NovelToon NovelToon
Sugar Daddy Dokter Impoten

Sugar Daddy Dokter Impoten

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Romansa / Sugar daddy
Popularitas:3.7M
Nilai: 4.9
Nama Author: Clarissa icha

"Cuma karna I-Phone, kamu sampai rela jual diri.?" Kalimat julid itu keluar dari mulut Xander dengan tatapan mengejek.

Serra memutar malas bola matanya. "Dengar ya Dok, teman Serra banyak yang menyerahkan keperawanannya secara cuma-cuma ke pacar mereka, tanpa imbalan. Masih mending Serra, di tukar sampa I-Phone mahal.!" Serunya membela diri.

Tawa Xander tidak bisa di tahan. Dia benar-benar di buat tertawa oleh remaja berusia 17 tahun setelah bertahun-tahun mengubur tawanya untuk orang lain, kecuali orang terdekatnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31

Xander melirik Serra yang sedang asik memasukan cemilan kedalam mulut sambil menikmati pemandangan kebun dan pepohonan yang serba hijau dari balik jendela mobil. Xander rasanya ingin menepuk jidatnya sendiri melihat kelakuan Serra yang tidak ada takut-takutnya. Tadi setelah masuk ke jalan tol dan memasuki jalur puncak, Serra malah senyum-senyum tidak jelas. Begitu melihat mini market, Serra menyuruh Xander menepi. Gadis itu pergi ke mini market dan memborong banyak cemilan dan minuman seperti akan pergi piknik.

"Kita mau ke hotel atau ke villa Dok.?" Tanya Serra menatap Xander.

"Ke semak-semak. Kamu bagusnya dibuang di tengah-tengah kebun teh." Sahut Xander. Dia sebenarnya kehabisan kata-kata untuk menghadapi remaja seusia Serra yang sedang tinggi-tingginya merasa penasaran dengan se ks. Entah sudah berapa kali Serra menawarkan diri untuk di sentuh. Xander sebenarnya tidak tega, dia takut Serra menyesal suatu saat nanti karna sudah menyerahkan kesuciannya. Namun sebagai pria dewasa yang normal, Xander tidak akan tahan juga jika Serra selalu menyodorkan diri sampai berani telan jang di depannya.

Serra berdecak. "Dokter nggak seru.! Cewek cantik begini masa mau di buang, mana masih pera wan. Nanti kalau di ambil cowok lain baru tau rasa.!" Gerutu Serra dengan wajah cemberut.

Xander hanya menahan tawa dan menggeleng pelan. Dia tidak menanggapi lagi, memilih fokus menyetir menuju villa milik keluarganya.

"Wuaahh,, villanya bagus Dok. Ini punya Dokter.?" Tanya Serra saat mobil Xander baru memasuki halaman Villa yang lumayan luas itu. Tadi ada security yang berjaga di pos dan membukakan gerbang untuk mereka.

Xander mengangguk pelan. "Villa keluarga lebih tepatnya." Jawabnya.

Mobil mereka terparkir di ruangan khusus garasi, terpisah dari bangunan utama. Serra langsung dengan ekspresi antusias yang tinggi.

"Den Xander, ini kuncinya. Didalam baru selesai dibersihkan." Satpam tadi menyodorkan kunci villa itu pada Xander, matanya sempat melirik wanita di samping Xander yang terlihat masih remaja.

Merasa di perhatikan, Serra pura-pura bejalan lebih dulu dan melihat-lihat bunga di taman yang tak jauh dari garasi.

Xander merogoh dompetnya dan mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah, dia menyerahkan uang itu pada satpam setelah mengambil kunci.

"Anggap saja saya datang sendirian, jangan sampai keluarga saya tau. Dan Pak Ujang boleh pulang hari ini, saya nggak perlu penjagaan." Ujar Xander memberi tau dengan nada sedikit mengancam.

Laki-laki paruh baya itu tampak menggaruk tengkuknya sambil menatap uang yang dia lihat ada 5 lembar. Anak dari pemilik villa sedang menyuapnya. Dia tidak bisa menolak lagi kalau sudah berurusan dengan uang.

