Dibiarkan, tidak dihiraukan, dimakzulkan. Hal itulah yang terjadi dalam kehidupan Keira yang seharusnya Ratu di kerajaan Galespire.
Dan setelah menjalani setengah hidupnya di penjara bawah tanah. Keira akhirnya menghadapi maut di depan matanya. Tubuh dan pikirannya tak sanggup lagi menanggung kesedihan. Membuat tubuh renta dan lemahnya menyerah.
Sebelum menghembuskan napas terakhir, Keira berjanji. Kalau bisa menjalani kehidupannya sekali lagi, dia tidak akan pernah mengabdikan diri untuk siapapun lagi. Apalagi untuk suaminya, Raja yang sama sekali tidak pernah mempedulikan dan menyentuhnya. Yang selalu menyiksanya dengan kesepian dan pengkhianatan. Dia akan menjadi Ratu yang menikmati hidup.
Setelah meninggal, Keira membuka mata. Ternyata dia kembali ke saat malam pernikahannya. Dia mengubah air mata yang menetes menjadi senyum. Dan mulai merencanakan kehidupan bahagianya. Menjadi seorang Ratu yang disukai banyak pria. Sehingga dia tidak akan pernah kesepian lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya pelayan bodoh wanita licik itu
"Mengambil makanan!" jawab Jane ketus. Sebenarnya dia malas menjawab pertanyaan siapapun. Karena sedari tadi, dia hanya bisa mendengar ejekan untuk Ratu yang dilayaninya sejak kecil.
"Sungguh kasihan. Karena Nona Mary berada di ruangan yang sama dengan Raja. Semua makanan diantar langsung ke ruangan. Aku tidak perlu pergi ke dapur hanya untuk mengambil makanan" kata pelayan bodoh berusaha menyombongkan diri di depan pelayan lain.
"Lalu kenapa kau masih disini?" tanya Jane membuat pelayan bodoh itu gugup.
"Nona Mary membutuhkan air hangat. Aku datang kesini untuk memerintahkan mereka menyediakan air hangat untuk Nona Mary. Karena Nona Mary dan Raja baru saja memanaskan ranjang" jawaban pelayan bodoh itu disambut riuh pujian pelayan lain. Seakan mereka mendengar sesuatu yang perlu dirayakan.
Bagi Jane itu adalah kabar buruk. Karena semakin cinta Raja pada wanita licik itu. Maka makin jauh Ratu dari Raja. Ingin sekali dia mengamuk tapi teringat kata-kata Ratu. Apa yang dia lakukan akan berakibat buruk untuk semua orang yang ada disekitarnya. Bahkan mungkin Ratu juga. Jadi Jane berusaha keras menahan amarahnya.
Dengan membawa nampan penuh makanan, Jane kembali ke ruangan. Amarah yang sejak tadi dirasakannya berubah menjadi kesedihan. Dia telah menemani Nona Keira sejak masih kecil. Mengetahui segala macam pelatihan yang dilakukan Nona Keira untuk menjadi Ratu. Tapi sekarang, diabaikan oleh Raja.
Bahkan dalam perjalanan keempat wilayah kali ini, Ratu hanya mendapatkan kereta kecil dan ruangan yang sempit. Sungguh menyedihkan. Jane menyeka air mata sebelum memanggil Ratu untuk makan lalu melihat sesuatu. Tangis itu berubah segera menjadi senyum.
Karena Jane melihat Ratu tengah tersipu di depan seorang pria.
"Ratu!" panggilnya.
"Jane, kau disini?"
"Ini saatnya Anda makan. Saya telah menyiapkan makanan untuk Anda di ruangan" katanya.
"Baiklah. Rupert, kau juga harus makan. Jangan kedinginan diluar sendiri" kata Ratu lalu kembali tersenyum. Dan pria itu, Tuan Rupert Wickham membalas dengan senyum yang hangat. Membuat Jane merasa sangat senang sekarang. Meski diabaikan Raja, Ratu bisa mendapatkan perhatian dari pria lain. Dan itu lebih baik daripada kesepian di istana.
"Ratu, Anda hebat" puji Jane lalu bergelayut di lengan Ratu.
"Apa yang terjadi padamu?" tanya Ratu bingung.
"Saya senang. Kedinginan tapi senang"
Berbeda dari Jane yang senang. Seorang penguasa kerajaan sedang marah pada dirinya sendiri. Karena tidak bisa melakukan apa yang harus dilakukan pada wanita yang dicintainya.
"Apa yang terjadi padaku?" tanya Raja pada dirinya sendiri.
Dia tidak memiliki keinginan sama sekali untuk bercinta dengan Mary. Bukankah mereka pernah melakukannya satu kali? Lalu apa susahnya melakukan untuk yang berikutnya? Apa yang salah dengan tubuhnya?
Mereka telah melakukan pemanasan yang cukup tapi miliknya tidak bereaksi sesuai keinginan William. Hanya diam dan lemah. Apa karena pengaruh suhu Rimegate?
Tidak. Dia tidak bisa menyalahkan suhu dingin untuk masalah ini. Sebagai seorang Raja, dia merasa kalau ini tidak benar. Keperkasaan kerajaannya akan hancur kalau hal ini tersebar.
