"Apa yang kamu tahu?" tanya Aditya pada pria yang kepalanya berlumuran darah.
"Aku hanya lihat ada tiga orang pria datang lalu dia menyuntikkan sesuatu pada wanita itu. Setelah wanita itu tidak berdaya, mereka menggantungnya seolah dia bunuh diri."
Usai mengatakan itu, pria tersebut menghilang tanpa bekas.
Sebagai seorang polisi, terkadang Aditya menemui kesulitan ketika mengungkap sebuah kasus. Dan tak jarang dia sering meminta informasi dari makhluk tak kasat mata yang ada di sekitar lokasi kejadian.
Aditya memanfaatkan indra keenamnya untuk mengungkap kasus kejahatan yang terjadi di sekitarnya. Tak sendiri, dia ditemani jin cantik bernama Suzy yang rela membantunya melakukan apapun, kecuali mencarikan jodoh untuknya.
"Haiissshh.. Tante Suzy.. yang benar dong kalau kasih info. Nyasar lagi nih kita!" kesal Adita.
"Kalau mau nanya alamat tuh ke Mbah Gugel! Bukan ke aku!"
Aditya hanya menepuk keningnya saja.
"Percuma ngajak jin dongo," gumam Aditya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Clue
"Kenapa kamu selalu saja mengganggu? Kuperingatkan padamu,jangan campuri urusanku atau dengan mudah aku bisa menjadikanmu abu!"
Suara orang itu terdengar bergema karena jin yang merasukinya yang berbicara pada Suzy. Cengkeraman tangan orang itu tak bisa dilepaskan oleh Suzy. Energinya seketika terkuras dan tidak bisa melakukan apa-apa untuk membebaskan dirinya. Tiba-tiba sekelebat bayangan putih berkelebat dan membawa Suzy pergi dari orang itu. Hanya geraman saja yang terdengar dari jin tersebut setelah kehilangan tawanannya. Dia berdiri di hadapan cermin yang ada di sana, lalu berbicara pada orang yang dirasukinya.
"Secepatnya kamu harus mencari orang yang bisa melengkapi ritual kita!"
Sementara itu Suzy jatuh terduduk ketika berhasil dibawa oleh bayangannya putih yang menyelamatkannya. Dengan tubuh yang masih lemas karena kehabisan energi, dia menoleh ke sosok yang sudah membawanya pergi tadi.
"Bilqis," panggil Suzy pelan.
Jin wanita bernama Bilqis itu segera menolehkan kepalanya. Jin wanita itu hanya menyeringai saja melihat Suzy yang nampak lemas. Keduanya memang berteman baik, hanya saja memilki orientasi yang berbeda. Kalau Suzy senang berada di dunia manusia, berbeda dengan Bilqis yang tidak mau ikut campur dalam kehidupan manusia. Kekuatan yang dimiliki Bilqis jauh di atas Suzy, karenanya dia bisa menyelamatkan temannya itu dari cengkeraman Sharrul.
"Sudah kubilang, kamu jangan ikut campur urusan manusia. Kamu bisa saja dijadikan abu olehnya dengan mudahnya."
"Sharrul, apa kamu mengenalnya?"
"Tentu saja. Dia sama sepertiku. Hanya saja dia seperti dirimu, senang berada di dunia manusia. Dia adalah jin yang serakah. Dia selalu membawa kesesatan dan bencana pada orang-orang yang memenuhi kriterianya. Orang yang penuh dengan kebencian, dendam, amarah dan ambisi adalah makanannya."
"Apa kamu tahu apa yang direncanakannya?"
"Dia ingin menjadi penguasa jin dan manusia. Dia bersekutu dengan manusia. Manusia itulah yang akan membantunya mencapai kesempurnaan."
"Kerangka yang ada di sana, apa bagian dari rencana?"
"Ya, tentu saja. Manusia yang menjadi cangkangnya harus membunuh orang dan mengambil bagian tubuhnya agar menjadi manusia utuh. Jika prosesnya sudah lengkap, dan jumlah kuota nyawa yang diambil sudah terpenuhi, maka dirinya akan menyatu sempurna dengan manusia yang menjadi budaknya. Sang budak akan menjadi raja manusia dan dia menjadi raja jin."
"Apa maksudmu dengan kuota nyawa?"
"Akan ada banyak orang yang meninggal dengan tidak wajar. Setiap satu kematian manusia yang tidak wajar akan menjadi kekuatan untuknya."
"Maksudmu kasus bunuh diri yang akhir-akhir ini terjadi karena ulahnya? Untuk memenuhi kuota nyawa?"
"Ya."
"Bagaimana mencegahnya?"
"Semua kembali pada manusia itu sendiri. Kalau dia memiliki iman yang kuat, maka sekuat apapun setan mempengaruhinya, dia tidak akan terjatuh dalam jebakan dan bujuk rayu setan."