"Baik Den, kalau begitu saya pulang dulu. Kalau butuh apa-apa langsung telfon saya saja ya." Ujarnya kemudian pamit pergi dari sana.

Xander mengantar Pak Ujang sampai ke gerbang dan mengunci gerbang tinggi itu setelah Pak Uang pergi. Sekarang di villa sebesar ini hanya ada dia dan Serra saja.

Kini dua sejoli itu memasuki villa sambil membawa kantong plastik berisi makanan yang Serra beli di mini market.

"Ada kolam renangnya kan Dok.?" Serra bertanya sembari mengikuti Xander menuju dapur untuk menyimpan makanan disana.

"Kenapa.? Kamu mau renang sekarang.?" Tanya Xander.

Serra menggeleng. "Nanti malam saja Dok, katanya ber cinta di kolam renang enak, apalagi malam-malam." Ujarnya tanpa malu sedikitpun.

Xander menoleh seraya tersenyum remeh. Di banding dengan Serra, jelas Xander merasa lebih berpengalaman dan paling tau segala sesuatu yang berbau se k s. Segala macam gaya dan tempat ber cinta yang bisa memacu adrenalin sudah pernah Xander rasakan.

"Saya beri kamu waktu 1 jam untuk berfikir ulang. Jangan sampai nanti kamu menyesal." Tutur Xander yang ingin menyadarkan Serra agar tidak sembarangan mengambil keputusan. Masalahnya jika seorang wanita sudah pernah melakukannya, dia bisa di cap bekas, karna memang meninggalkan bekas. Sedangkan laki-laki tidak berbekas meski dia melakukannya berkali-kali.

"Sudah sampai disini, sayang kalau aku berubah pikiran. Memangnya Dokter nggak mau.?" Tanya Serra yang duduk di atas meja makan. Dia dengan sengaja mengedipkan matanya pada Xander dan membuka pahanya lebar-lebar.

Disuguhkan pemandangan seperti itu, jiwa kelelakian Xander bergejolak. Dia mendekat, meraih leher Serra untuk digenggam dengan satu tangannya. Posisi tangan Xander seperti sedang mencekik leher Serra, namun Serra malah menyukai hal itu karna semakin bergairah.

"Saya tanya sekali lagi, apa kamu yakin.?" Bisik Xander. Tubuh Serra meremang karna hembusan nafas Xander di telinganya. Serra tidak mampu menjawab selain dengan anggukan. Baru seperti ini saja, Serra merasa sudah dibuat melayang.

Xander yang melihat Serra mengangguk, seketika langsung meraih bibir Serra dan menciuminya dengan rakus. Serra tidak mau kalah, dia melakukan hal yang sama untuk membalas ciuman Xander.

Dua anak manusia yang sedang diselimuti gairah itu semakin tidak terkontrol. Kegiatan mereka semakin panas. Tubuh Serra bahkan sudah polos, bajunya berserakan di lantai dapur.

"Dok,," Serra menahan perut Xander yang hampir melakukan penyatuan. Mereka benar-benar sudah dikuasai naf su sampai hampir melakukannya di atas meja makan.

Xander menaikan sebelah alisnya meminta penjelasan. Wajah Dokter tampan itu sangat seksi di lihat dari bawah, apalagi memerah karna bergairah.

"Serra nggak mau disini, di ranjang saja biar nyaman." Pintanya.

Xander mengangguk paham, dia membantu Serra bangun dan menggendongnya seperti bayi koala. Dalam keadaan sama-sama polos, Xander membawa Serra ke kamar di lantai 2.

"Saya lupa belum pakai pengamanan." Ujar Xander setelah merebahkan Serra di ranjang. Serra menahan tangan Xander.

"Nggak usah pakai pengaman, ini bukan masa subur Serra. Keluar di dalam juga nggak masalah." Tuturnya.

Xander tampak berfikir sejak, dia akhirnya mengurungkan niat dan tidak jadi mengambil pengaman yang tertinggal di kantong belanjaan.