William terpaksa menyudahi pemanasan tanpa akhir itu. Dengan alasan pertemuan dengan Lord tua pemimpin wilayah Rimegate. Untungnya Mary yang berhati baik itu tidak mengeluh. Dan membiarkannya pergi.
"Rimegate telah memberikan banyak keuntungan pada kerajaan. Kami adalah pagar alami untuk mempertahankan wilayah kerajaan. Untuk itu, kami memohon Raja memberikan potongan pajak yang harus diberikan Rimegate pada Raja" kata Lord tua itu.
Potongan pajak. Sebenarnya William bukanlah Raja yang kejam. Dia akan menyetujui usul Lord tua itu jika rakyat Rimegate diperhatikan dengan benar oleh pemimpinnya. Tapi selama ini, rakyat Rimegate telah berusaha keras untuk bertahan hidup sendiri dan membayar pajak besar yang diwajibkan oleh Lord tua itu. Dari menjual es ke wilayah lain dan menjual benang wol. Yang seharusnya sangat dibutuhkan mereka.
"Kudengar, kau baru saja menikah lagi" kata William membuat Lord tua itu gugup.
"Saya ... Darimana Raja tahu tentang hal ini?"
"Saat pernikahanku, kau datang dengan istri barumu. Yang memamerkan semua perhiasannya. Kau pikir aku tidak tahu darimana asalnya?"
"Raja, ampuni saya. Saya hanya ... "
Tanpa banyak bicara, Malone maju dan menghunuskan pedang tepat di leher Lord tua itu. Melakukan sesuatu yang memang akan dilakukan oleh William.
"Kembalikan uang rakyatmu! Atau aku tidak akan segan membunuh seluruh keluarga dan keturunanmu!! Termasuk keluarga istri barumu yang berusaha keras untuk mendengar hasil percakapan kita di ruangan sebelah!" ancamnya.
Tak lama ada cairan kuning busuk mengalir dari kaki Lord tua itu. Malone mundur tanpa kehilangan sudut menyerang yang bagus. Sungguh memalukan, Lord tua itu ketakutan sampai kencing di celananya.
"Maafkan saya, Raja"
"Dan ingatlah satu hal. Satu-satunya alasan Rimegate menjadi pagar alami istana, adalah karena pasukanku berjaga di perbatasan Rimegate. Jangan pernah sekalipun merebut pengorbanan pasukanku demi keuntungan pribadimu!!" teriak William memberikan tekanan keras pada Lord tua.
"Maafkan saya, Raja" ucap Lord tua itu lalu diseret pergi oleh prajurit istana keluar.
Sebelum William meninggalkan ruangan pertemuan, dia memerintahkan Malone untuk mengikuti Lord tua itu juga semua keluarganya. Dan bersiap untuk menghabisi mereka semua tanpa sisa jika merencanakan pemberontakan selagi rombongan kerajaan ada di Rimegate.
"Baik, Raja"
William ingin berjalan kembali ke ruangannya. Tapi, menyadari Mary akan tetap berada disana. Membuatnya berbalik arah. Dan mengambil jalan memutar yang lebih jauh. Tidak dia kira akan bertemu wanita lain.
"Selamat malam Raja" sapa Ratu dan pelayannya.
William acuh, tidak ingin menjawab sapaan wanita yang dia curigai merencanakan sesuatu dengan mendekati Jenderal kepercayaannya itu. Dan wanita itu tidak bicara lagi, ingin berjalan melewatinya begitu saja.
"Aku tidak melihatmu seharian ini" katanya menghentikan langkah Ratu. Wanita itu berbalik menghadapnya dan tetap menjaga pandangannya ke bawah.
"Saya ada disini Raja. Hanya saja keberadaan saya tidak terlalu terlihat"
"Apa kau menyalahkan aku merugikan posisimu sebagai Ratu?!"
"Tidak Raja. Saya tidak berani. Apapun yang Anda lakukan, adalah yang terbaik bagi Galespire"
Wanita itu memujinya. Tapi kenapa William merasa sedang dihina?
"Kau cemburu karena Mary tidur di ruangan ku? Sedangkan ruangan mu berada entah dimana?"
William mencoba untuk membuat wanita itu emosi. Tapi, Ratu sangat pandai mengendalikan perasaannya. Selalu bicara dalam nada datar yang tenang. Menampakkan keanggunan seorang Ratu yang dibenci William.
"Tentu tidak Raja. Semakin dekat Anda dengan Nona Mary, maka itu adalah anugerah bagi kerajaan Galespire."
"Apa maksudmu?"
"Saya tidak sabar menantikan kabar baik dari Raja dan Nona Mary"
Apa? Ratu menantikan kabar baik darinya dan Mary? Wanita itu tidak cemburu pada Mary sama sekali? Tidakkah seharusnya wanita itu menuntut William untuk tidak memperlakukannya dengan berbeda?
Tapi tampaknya wanita itu memang tidak peduli pada William. Apakah itu hal baik atau buruk baginya? William tidak tahu.