Follow My IG : @mae_jer23
Geyara, gadis kampung berusia dua puluh tahun yang bekerja sebagai pembantu di rumah keluarga Cullen. Salah satu keluarga terkaya di kota.
Pada suatu malam, ia harus rela keperawanannya di renggut oleh anak dari sang majikan.
"Tuan muda, jangan begini. Saya mohon, ahh ..."
"Kau sudah kupilih sebagai pelayan ranjangku, tidak boleh menolak." laki-laki itu terus menggerakkan jarinya sesuka hati di tempat yang dia inginkan.
Tiga bulan setelah hari itu Geyara hamil. Masalah makin besar ketika mama Darren mengetahui sang pembantu di hamili oleh sang anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gisel sakit hati
Gisel sakit hati sekali melihat Darren memperlakukan pembantu itu bak seorang putri. Kenapa bukan dia? Jelas-jelas dialah yang paling cocok berdampingan dengan pria itu. Kalau mereka bersama, mereka akan menjadi pasangan paling serasi dan diakui oleh semua orang.
Harusnya dia bersenang-senang di sini, di pulau ini. Tapi kehadiran wanita itu dan kedekatannya yang begitu intim dengan Darren membuat Gisel ingin cepat-cepat pulang saja. Lebih baik pulang dari pada makan hati sendiri melihat Darren bersama wanita itu kan?
"Nggak, aku tidak boleh mengaku kalah. Darren mungkin saja akan bosan pada wanita itu beberapa hari ke depan. Wanita itu hanya beruntung dia adalah wanita pertama yang ditiduri oleh Darren. Tapi dia tidak akan pernah menjadi pendamping hidup Darren. Aku yang lebih pas. Ya, aku akan menunggu sampai Darren bosan dengan wanita itu dan memilihku. Kau bisa Gisel, kau pasti bisa." wanita itu berucap pada dirinya sendiri sembari tersenyum.
Habis sarapan, orang-orang yang berada dalam kapal pesiar tersebut satu persatu mulai turun dari atas kapal. Kapal sudah sampai di sebuah pulau sejak jam empat pagi, di saat semua orang masih tidur.
Darren terus memegangi tangan Yara ketika menuruni kapal besar tersebut.
Begitu sampai di bawah, Yara menatap pulau yang begitu indah, dengan berbagai pondok dan tanaman yang mempercantik pulau ini. Ternyata di pulau ini ada cukup banyak penduduknya.
"Mau jalan ke sana?" tawar Darren menunjuk ke depan mereka. Yara mengangguk. Mereka pun melangkah masuk ke dalam pulau tersebut, rata-rata orang yang mengunjungi pulau ini ada yang asyik memotret diri mereka, ada yang bermain air, dan ada yang asyik memadu kasih dengan pasangan mereka. Yara tersenyum melihat orang-orang itu menikmati kebersamaan mereka.
"Kau bisa berenang?" Darren bertanya. Ia jadi ingin berenang melihat lautan biru yang indah di laut. Pulau ini sungguh indah. Lautnya bersih sekali. Laut di depan rumah Darren juga bersih dan indah. Hampir mirip di tempat ini, tapi karena mereka sedang berada di sini, tidak mungkin Darren pulang ke rumahnya yang berada dekat pulau itu dan berenang di sana kan? Sekarang dia sedang ingin berenang di tempat ini, bersama kekasihnya.
"Bisa tapi nggak jago. Kalau berenang di laut aku belum pernah coba.
"Mau coba sekarang bersamaku?" Yara mendongak ke Darren
"Tapi aku nggak ada baju renang."
"Aku sudah membelinya untukmu." pria itu menarik Yara ke pondokkan kosong dan mengambil sebuah ransel besar yang sudah di siapkan di sana. Di dalamnya terdapat pakaian renang perempuan dan celana renang miliknya. Juga terdapat dua handuk berwarna putih.
Yara heran. Kapan pria ini menyiapkan itu semua? Seingatnya mereka turun dari kapal tanpa membawa apa-apa. Namun rasa penasaran terbayarkan dengan munculnya seorang laki-laki yang sedikit lebih tua dari Darren. Nampaknya laki-laki itu adalah orang bawahan Darren yang sudah menyiapkan semua ini. Apalagi dia memanggil Darren tuan dan tak lupa membungkuk hormat.
"Mari saya antarkan ke homestay tuan. Anda dan kekasih anda bisa sekalian mengganti pakaian di sana." kata pria itu.
