Leona Sarasmitha tiba-tiba terbangun di dunia asing dan merasuki tubuh seorang bangsawan yang tak memiliki sihir?
Leona Arathena Castallio, di kenal sebagai sampah karena tidak memiliki sihir dan diabaikan keluarganya.
Bagaimana kehidupan nya setelah di dunia aneh ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Matatabi no Neko-chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
"Hoo, rupanya dalang preman jelek itu dari permaisuri, ya? Apakah raja bodoh itu tidak mengetahui atau bagaimana saat wanita kesayangannya itu membuat kekacauan di kota. " Sinis Leona saat membaca laporan yang di terima dari seorang pria bertopeng gagak di depannya.
"Raja tidak mau tau, Leona-sama. Mengingat beban kerajaan ditanggung oleh ratu seorang diri, baik pemerintah maupun urusan istana. Aku menduga jika terjadi sesuatu di dalam istana." Sahut pria itu.
"Astaga. Benar-benar raja pemalas. Aku tidak heran sih jika kerajaan ini kacau. Ah, sudahlah lagipula ini bukan urusanku." Ucap Leona lalu meletakkan laporannya di meja kerjanya.
"Kerja bagus, C. Kau boleh kembali."
Pria bertopeng gagak itu segera menghilang dari hadapan Leona.
"Selir raja telah meninggal saat putri kedua dan ketiga masih kecil dan mereka diasuh oleh Ratu. Sementara raja hanya sibuk bersantai bersama permaisuri nya. Dasar raja lemah." Lalu Leona kembali membaca laporan itu dengan seksama.
"Oho~ Dia memiliki beberapa anjing lemah untuk melindunginya dan mengendalikan mereka dengan pusaka di cincinnya. Ah, bagaimana jika aku membuat kehebohan saat acara itu, pasti menarik. Khekhe..." Monolog Leona sambil tertawa jahat lalu berdehem (Bayangkan gaya bicara Karma Akabane)
Saat dia membaca data orang-orang yang menjadi anjing pelindung sang raja, matanya memicing saat melihat nama asing namun familiar, Calvian Ethan Castallio. Seketika dahinya berkerut.
"Orang bodoh diperalat orang lemah yang bodoh. Dia menyuruh membunuh ibu karena khawatir reputasi dari permaisuri jatuh karena status ibu seorang Archduke? Aih~ Siapa yang memilih orang bodoh ini sebagai permaisuri, sih?" Decak Leona terheran-heran.
"Leona-sama, Anda bisa dihukum cambuk bila ada yang mendengar." Tegur Arelle saat mendengar Leona sibuk mengumpat.
"Biarkan saja. Lagipula dia memang benar-benar bodoh. Mengasingkan orang-orang yang tak memiliki mana, memusnahkan bangsa siluman yang tidak membuat ulah, mengasingkan para Nolid dan para ksatria maupun ksatria bayaran yang tidak disukainya lalu menghabisi klan Tigries yang hebat atas perintah permaisuri?" Cibir Leona kesal.
"Oh, mungkin permaisuri adalah sampah sebenarnya karena menikah dengan kakak iparnya sendiri? Ayolah, di dunia ini masih banyak pria tampan." Sinis Leona dengan menyelipkan ejekan di akhir perkataannya.
Mereka yang berada di kediaman itu terdiam karena mengetahui hal yang sebenarnya tentang permaisuri. Banyak orang menganggap permaisuri itu wanita cantik yang lemah lembut. Siapa sangka dia adalah wanita licik yang manipulatif.
"Kami sudah mengikhlaskan semuanya semenjak bertemu dengan Anda, Leona-sama." Ucap salah satu pelayan laki-laki. Dia adalah mantan budak yang diselamatkan oleh Leona.
"Tidak asik jika tidak membuat kekacauan, Sam." Sahut Leona sambil tersenyum miring. Sebuah ide mengalir licik di otaknya.
"Panggung opera sudah di temukan, lalu bagaimana caranya membuat sebuah pertunjukan seni yang mengagumkan?"
Leona menyuruh C untuk menyelidiki preman yang memiliki tatto lipan itu. Dalam waktu sehari, pemuda itu berhasil membawa berita yang membuatnya terkekeh senang.