"Lalu korban untuk menyempurnakan kekuatannya, apa ada syarat khusus?"
"Orang itu harus memiliki aroma yang disukai dan cocok untuknya. Agak sulit menemukan orang-orang itu."
"Berarti masih ada waktu untuk menghentikannya. Lalu apa kamu punya cara untuk melawan Sharrul?"
"Dengan kekuatan yang kamu miliki, tidak ada. Tapi kamu masih punya satu cara untuk menghentikannya."
" Apa itu?"
"Aku tidak akan mengatakannya padamu. Aku pergi dulu."
Sebelum sempat Suzy menanyakan maksud perkataan Bilqis, jin wanita itu sudah menghilang. Suzy masih tetap berada di tempatnya. Dia harus memulihkan diri lebih dulu sebelum kembali ke kediaman Stella. Seluruh energinya sudah terkuras habis tadi.
***
Dari hasil penelusuran melalui rekaman cctv, Aditya dan Tristan berhasil mengetahui bagaimana cara Sugeng pergi dari Sumedang. Pria itu naik ke atas mobil bak terbuka yang mengangkut sayuran. Pria itu bersembunyi di bawah terpal hingga tidak diketahui oleh pemilik mobil. Aditya dan Tristan segera mencari pemilik mobil tersebut yang ternyata tinggal tidak jauh dari sana. Mereka memperlihatkan rekaman saat Sugeng menaiki mobilnya.
"Saya sama sekali tidak tahu kalau ada yang ikut di mobil saya. Saat menurunkan batang, orang itu sudah tidak ada."
"Kemana tujuan mobil anda?"
"Ke pasar Andir, Bandung."
"Apa Bapak langsung menuju ke sana atau mampir ke suatu tempat dulu?"
"Langsung ke sana."
Setelah mendapatkan informasi yang dibutuhkan, Aditya dan Tristan segera menaiki ke kota Bandung. Mereka tidak langsung kembali ke kantor, melainkan mampir ke Balai Kota, tepatnya ke kantor ATCS (Air Traffic Control System). Di sana mereka bisa mendapatkan rekaman lalu lintas di Kota Bandung. Kedatangan mereka disambut oleh pegawai ATCS. Pegawai tersebut segera memberikan rekaman yang dibutuhkan oleh petugas polisi tersebut.
"Apa yang dibilang Bapak tadi benar, dia langsung menuju Pasar Andir," ujar Aditya.
"Bukankah ini Pak Sugeng?"
Tristan menunjuk seorang pria yang keluar dari mobil bak lalu berjalan menuju perempatan jalan. Di sana dia berdiam sebentar, lalu kembali menaiki mobil bak yang terparkir di sana. Mobil tersebut berjalan menuju arah Cijerah lalu berbelok memasuki salah satu pusat perbelanjaan yang ada di sana. Setengah jam kemudian kendaraan itu keluar dan sudah tidak ada Sugeng di sana.
"Kita harus ke pusat perbelanjaan itu," usul Aditya.
"Baiklah," jawab Tristan.
"Kalau kalian butuh pelacakan lagi, silakan hubungi nomorku. Aku akan membantu kalian."
Pegawai itu mengeluarkan kartu namanya. Aditya mengambil kartu nama tersebut. Setelah mengucapkan terima kasih, bersama dengan Tristan, dia meninggalkan tempat tersebut. Tujuan mereka selatan adalah pusat perbelanjaan.
Sesampainya di pusat perbelanjaan, Aditya dan Tristan langsung menemui pihak manajemen. Untuk kepentingan penyidikan, manajemen mengijinkan kedua petugas itu melihat rekaman cctv mall. Mata Aditya dan Tristan terus melihat layar di depannya, mencari keberadaan Sugeng.
"Itu dia!"
Jari Tristan menunjuk pada Sugeng yang kembali menaiki mobil bak yang terparkir di parkiran basement. Aditya mencatat nomor polisi mobil tersebut lalu menghubungi pegawai ATCS. Dia meminta pegawai yang membantunya tadi melacak mobil yang membawa Sugeng pergi dari mall. Tak lupa Aditya menyebutkan jenis mobil, warna dan plat nomornya.
Sambil menunggu informasi, Aditya dan Tristan meninggalkan mall. Mereka mengambil arah yang diambil mobil tersebut ketika keluar dari mall. Setengah jam kemudian Aditya menerima panggilan dari petugas ATCS, mobil yang membawa Sugeng pergi mengarah ke Cimahi. Terakhir mobil itu terlihat di daerah Cimindi. Kembali Aditya dan Tristan mendatangi tempat di mana mobil itu terakhir terlihat. Mereka mencari-cari tempat yang terdapat kamera cctv dan bisa merekam kemana Sugeng pergi setelah mobil berhenti.
