Anggita Dewi Asmara setelah kehilangan kedua orang tuanya ,kini Anggita tinggal memiliki seorang adik bernama Anjas Dwi Bagaswara adik laki laki satu satunya yang ada di dunia ini .
Namun , satu tahun yang lalu , Anjas divonis menderita jantung koroner hingga di haruskan menjalani perawatan intensif yang membutuhkan biaya ratusan juta setiap bulannya . dan Anggita tidak memiliki uang sebanyak itu , setelah keluarganya hancur dan menjadikan dirinya dan adiknya harus menjalani kehidupan yang sangat sederhana .
dan suatu hari datang seorang pria datang mengulurkan tangan padanya . dia bernama Maxsim putra Samudra , seorang presdir BIRTH AND MEETING GROUP . Yang memang sedang membutuhkan seorang istri kontrak untuk menghindari perjodohan .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumiati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31 menjenguk Anjas
" Aku akan keluar dalam beberapa jam . apa Bi Indah butuh sesuatu nanti aku akan belikan saat pulang nanti ." ucap Anggita .
"Tidak perlu Nyonya ." Bi Indah segera menggelengkan kepalanya .
"Apa nyonya akan pulang untuk makan malam ."tambah Bi Indah .
Anggita diam beberapa saat tak lama kemudian dia mengankat bahunya ragu ." sepertinya tidak bibi Indah . Bibi tidak usah siapkan makan malam untuk ku . Mungkin aku akan makan malam di liar ."jawab Anggita .
Karena Maxsim tidak ada datang ke Vila minggu ini , dan dia juga punya keperluan sendiri maka dia tidak ingin repot repot Bi Indah untuk menyiapkan makan malam .
Bi Indah mengangguk paham dan berkata untuk yang terakhir kalinya ." Nyonya hati hati di jalan , biasa akhir pekan selalu ramai kendaraan ."
"Baik lah Bi , terimakasih ." jawab Anggita .
Anggita melihat jam di ponselnya , dia sadar kalau sudah terlambat waktu janjiannya dengan Boy . Anggita hanya berharap semoga di jalan dia tidak mengalami kemacetan yang terlalu panjang dan membuat perjalanannya semakin lama .
Tiga puluh menit kemudian Anggita tiba di taman tempat janji temunya dengan Boy . Dia memarkirkan mobilnya di belakang mobil hitam milik Boy .
"Maaf , Aku terlambat ." ucap Anggita sambil melangkah ke taman menghampiri Boy yang sudah duduk di kursi taman .
Pria beralis tebal itu mengangkat wajahnya yang tampak tak keberatan sama sekali ."Tidak apa , aku juga baru sampai ."
"Ayo kita berangkat sekarang ." Ajak Anggita .
Boy terdiam beberapa saat sebelum berdiri dari tempat duduknya .
"Ok , Ayo ."
***
"Nona Anggita , Anda datang ? Dia siapa .? ." sapa Dokter Abraham .
Anggita yang baru sampai di depan pintu ruang rawat Anjas , kebetulan Dokter Abraham baru keluar dari ruangan menganti infus Anjas serta mengecek keadaan Anjas .
Pria setengah baya itu memperhatikan keberadaan Boy dengan seksama , dan merasa penasaran dengan sosok Boy .
"Boy Candra , teman bermain Anggita dan Anjas ." Boy memperkenalkan dirinya sendiri lebih dulu sebelum Anggita menjelaskannya , Dan Anggita juga hanya mengangguk membenarkannya .
Dokter Abraham juga langsung mengerti ." Ya keadaan Tuan Anjas juga sudah semakin membaik . Jika hal ini terus berlanjut dalam beberapa bulan kedepan . Maka operasi segera bisa di lakukan ."
Berita yang di sampaikan oleh Dokter Abraham seperti hembusan angin di panas terik padang pasir . Perlahan Anggita mengembangkan senyumnya dan tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada Dokter Abraham .
"Terima kasih Dok , apa saya boleh masuk ke dalam ." tanya Anggita .
"Ya .., silahkan ."
Anggita tidak bisa terlalu lama menunggu di luar . Begitu mendapat persetujuan dia bergegas mendorong pintu masuk bersama Boy .
"Njas , kakak kembali datang menjengukmu . Apa kamu tidak berniat untuk membuka matamu , dan melihat siapa yang datang ." bisik Anggita sambil duduk di tepi ranjang Anjas sambil mengelus kepala Adiknya penuh kasih sayang .
Boy tidak bisa berkata apa apa semenjak memasuki ruangan . Matanya terus tertuju pada sosok pria kecil yang dulu dia kenal sebagai pria yang sangat menjaga sosok kakaknya . Kini terbaring lemah di ranjang rumah sakit . Dengan berbagai peralatan medis yang melekat di tubuhnya . Tampak sangat rapuh dan lemah sehingga dia tidak kuasa untuk terus menatapnya secara langsung .