Serra sudah siap dengan posisinya, Xander kemudian naik ke ranjang dan memposisikan diri.

"Kalau sakit bilang." Bisik Xander. Serra mengangguk paham.

Dengan usaha yang tidak mudah, Xander berhasil melakukan penyatuan dan menjadi orang pertama untuk Serra. Gadis di bawahnya itu sempat berteriak dan menangis. Bagaimana tidak, ini pertama kalinya bagi Serra dan pusaka milik Xander tidak main-main.

Sempat berhenti lebih dari 15 menit, Serra sendiri yang meminta untuk diteruskan. Sekarang, gadis yang sedang berada di atas tubuh Xander justru terlihat sangat menikmati.

"Serra mau keluar lagi Dok." Ucapnya dengan suara bergetar.

Xander mencoba membantu Serra mendapatkan pelepasan untuk kedua kalinya. Dia ikut bergerak dari bawah, membuat Serra mengerang tidak karuan dan tumbang dalam hitungan detik.

...*****...

"Pelan-pelan makannya, kamu seperti belum makan satu minggu." Komentar Xander.

Serra menyengir kuda, mulutnya penuh dengan makanan dan dia mencoba menelannya lebih dulu.

"Serra cape banget Dok, jadinya kelaparan. Serra nggak nyangka Dokter bakal selama itu." Keluhnya.

"Kamu nyesel.?" Seloroh Xander.

Serra menggeleng cepat. "Tapi enak, Serra suka." Jawabnya dengan ekspresi polos.

Xander terkekeh kemudian mengacak gemas pucuk kepala Serra.

"Nanti malam boleh di kolam renang.?" Tanya Serra tidak sabar. Dia bahkan sudah membayangkan hal itu sejak tadi.

"Yakin masih punya tenaga.?" Tanya Xander memastikan.

"Asal Dokter mau pelan-pelan, jangan brutal seperti tadi." Jawabnya sambil tersenyum.

Xander menggeleng tak habis pikir. "Kamu sepertinya sangat senang jadi mantan pera wan."

Serra hanya menyengir kuda. Dia dalam hati justru berharap bisa hamil setelah ini.

1
Eka Bundanedinar
kamu tidak melakukan apa " tp tingkah lakumubmnunjukan kamu mnjauhinya zayn
Eka Bundanedinar
kasihan anna hrsnya kamu bisa tegas zayn jngan gantungin perasaan ank orang loh
yuning
😶
Syafa Yani
kereeen beb,semangat ya
🦋🦋Lore Cia🦋🦋
😭😭😭😭
🦋🦋Lore Cia🦋🦋
Luar biasa
🦋🦋Lore Cia🦋🦋
astaghfirullah, langsung ngakak aku🤣🤣🤣😭
🦋🦋Lore Cia🦋🦋
bisa jadi habis kena terapi dadakan malah sembuh 🤣🤣🤣
Firda Odhe Ysd
berharap Anna sma Aaron aj sih
Wild Rose 🌹🌹
bagus banget cerita ini, alurnya juga bagus gk bertele tele, bahasanya juga mudah di mengerti
Yunita aristya
luar biasa
erissa
sukses terus kak.ceritanya baguuuus
anita
smngat thor..lnjut kryamu bkin pnasaran
Ridho Saputra
Luar biasa
enur .⚘🍀
aq syuka cerita ny,, keren abis 🤗🥰
enur .⚘🍀
Zayn benar2 pohlos ,, apa dia tidak melihat kecemburuan Anna ?? 🤭
Novita Lilis
keren.. suka sama ceritanya 👍🏻
Rochma Wati
Luar biasa
Hasni Cimungut
mau bintang 5 tpi cerita cepat banget habisnya 😌
🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳🏡 ⃝⃯᷵Ꭲᶬ☠ᵏᵋᶜᶟɳҽ♋Ꮶ͢ᮉ᳟
menarik sih walaupun cara awal yg dilakukan slah tapi berakhir bahagia
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!