Orang yang dicintai rakyat karena sikap lemah lembut nya berbanding terbalik dengan watak aslinya.
"B!" Panggil Leona. Tiba-tiba muncul seorang gadis berambut biru dengan topeng elang yang menutupi wajah cantiknya
"Buat permaisuri mengeluarkan semua anak buahnya, bagaimanapun caranya." Ucap Leona sambil tersenyum senang.
💠💠💠💠
'BRAAKK!'
"Sialan! Ini tidak bisa dibiarkan!" Raung seorang wanita cantik dengan rambut ungu pudar yang di gelung rapi. Tangan terawat yang dipenuhi aneka aksesoris menggebrak meja cukup kuat hingga mengagetkan seorang pelayan wanita di hadapannya.
Dia adalah permaisuri kesayangan raja, Lydia Monique Seanthuria. Terkenal dengan sikap lemah lembut dan ramah di mata rakyat.
Dia memiliki dua orang anak, seorang laki-laki berusia sembilan belas tahun bernama Casian Alleto Seanthuria dan seorang putri bernama Cosette Allura Seanthuria.
"Aku telah kehilangan Michael sebagai sumber uang sekaligus pengumpul informasi dari luar dan sekarang informanku telah mati! Sialan!" Geram permaisuri lalu membanting sebuah cangkir yang berada di hadapannya hingga hancur berkeping-keping.
Permaisuri yang haus kekuasaan. Dia tidak ingin siapapun menduduki tahta putra mahkota selain putranya. Dia bahkan tega menghancurkan dan menghapus beberapa desa untuk menjatuhkan sang ratu yang notabene sepupunya sendiri.
Permaisuri bahkan menyuruh seseorang membunuh putri kesayangan Archduke yang merupakan istri dari Duke Castallio dan menghancurkan mana milik Leona agar kelak dia bisa menjodohkan putrinya pada putra Duke yang terkenal dengan sihirnya yang hebat.
Dia nekat melakukan hal itu karena posisi Duchess yang merupakan sebagai putri Archduke, jauh lebih tinggi dari posisi keluarganya yang merupakan seorang viscount. Meskipun klan Tigries telah musnah semuanya, namun permaisuri tidak mengetahui jika sebagian klan Tigries kini telah kembali bersama bangsa siluman.
'Tok' 'Tok'
"Permisi, Yang Mulia. Saya mendapatkan sebuah surat." Lapor seorang prajurit di depan pintu.
"Masuk!"
Seorang prajurit laki-laki datang membawa sebuah nampan yang berisi surat. Permaisuri mengambil surat itu lalu prajurit itu segera undur diri.
Permaisuri membuka surat yang masih tersegel itu dan seketika tangannya mengepal kuat.
'BRAAKK!'
"Sialan! Aeny! Panggil mereka untuk berjaga di istana saat pesta debutante nanti!" Seru permaisuri pada pelayan pribadi kepercayaannya.
"Baik, Yang Mulia."
💠💠💠
Perayaan debutante telah tiba. Leona kini tampil cantik dengan make up natural andalannya serta tatanan rambut yang sedemikian rupa dengan tusuk konde bermotif bunga sakura bewarna merah darah. Tidak lupa dengan pin rambut yang di belinya beberapa waktu lalu sebagai hiasan rambutnya. Dia mengenakan dress hitam dengan brokat biru cerah yang sederhana namun terlihat indah.
Aksesoris yang digunakannya bewarna merah, mulai dari kalung dan anting dengan motif sulur dengan hiasan kristal merah darah yang indah, menonjolkan warna mata merah indahnya.
Jim yang melihat penampilan Leona menatapnya tanpa kedip. Keponakannya terlihat cantik bagai malaikat, namun tingkahnya bagai iblis. Pria itu terlihat gagah dan tampan dengan stelan yang sama dengan Leona, namun dia menggunakan aksesoris yang di beli oleh Leona untuk menonjolkan mata cokelat indahnya itu.
Jim yang berdiri di dekat kereta kuda yakin, pasti banyak orang yang ingin mengajukan lamaran jika tidak mengetahui bagaimana tabiat keponakannya itu.