"Anjasmara .." Boy berusaha membasahi bibir dan tenggorokan nya . Saat mengingat kembali kenangan di masa lalu bersama Anggita dan Anjas .
Anjas yang sangat ceria selalu membawa kehangatan dan keposesifan ,kini terbaring tak berdaya .
"Anggi , jika kamu membutuhkan sesuatu kamu bisa katakan padaku . Entah itu biaya perawatan atau yang lainnya . Aku akan memberikan nya ."
Anggita mendongak menatap wajah Boy lalu tersenyum ." Tidak usah . Uang untuk pengobatan dan keperluan Anjas lainnya , aku selalu membayarnya tiap bulan , tidak pernah telat atau kurang . Jadi kamu tidak perlu khawatir ." ucap Anggita .
Seketika Boy mengerutkan kedua alisnya , dia memiliki begitu banyak pertanyaan . Tapi kalimatnya tertahan di tenggorokan . Pada akhirnya sampai beberapa waktu lamanya dia hanya terdiam tanpa mengucapkan sepatah kata pun .
"Aku tinggal sebentar , apa tidak masalah .?
Anggita kembali mendongak kan wajahnya , kemudian mengangguk pelan .
Boy tersenyum sekilas sebelum pergi dari ruangan Anjas . Dia tidak mengatakan apapun pada Anggita . Tapi dia akan pergi mencari Dokter Abraham untuk menanyakan beberapa hal .Boy mendatangi pusat pelayanan lalu bertanya pada perawat tentang keberadaan Dokter Abraham .
"Maaf sus , boleh saya bertanya dimana sekarang Dokter Abraham berada .?
"Dokter Abraham sekarang masih berkeliling mengontrol para pasien . Jika tuan memiliki kepentingan . Bisa katakan terlebih dahulu pada kami . Nanti kami akan sampaikan pada Dokter Abraham bila sudah kembali nanti ."
"Tidak usah , saya akan menunggu Dokter Abraham saja ."Akhirnya Boy menunggu Dokter Abraham di sana selama kurang lebih dua puluh menit . Dia melihat pria paruh baya itu sedang berjalan menuruni tangga yang sengaja mendatanginya .
"Oh ternyata Anda . Apa ada sesuatu yang terjadi pada tuan Anjas .? Ya sebelum nya memang Dokter Abraham telah di hubungi oleh salah satu perawat . Jika ada orang yang mencarinya . Tidak di sangka ternyata pria yang datang bersama Anggita .
"Eh ..Begini Dokter .." Akhirnya Boy menjelaskan niat mencarinya . Boy bertanya detailnya tentang kondisi Anjas . Juga tentang biaya pengobatan nya . Karena Boy merasa kalau Anggita sedang membohonginya .
Tapi jawaban Dokter Abraham sungguh membuatnya terkejut dan tidak percaya .
"Biaya ruang rawat inap , infus , dan obat serta lain lainya sekitar 100 juta perbulannya . Sejauh ini Nona Anggita selalu membayar tepat waktu . Jadi tidak ada masalah dengan biaya rumah sakit selama satu tahun terakhir ."
Boy termenung di tempat dalam beberapa waktu lamanya . Boy telah menyelidiki jika Anggita hanya bekerja di sebuah perusahaan yang gajinya tidak seberapa besar . Bahkan jika dia punya posisi di sana ,gajinya juga tidak lebih dari 50 juta . Jadi darimana Anggita mendapat uang sebanyak itu ? Untuk biaya perawatan Anjas ." batin Boy .
Saat Boy masih sibuk dengan pikirannya . Dokter Abraham tiba tiba mendapat panggilan .
"Maaf Tuan . Jika sudah tidak ada lagi yang ingin Anda tanyakan , saya permisi dulu ." ucap Dokter Abraham .
"Ah maaf , Baiklah terimakasih atas waktunya ."
Boy kembali ke ruangan Anjas dengan pikiran yang berkecamuk . Tetapi perhatiannya teralihkan saat melihat Anggita yang tetap diam tak bergeming di tempat sambil mengenggam tangan Anjas .
Pemandangan ini seperti memukul kepala Anjas dengan keras ."Tidak seharusnya aku berpikiran macam macam . Ini hal yang baik jika kondisi Anjas terus membaik ."
Senyum di wajah tampannya tidak bisa dia sembunyikan . Dia merasa beruntung bisa di pertemukan kembali dengan Anggita dan juga Anjas . Mungkin ini adalah kesempatan kedua baginya untuk menjaga pasangan kakak beradik ini .
"Anggita aku tidak akan membiarkan kamu menderita . Aku tidak akan pergi lagi dan akan selalu ada di sisimu . Aku juga akan memperlakukan Anjas dengan baik . lagi pula aku juga sudah menganggapnya seperti adik ku sendiri ." saat mengatakan itu tanpa sadar Air mata Boy jatuh begitu saja ke lantai .