.
" Kamu bicara apa sih Li? " Tanya Maxim pada putri sulung nya itu.
" Nggak bicara apa - apa kok Dad. Cuman.. Daddy ngerasa nggak sih ada orang baru mau masuk ke keluarga kita tapi belum apa - apa sudah memanfaatkan keadaan aja! Aneh nggak sih? " Ucap Lili ceplas-ceplos seraya menyantap cemilan yang ada di atas meja.
Melati dan Nadira merasa tersinggung dengan ucapan anak sulung Maxim. Tapi tak ada satu kata pun yang berani untuk membalas sindiran Lili karena yang di ucap kan Lili sesuai dengan fakta. Mereka berdua hanya mampu menahan rasa sakit hatinya dengan mengepal kedua tangan sampai kuku - kukunya memutih.
Maxim paham dengan ucapan sang putri sulung nya itu namun ia tidak ingin calon istri dan anak tirinya itu merasa tersinggung dengan ucapan anaknya.
" Kamu bicara apa sih Li? Disini tidak ada yang memanfaatkan keadaan. Bagaimana pun Nadira nanti juga akan menjadi anak Daddy juga kan? Nanti dia juga akan menjadi tanggung jawab Daddy. " Tegur Maxim pada anaknya.
" No! Kata siapa dia bakalan jadi tanggung jawab Daddy." Bantah Lili pada ucapan Maxim.
" Eh Lo! Bapak kandung Lo masih hidup kan..??Jangan jadi benalu deh Lo. Baru mau masuk jadi keluarga ini sudah minta aneh - aneh Lo! Kalau Lo mau sekolah elit kayak adek gue rayu sana bapak Lo itu! Jangan Daddy gue donk.. Dasar benalu nggak tahu diri lagi! Apalagi nanti ya.. Bisa - bisa lo hasut bokap gue biat singkirin gue sama adik gue agar Lo sama ibu Lo yang nggak tahu malu ini bisa kuasai harta bokap gue iya kan. " Bentak Lili seraya menunjuk ke arah Nadira.
" Lili.. Jaga ucapan kamu Lili...! Dia itu calon ibu tiri kamu. " Bentak Maxim menahan emosi.
" Emang daddy mau ya nikah sama benalu ini? " Hina Lili sambil menunjuk Melati yang sedang berpura-pura sedih di depan Maxim.
Plak
Satu tamparan lolos diterima oleh Lili dari Maxim sampai wajahnya tertoleh ke arah kanan sehingga sudut bibir Lili mengeluarkan sedikit darah segar.
Dua wanita yang merasa tersinggung dengan ucapannya tadi merasa senang jika Maxim menamparnya dengan kuat.
Lili melihat dua wanita itu tersenyum ketika dirinya di tampar oleh Maxim, membuat amarah Lili rasa ingin mendidih seketika.
" Kamu jangan keterlaluan ya Lili, Daddy tidak pernah mengajarkan kamu bicara lancang seperti itu! " Bentak Maxim merasa geram melihat sikap kurang ajar sang anak.
" Daddy tega ya.. Nampar anak kandung sendiri demi belain dua wanita jalang ini! Awas ya kalian ku buat nyawa kalian berpisah dengan tubuh kalian sendiri karena sudah berani mengusik ketenangan gue! " Ucap Lili menunjuk melati dan Nadira sambil menyeringai devil.
Perih ya, sudah tentu sakit malahan itu lah yang di rasakan oleh Lili, selain Daddynya tidak peduli dengannya, Sang Daddy dengan tega menampar wajahnya demi membela calon istrinya itu. Tak ada sedikit pun rasa penyesalan telah tega menampar wajah nya itu.
" Dengar ya Dad! Aku tidak sudi jika Daddy membawa dua orang benalu ini tinggal disini! Ini Mansion Mommy, dua benalu ini tidak berhak tinggal disini. Jika Daddy ingin tinggal dengan mereka silakan tapi tidak disini! Jika tidak... Nasib benalu ini tidak beda dengan bodyguard Daddy itu. " Ancam Lili setelah itu langsung berlalu dari hadapan mereka dengan rasa sakit hati yang di tahannya.
Deg
Mendengar ancaman sang anak barusan membuat Maxim merasa lidahnya terasa kelu. Ia tak sedikit pun bisa melupakan dengan sikap anaknya yang sikopat itu.
" Mas.. Sudah kasihan. " Timpal Melati berpura-pura menenangkan hati calon suaminyasuaminya sambil mengelus - elus pundak Maxim supaya Maxim berhenti memarahi sang anak.
" Kamu lihat! Tidak ada sedikit pun calon istri ku benci dengan sikap mu itu, seharusnya kamu itu bersyukur jika ada calon ibu mau menjadi ibu untuk Mu Lili. " Teriak Maxim membanggakan Melati di depan Lili.
" Cih.. Lili lebih baik tidak punya ibu, dari pada punya ibu tiri kayak dia, murahan! Matre lagi. " Ejek Lili semakin menjadi - jadi. Setelah itu Lili melangkah masuk ke dalam.
" Kamu lihat anak itu pantas aku tampar Melati agar tidak seenaknya saja menghina orang. " Oceh Maxim pada Melati.
Mendengar ocehan Maxim, membuat langkah kaki Lili langsung terhenti sejenak dan menoleh kembali ke arah mereka.
" Cih.. Sedikit pun Aku tak butuh wanita ular seperti Dia! " Desis Lili sambil meremehkan Melati.
Melati yang mendengar ucapan Lili,mencoba menahan emosinya sehingga kuku - kuku tangannya sampai memutih. Membuat dendam Antara Melati dan Nadira semakin membenci Lili dan Jenna.
semangat Thor