Sahira Gadis cantik ramah dan murah senyum, namun tak banyak yang tahu di balik senyum manisnya, dia banyak menyimpan luka.
Terlahir dari keluarga kaya raya tidak membuat Sahira hidup bahagia, dia di abaikan oleh ke dua orang tuanya.
Sahira selalu di suruh mengalah dari adik perempuannya.
Kekasih yang sangat dia cintai ternyata sudah berselingkuh dangan adik kandungnya sendiri, dan itu di dukung oleh orang tuanya, tanpa melihat perasaan Sahira yang hancur
Dan lebih sakit lagi, Sahira di paksa menikah dengan laki laki yang tidak di ketahui asal usulnya.
Bagaimana kelanjutan kisah sahira, yuk.... Ikuti ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
"Kenapa mas membawa ku kesini?" tanya Sahira saat mereka sudah sampai di pantai.
Galang tersenyum lembut menatap Sahira, tangannya mengusap puncak kepala istri dadakannya itu.
"Mas tau, saat ini di dalam dada kamu itu, terpendam rasa amarah benci kecewa sedih yang tidak bisa kamu luapkan, kakak sengaja membawa mu kesini, agar kamu bisa mengeluarkan kemarahanmu itu, agar dada kamu merasa plong tanpa beban lagi." sahut Galang panjang lebar.
Mata Sahira berkaca kaca mendengar penuturan Galang tersebut, kenapa orang baru di hidupnya itu mengerti akan dirinya.
"Lepaskan lah beban di hati mu." ujar Galang.
"Bagaimana caranya? " tanya Sahira yang tidak mengerti.
"Kamu bisa berteriak, memaki, menangis di sini." ujar Galang.
Sahira mengangguk dan menghadap ke arah laut lepas itu.
"Aaaggggkkkkkk..... Aku benci kalian semua....!!! aku benci!! kenapa kalian jahat kepada ku, aku tidak minta di lahirkan ke dunia ini! kalian yang menghadirkan ku ke dunia ini, setelah aku hadir kenapa kalian menyia nyia kan ku! dasar orang tua ngak bertanggung jawab! " pekik Sahira melepaskan segala rasa di dadanya.
"Haiii.... Rega! abang si alan kau! kau abang yang pilih kasih, padahal aku yang mengurus mu, mengurus segala keperluan mu! tapi kau sangat jahat kepada ku! sekarang nikmatilah hidup tampa ku, semoga kau akan baik baik saja tanpa ku! " Sahira memaki sang abang.
"Kau Alina adik durjana! dasar perempuan serakah, berhati busuk! dari dulu kau selalu ingin merebut apa yang aku punya, kenapa Hu... Kenapa kau iri padaku, karena aku lebih cantik dari mu, apa karena aku lebih pintar dari mu, makanya kau selalu ingin merebut apa yang aku punya huuu... Ambil ambil semuanya! aku ngak butuh, tunggulah karma mu." Sahira meluapkan emosinya kepada sang adik.
"He...!!! Bima mokondo! kau pikir aku akan hancur di selingkuhi sama kamu, ngak lah ya, ngapain aku harus hancur, aku bersyukur bisa lepas dari kamu, dasar banci, tampang doang ganteng, tapi otak dungu!! " maki Sahira berapi api.
"Kalian pikir aku akan menderita galau merana gara gara kalian! Sori ya, aku ngak akan menderita gara gara kalian, justru kalian yang akan ku buat menderita, liat saja nanti kalian akan menyesal telah mengusir aku! " pekik Sahira ngos ngosan meluapkan emosinya.
Galang menatap sang istri yang sedang meluapkan emosinya itu, ingin rasanya dia tertawa mendengar sumpah serapah istrinya itu, namun dia hanya bisa diam, karena takut juga dia akan di sumpah serapahi oleh istri dadakannya itu.
"Aku janji akan membuat kamu bahagia, kita tunjukan kepada mereka kalau kamu bisa bahagia tanpa mereka, kamu benar ngak ada guna menggalaui mereka semua." gumam Galang.
Haa... Haa.... Haa... Sahira ngos ngos dan langsung menjatuhkan bokongnya ke atas pasir pantai itu.
"Ternyata benar kata mas, emosi menguras tenaga." kekeh Sahira yang masih mengatur nafasnya.
Galang terkekeh menatap sang istri, dia juga ikut duduk di samping istrinya itu.
"Minum lah, pasti tenggorokan kamu sangat kering." kekeh Galang mengulurkan sebotol minuman dingin ke hadapan sang istri.
"Terimakasih, mas sudah seperti cenayang, dari tadi selalu tau apa isi pikiran ku." kekeh Sabira menyambut minuman dingin itu dan lansung meneguknya hingga tandas.