Darren sudah menyewa homestay kecil yang ada di pulau ini khusus untuk mereka berdua. Biar saja teman-temannya yang lain mencari tempat nginap sendiri. Dia lebih mempedulikan tempat menginapnya bersama Yara.
Darren tidak suka tinggal di homestay yang sama dengan teman-temannya karena ia tahu Yara tidak akan leluasa bersama mereka. Apalagi ada Gisel. Itulah alasannya kenapa dirinya memilih sewa homestay sendiri. Terutama bisa berduaan terus dengan Yara tanpa gangguan.
"Ini adalah kunci kamarku di kapal. Ambilkan barang-barang kami di sana. Bilang saja namaku pada petugas di sana dan mereka akan menunjukkan padaku letak kamarnya."
"Baik tuan." pria itu berbalik pergi setelah mengambil kunci kamar dari tangan Darren.
Darren kembali menatap Yara. Wanita itu tampak menikmati pemandangan pantai.
"Kau suka di sini?" Ia mendekat, memeluk pinggang Yara dari belakang. Yara awalnya sempat malu karena di depan sana ada teman-teman Darren yang melihat mereka. Tapi Darren tidak peduli, tiap kali Yara mendorong tangannya, pria itu makin menekannya dari belakang.
"Kita adalah pasangan, tidak ada yang salah dengan memelukmu begini. Aku tidak melakukan hal gila seperti menidurimu di depan umum, sweety." gumam Darren di telinga Yara. Yara sampai malu walau hanya dia yang bisa dengar apa yang pria itu sampaikan.
"Ren, kau tidak ingin berenang?" tanya Viko dari homestay sebelah. Jaraknya berdekatan
"Sebentar lagi."
"Ayo turun bersama saja."
"Kalian pergilah lebih dulu. Aku akan turun bersama kekasihku nanti." Viko tidak memaksa lagi. Darren sekarang ini memang keliatan sedang tergila-gila pada wanita yang dia bawa. Biarkan saja lelaki itu melakukan apa yang dia mau.
Untuk sekarang ini, walau Gisel cemburu berat melihat kedekatan Darren dan Yara, dia tetap bersikap tenang. Dia harus kelihatan seperti wanita kelas atas, berbeda dengan wanita murahan itu.
"Sudah siap turun ke air?" Darren bertanya pada Yara. Posisinya masih sama, memeluk wanita itu dari belakang.
"Ada pelampung gak?" tanya Yara polos, Darren tertawa.
"Kenapa, kau takut tenggelam? Tenang saja, selama ada aku kau akan selamat. Jadi menempel saja terus padaku. Ayo,"
Darren pun menarik tangan Yara masuk ke dalam. Setelah memakai pakaian renang, keduanya keluar berjalan ke laut. Para wanita yang mereka lewati menatap ke Darren penuh minat. Mereka bahkan tak malu-malu menatap ke celana renang Darren. Tepatnya tonjolan di selangkangan pria itu. Darren sangat menawan dan seksi, beruntung sekali yang menjadi pacarnya.
Darren dan Yara masuk ke air. Mereka memilih tempat yang lebih sepi di bagian utara. Darren pun melepaskan tangan Yara dan berenang ke tengah. Yara yang ditinggalkan hanya diam di tempat, tidak melakukan apapun. Dia takut kalau dirinya mengikuti tuan mudanya bisa-bisa dia tenggelam lagi.
"SWEETY, AYO JALAN KE SINI!" Darren berseru kencang dari atas tengah.
Yara ratu. Ia menggeleng. Pria itu berada cukup jauh dari dia. Yara tidak mau ke sana dan mengambil resiko.
"JANGAN TAKUT, ADA AKU!" seru Darren lagi.
Yara masih ragu-ragu, namun akhirnya setelah mengumpulkan seluruh keberaniannya Yara mulai berjalan ke tengah.
"Sedikit lagi," ia makin dekat dengan Darren.
Wajah Yara berubah saat tanpa sengaja ia menginjak sesuatu di dalam. Entah apa itu, yang pasti ia cepat-cepat mendekat ke Darren dan naik ke badan pria itu.
"Aku menginjak sesuatu yang aneh, seperti bergerak di kakiku." katanya dengan raut takut. Tangannya melingkari leher pria itu. Darren malah terkekeh.
"Mungkin itu bintang laut, tidak apa-apa." kata pria itu.