Lana harus rela menjadi istri kedua dari pengusaha kejam dan arogan demi menolong perusahaan keluarganya yang nyaris bangkrut . Sean Jayde Alexander nyatanya menikahinya hanya untuk pelampiasan hasratnya karena istri pertamanya adalah supermodel super sibuk yang bahkan tak pernah punya waktu untuk melayaninya ataupun merawat putra mereka .
Hidup Lana bagai berjalan diatas kerikil kerikil tajam , bahkan berkali kali ia berniat mengakhiri hidupnya . Tapi satu hal yang membuatnya bertahan yaitu seorang anak laki laki lumpuh berusia enam tahun yang sangat menyayanginya .
Akankah Lana akan bisa bertahan pada ikatan yang hanya dipenuhi kebencian ?? Ataukah ia akan menyerah dan akhirnya memilih untuk pergi !?
lni adalah kisah liku liku perjalanan rumah tangga yang mungkin akan membuat sedikit darting , jadi siapkan hati yang lapang untuk membacanya 🤭.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lindra Ifana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4
" Aaakkhhhhh .... " desis Lana ketika membuka matanya , dia merasa seperti putri tidur yang baru bangun setelah seribu hari berbaring di peti kaca . Seluruh sendi di tubuhnya terasa nyeri , badannya terasa sangat dingin dan ia seperti tak bisa mengangkat kepalanya yang sangat berat .
Lana terkejut ketika mendapati dirinya tidur di atas lantai dengan masih mengenakan baju pengantinnya . Samar ia mengingat kejadian sebelum ia menutup matanya semalam . Sean telah menghempaskan tubuhnya ke lantai dan mungkin pergi meninggalkannya ketika ia pingsan .
" Dasar pria brengsek !! " rutuk Lana , bisa bisanya pria itu membiarkan dirinya tergeletak di lantai semalaman tanpa berinisiatif untuk mengangkatnya di ranjang . Setidaknya ia tidak bangun dalam keadaan badan dingin seperti yang dirasakan kini . Monster itu benar benar seorang lblis yang tidak punya perasaan .
Tapi semangatnya kembali menyala ketika indera penciumannya menghirup bau wangi teh camomile dan bau manisnya roti coklat kacang . lblis itu ternyata masih mempunyai perasaan dengan memberinya makanan , mungkin saja dia tak ingin melihatnya mati sia sia di kamar ini . Bukankah lblis yang sudah menjadi suami sahnya itu belum menyentuhnya !?
" Ya Tuhan ... " Lana menggeleng gelengkan kepalanya karena terus saja berpikir tentang malam pertama , padahal ia bisa jelas jelas melihat jika pria itu terlihat sangat membencinya . Tak mungkin pria itu menginginkan tubuhnya , hal itu mungkin sedikit melegakan untuknya .
Sean Jayde , tak ada seorang pun hawa yang mampu menolak pesonanya . Kombinasi dari wajah tampan dan tubuh sempurna dengan warna kulit perunggu . Warna mata hitam legamnya seperti mampu menenggelamkan wanita manapun dalam kuasanya . Pria itu seperti wujud Apollo , dewa Yunani yang pernah ia baca di sebuah buku ensiklopedi .
Dengan sekuat tenaga ia mencoba bangkit menuju kursi sofa di samping ranjangnya . Yang ia inginkan sekarang adalah beranjak dari lantai sedingin es itu dan bersandar di kursi untuk menikmati hangatnya secangkir teh dan nikmatnya serius roti coklat kacang .
Lana mengabaikan badannya yang sedikit risih karena semalaman tidak mengganti bajunya , seperti orang kelaparan dia segera menghabiskan semua yang tersaji di atas nampan . Walau belum kenyang tapi setidaknya tenaganya sudah mulai pulih , rasa pusingnya pun sudah sedikit berkurang . Setelah merasa jauh lebih baik kemudian Lana berjalan menuju koper bajunya , dia ingin segera membersihkan diri agar bagannya kembali segar .
Agar tidak memakan waktu Lana memilih untuk mandi di bawah shower , setelah susah payah membuka gaun panjang dan seluruh kain yang menempel di tubuhnya wanita itu segera menyalakan air . Dua tangannya bertumpu di dinding dengan sedikit mendongakkan kepalanya yang terkena siraman air . Lana benar benar ingin merasakan setiap tetes air yang mengenai tubuhnya .
Puas dengan pijatan lembut air yang mengucur dari shower Lana segera mematikan kran air dan satu tangannya meraih botol sabun yang tadi sempat ia lihat berada tepat disampingnya . Tapi betapa terkejutnya dia ketika tiba tiba merasakan dua tangan meraih pinggangnya dan sedikit menariknya ke belakang hingga tubuhnya menempel sempurna pada tubuh yang ada di belakangnya .
DEGGHHHH .... DEGGHHHHH
" B*jingan .... lepasshhhh !!! "
Lana sangat mengenal aroma tubuh monster arogan itu !! Dia tidak bodoh untuk mengetahui jika Sean dalam keadaan yang sama sama polos sepertinya , dan Lana juga tahu benar benda apa benda yang mendesak punggung bawahnya . Benda tumpul yang sangat keras tapi terasa lembut di kulitnya . Tubuhnya meremang ketika benda itu seperti sengaja menggesek kulitnya .
" Ya aku adalah bajingan yang sudah menjadi pemilik tubuh dan jiwamu ... Mereka menjualmu padaku . Apa kau lupa itu !!? "
Awalnya Lana ingin membalikkan badan kemudian menampar atau memukul pria yang sudah bicara keterlaluan itu , tapi apa daya pria itu sudah mengunci tubuhnya . Satu tangan Sean melingkar erat diperut ratanya sedangkan satu tangan yang lain menarik rambutnya ke belakang hingga kepalanya mendongak dan pria itu bebas merasai setiap jengkal leher dan tengkuknya .
" Akkhhhhhh .... "
Lana menyumpahi dirinya sendiri yang tak bisa menyembunyikan suaranya ketika satu demi satu Sean membuat jejak di sepanjang leher dan tengkuk belakangnya . lblis itu benar benar pandai membuatnya merasa melayang walau sudah sekuat tenaga ia menolak semua sensasi rasa yang pria itu berikan .
" Tidak ... Jangannnhhh !! "
Reflek tangan Lana mencegah satu tangan Sean yang mulai menuruni perutnya , dia tahu kemana tangan kurang ajar itu menuju . Nafasnya terengah engah mencoba menghadapi semua gulungan rasa dan agar bibirnya bungkam tak mengeluarkan suara suara lucknut yang pasti membuat pria itu tersenyum menang .
" Perlu aku ingatkan lagi !! Kau milikku .... kau adalah budakku !! Kau sangat tahu apa yang bisa aku lakukan jika kau tidak bersikap layaknya budak untukku ... "
Lana mengepalkan kedua tangannya . Tubuhnya sungguh ingin memberontak tapi ia sadar jika ia tidak bisa berbuat apa apa . Lana tahu jika pria itu bisa melakukan apa saja jika ia menolaknya , nyawa kedua orang tuanya mungkin ada di ujung tanduk .
Dan ia semakin membenci dirinya sendiri ketika ia malah semakin menikmati permainan jari iblis itu di bagian pusat tubuhnya . Lana menggelepar ... memekik cukup keras ... Hingga dadanya membusung karena tak bisa lagi menahan rasa itu .
Dia benci rasa ini , dia benci ketika respon tubuhnya berbanding terbalik dengan kemarahan yang ada dihatinya . Dia sungguh membenci iblis itu !!