Galang hanya bisa bisa geleng geleng kepala menatap singkat istri dadakannya itu.
"Sudah plong dadanya? " tanya Galang.
"Sudah." angguk Sahira.
"Bagus." sahut Galang.
"Makasih sudah membawaku kesini." ujar Sahira menatap dalam suaminya itu.
"Kenapa menatap mas seperti itu? " heran Galang.
"Aku tau mas menerima pernikahan ini karena terpaksa, aku ngak apa apa kok klau mas mau menceraikan ku, yang penting aku sudah keluar dari neraka itu." ucap Sahira mengalihkan pendangannya ke tengah laut lepas sana.
Tukk....
"Awww.... Sakit, kenapa menyentil dahi ku." keluh Sahira.
"Klau ngomong itu yang benar, menikah itu bukan permainan, saya sudah bersumpah di hadapan Tuhan dan bertanggung jawab atas kamu, dan kamu seenak jidat meminta cerai." omel Galang.
"Ya kan kita ngak kenal mas dan ngak ada cinta di antara kita, tiba tiba di nikah kan begitu saja, gimana dengan kekasih mas pasti dia akan marah pada ku, mengataiku perebut pacar orang, dan pasti orang tua mas akan kecewa telah menikah tanpa restu dari mereka" Sahira mengeluarkan uneg unegnya kepada Galang.
"Cinta akan datang seiring waktu berjalan, mas tidak mempunyai pacar, seumur hidup mas, mas ngak pernah pacaran, klau orang tua, pasti mereka sangat bahagia mas sudah menikah dan sekarang ngak kesepian lagi, karena sudah ada yang menemani hidup mas." sahut Galang panjang lebar.
Sahira menautkan dahinya tak mengerti dengan ucapan Galang itu.
Galang paham dengan kebingungan istrinya itu
"Orang tua mas sudah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu, mereka meninggal karena kecelakaan." ucap Galang sendu mengingat ke dua orang tuanya, dan mengingat adik semata wayangnya.
"Maaf, sudah membuka luka lama mas." ucap Sahira penuh sesal.
"Tidak apa, kamu juga harus tau kehidupan mas, karena kita suami istri, jadi harus terbuka satu sama lain." sahut Galang.
Sahira tersenyum kecut.
"Mas yakin akan menjalani pernikahan dengan ku, seumur hidup itu lama loh mas." tanya Sahira yang menatap Galang.
"Mas yakin." sahut Galang mantab.
"Mas tau pernikahan kita ini sangat dadakan melebihi tahu bulat, tapi mas berharap pernikahan kita ini satu kali seumur hidup, tidak perduli bagaimana cara kita menikah, mas hanya mau kamu menjadi istri mas satu satunya dan jangan berfikir ingin bercerai dari mas, mari kita bina rumah tangga yang sakinah mawadah warahma." ucap Galang menatap lekat manik mata sang istri.
"Mas yakin? mas tau kan aku saja sama keluarga ku di buang." ucap Sahira berkaca kaca.
"Mas sangat yakin, kamu lah jodoh yang telah Allah tetapkan untuk mas." sahut Galang memegang ke dua tangan Sahira.
"Baiklah, aku akan menerima pernikahan ini dengan lapang dada, benar kata mas, mungkin kita sudah di jodohkan dari masih dalam perut." kekeh Sahira.
Galang tersenyum dan menarik Sahira ke dalam pelukannya.
"Mulai sekarang, kamu berkeluh kesah lah kepada mas, minta lah apa yang kamu inginkan, karena kini kamu adalah tanggung jawab mas." bisik Galang.
"Minta peluk setiap hari, boleh? " tanya Sahira, hanya pelukan yang dia inginkan, selama ini dia tidak pernah merasakan pelukan dari papa mama dan bahkan abangnya, mereka hanya sibuk memberi perhatian kepada Alina, dan melupakan keberadaan Sahira.
"Jangan kan pelukan, lebih dari pelukan akan mas berikan, sayang." sahut Galang mengeratkan pelukannya kepada sang istri.
Mendengar kata kata sayang dari mulut suaminya itu, membuat wajah Sahira merona merah.
"Apa kita benar akan tidur di jalanan seperti ucapan mereka tadi? " tanya Sahira karena hari sudah beranjak malam, namun Galang belum juga membawanya pergi dari pinggir pantai itu.
"Sembarangan kalau ngomong, walau tampang mas kaya gini, walau ngak punya orang tua, mas masih punya rumah loh." omel Galang mencubit sayang hidung Sahira.
"Lagian dari tadi ngak pulang pulang, masih dia aja di sini." elak Sahira.
"Masih betah menghabiskan waktu di sini, anggap saja kencan perdana kita." kekeh Galang.
Bersambung.....
Haiii... Jangan lupa like komen dan vote ya.... 😘😘😘