"Paman, aku tau kalau aku ini sangat cantik. Tapi tolong mata Anda dikondisikan, bisa-bisa mata Anda melompat dari tempatnya. Tidak seru jika Anda jatuh cinta dan melamar keponakan sendiri dengan kondisi tanpa mata." Ucap Leona percaya diri membuat Jim kembali sadar dan berkedut kesal.
"Aku akan mati berdiri jika sampai jatuh cinta apalagi melamarmu, bocah. Lagipula tingkahmu itu membuatku sakit kepala." Sahut Jim dan mengulurkan tangannya. Leona dengan senang hati menerima uluran tangan sang paman dan masuk ke dalam kereta kuda.
Sementara para pelayan, baik siluman maupun manusia biasa hanya bisa menghela nafas lelah saat melihat sepasang paman keponakan itu mulai berdebat. Mereka bahkan sudah terbiasa mendengar perdebatan mereka. Apalagi Leona memberikan aturan baru jika para pelayan boleh berdebat dengan majikan jika dirasa salah atau keliru.
"Astaga, aku sakit hati, hiks..." Sahut Leona mendramatisir keadaan membuat Jim memutar matanya malas dan segera menyusul Leona ke dalam kereta kuda.
Seekor tupai melompat masuk dan duduk di pangkuan Leona, sementara Kazuma duduk di depan sebagai kusir bersama Kei.
Para siluman yang tersisa ditugaskan menjaga kediaman beserta desa. Selama ini para warga telah terbiasa melihat dan berbaur dengan mereka.
"Leona, apa kau siap?" Tanya Jim menatap Leona dengan cemas. Kemungkinan bertemu dengan keluarga Castallio sangat besar. Dia hanya berharap gadis itu bisa mengontrol emosinya dengan baik, apalagi banyak rumor yang beredar tentang gadis itu.
Leona yang paham akan maksud pertanyaan Jim hanya tersenyum hangat dan menggenggam tangan pria itu. "Aku tidak apa-apa, Paman, jangan khawatir. Lagipula mereka sudah membuangku karena aku ini tidak memiliki mana. Untuk apa aku berharap pada mereka yang tidak pernah menganggapku." Ucap Leona membuat Jim terdiam. Leona telah dewasa pada usianya yang masih belia. Bahkan gadis itu tidak pernah merengek mencari perhatian keluarganya setelah terjatuh dari tangga.
"Karena ini debutante pertama sekaligus seumur hidup, maukah Paman berdansa pertama dengan ku sebagai keluargaku?" Pinta Leona penuh harap.
"Baiklah. Aku akan berdansa pertama sebagai ayahmu." Sahut Jim.
Mereka tiba di ibu kota saat hari menjelang malam. Tiba-tiba kereta kuda mereka berhenti mendadak membuat Leona terjatuh menimpa Jim yang duduk di depannya. Sementara si tupai hanya terkaget-kaget dan mengerjapkan matanya lucu.
"Kau tidak apa-apa?" Tanya Jim pada Leona.
"Aku baik." Sahutnya singkat. Buru-buru Leona kembali ke tempat duduknya.
"Astaga, kenapa berhenti? Tanya Leona pada Kazuma.
"Maaf, Leona-sama. Ada pemeriksaan dari pihak kerajaan." Sahut Kei membuat Leona mengangguk paham.
"Biarkan dia memeriksa, Kei, Kazuma." Ucapnya sambil tersenyum jahil. Mereka yang hafal dengan tingkah gadis itu hanya bisa menurut dan menunggu giliran mereka.
'Tok' 'Tok'
"Permisi, kami prajurit istana ingin memeriksa kereta Anda. Mohon buka pintunya." Teriak salah satu prajurit.
'BRAKK'
Sebuah kaki terbalut sepatu chelsea boot hitam terjulur dari dalam kereta. Pintu kereta itu terbuka dengan mendadak menghasilkan suara kencang dan terlihat seorang gadis cantik bersurai hitam dengan mata merah duduk dengan santai sambil menopang dagu dengan ekspresi malas terpampang diwajahnya. Di bahu gadis itu bertengger seekor tupai dan di kursi kereta terlihat seorang pria tampan bersurai cokelat duduk manis sambil menatap mereka datar.
"Sudah di periksa?" Tanya Leona malas membuat kedua prajurit itu menganggukkan kepalanya dengan cepat.