Aditya dan Tristan mendatangi toko sekitar secara terpisah demi mencari jejak Sugeng. Akhirnya mereka mendapatkan petunjuk, Sugeng berjalan sendiri ke arah Jembatan Penyebrangan Orang Stasiun Cimindi. Bergegas mereka menuju ke sana. Tidak banyak yang mereka dapatkan di sana, sepertinya Sugeng berjalan di area yang tidak tertangkap kamera cctv.
Aditya berjalan menuju bagian bawah tangga penyebrangan. Suasana sekitar sangat sepi. Sugeng tertangkap kamera jalan ke arah ini pukul delapan malam. Suasana di sekitar gelap dan tidak ada kamera cctv yang mengarah ke sini. Aditya menyalakan senter lalu mengarahkan ke setiap sudut tempat ini. Tristan mendekati rekannya dan ikut menyorotkan senternya ke sana.
"Lihat ini. Sepertinya ini bercak darah."
Aditya menyorotkan senter ke bagian bawah besi tangga penyebrangan. Tristan mengeluarkan plastik kecil dan Cutton bud dari saku jaketnya. Pelan-pelan dia menempelkan Cutton bud ke arah yang ditunjuk Aditya. Bagian Cutton bud yang berwarna putih terdapat warna merah. Pria itu menaruh Cutton bud ke dalam plastik kecil. Aditya segera menghubungi Tomi dan tim forensik. Sepertinya mereka sudah menemukan lokasi di mana Sugeng terbunuh.
***
Tak butuh waktu lama, Tomi bersama Jaya dan Roni sampai di lokasi yang diberikan Aditya. Petugas forensik segera bekerja menyusuri lokasi untuk mendapatkan bukti. Anjing pelacak juga dikerahkan untuk membantu mereka mendapatkan lebih banyak petunjuk. Aditya dan Tristan segera mendekati ayaan dan rekannya yang lain.
"Apa Nusa dan Ikhsan sudah berhasil menemukan petunjuk?" tanya Tristan pada Jaya.
"Sejauh ini belum."
"Bagaimana kalian sampai di sini?" tanya Tomi.
Dengan singkat Aditya menceritakan apa yang mereka lakukan sampai akhirnya mereka berhasil menemukan tempat ini. Tomi beruntung mendapatkan anggota tambahan seperti Aditya dan Tristan. Keduanya sangat ulet dan pantang menyerah.
Langit di atas sudah mulai menggelap ketika tim forensik selesai mengumpulkan bukti yang didapat di sini. Sebuah garis kuning sudah terpasang di sekeliling area. Tomi mengajak anggota timnya kembali ke kantor. Mereka hanya tinggal menunggu hasil pemeriksaan sample darah dari petugas forensik.
***
Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Seorang gadis nampak berjalan seorang diri. Dia berjalan menyusuri jalan gang menuju jalan besar di depan sana. Gadis itu baru saja mengunjungi salah satu temannya untuk mencari informasi pekerjaan. Langkahnya terhenti ketika merasa ada orang yang mengikutinya. Kepalanya menoleh ke belakang, namun dia tidak melihat siapa-siapa. Gadis itu mempercepat langkahnya. Sesekali dia menolehkan kepalanya ke belakang.
Perasaannya semakin tidak enak ketika melewati jalan gang yang semakin sepi dan gelap. Dia menyesal harus memilih jalan ini. Harusnya dia tadi memilih jalan lain. Walau memutar dan memakan waktu lebih lama, tapi jalanan di sana lebih ramai dan aman. Ingin kembali tapi tanggung karena sudah jauh dari jalan tersebut. Terpaksa gadis itu melanjutkan langkahnya.
Tiba-tiba saja sebuah tangan membekap mulutnya. Tubuhnya diseret menuju suatu tempat. Sebisa mungkin gadis itu memberontak, namun tenaganya masih kalah jauh dari orang yang menyeretnya. Gadis itu dibawa ke sebuah rumah kosong yang ada di ujung gang. Rumah tersebut sudah terbengkalai lama dan tidak ada orang yang lewat di depannya saat malam hari.
Tubuh gadis itu dihempas begitu saja ke lantai setelah berada di dalam rumah kosong tersebut. Keadaan sekitar sangat gelap, hanya ada cahaya bulan yang menembus melalui jendela kaca yang sudah pecah. Namun itu tidak cukup untuk sang gadis melihat siapa yang sudah membawanya ke sini. Gadis itu beringsut mundur ketika melihat benda berkilat di tangan orang itu. Dia tahu kalau itu adalah pisau.
"Aaaaaaaa!!"
Terdengar teriakannya ketika pria di depannya mengayunkan pisau ke arahnya.
***
Hadeuh.. Tambah pusing ya? Sama, aku juga pusing🤣
menyusahkan tapi ujungnya baiklah 😂😂
waaah sean emang kmu punya orderan ala aja😆😆😆😆😆