Yang bocil minggir dulu ya🙃
Sinopsis 👇
Mina tidak tahu ada apa dengan hubungan kakak dan kakak iparnya. Di luar mereka tampak baik tapi sebenarnya mereka menyembunyikan sesuatu.
Berawal dari penasaran, Mina memutuskan menyelidiki keduanya. Ternyata benar. Di apartemen tempat tinggal mereka, mereka bahkan tidur terpisah. Mina yang dasarnya mulut ember itu ingin melapor ke mamanya. Sayangnya sebelum berhasil, ia ketahuan oleh Foster, kakak iparnya.
Dan yang tidak pernah Mina duga, Foster malah memaksanya bermain api dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 31
Karena tangan nakal Foster yang mengobrak-abrik habis bagian intimnya, akibatnya cela na dalam Mina basah. Ia jadi tidak leluasa. Untung tidak tembus sampai ke jins yang dia pakai. Tapi tetap saja ia jadi tidak enak kumpul sama Dira dan Ester kalau begini. Tadi Dira bilang suasana hatinya kurang baik, jadi ia mengajak Mina dan Ester ketemuan. Mina tahu pasti karena Dira baru putus.
"Kamu nggak jadi ikut? Kenapa?" tanya Ester. Mereka sedang beres-beres mau pulang.
"Kakakku nggak ada temen makan, jadi aku janji makan sama dia. Bilang sama Dira lain kali aja aku gabung ya." jawab Mina memberi alasan. Apalagi dia juga sedang tidak mood gara-gara kakak iparnya.
"Heem ... Ya sudah kalau begitu. Taksi aku udah di depan, aku duluan ya." Lalu Ester meninggalkan Mina. Tinggal dia sendiri. Yang lain entah kemana. Entah sudah pulang atau lagi rapat. Yang pasti, pekerjaan Mina untuk hari ini sudah selesai. Dia bebas pulang sekarang.
"Mina, kebetulan sekali." Laya, asisten kak Foster sekaligus sahabat kakaknya muncul dari balik pintu.
"Kak Laya belum pulang?" tanya Mina. Ia perhatikan wanita yang beberapa tahun lebih tua darinya itu seperti sibuk. Mina merasa kasihan, ia sudah dengar kalau semua orang dikantor bilang bekerja dengan laki-laki semacam Foster tidak gampang.
Harus pintar, cekatan dan siap kapan pun juga. Kalau Mina yang jadi asisten pria itu pasti langsung akan mengundurkan diri. Ia tidak sanggup. Tapi kata kak Iren, gaji yang Foster kasih pada semua karyawannya sangat tinggi, apalagi yang bekerja sebagai asisten langsung pria itu seperti Laya. Jadi usaha keras wanita itu tidak sia-sia, karena hasil yang didapat memuaskan.
"Aku masih ada rapat. Mina, aku boleh minta tolong?"
Mina menatap Laya.
"Ada yang harus aku kerjakan sebelum rapat mulai. Bisakah kau mengantar ini ke ruang rapat di lantai empat? Kalau belum ada orang, letakan saja diatas meja." pinta Laya, menyodorkan beberapa susun map ditangannya ke Mina.
"Setelah mengantar ini, kau boleh pulang." katanya lagi. Mina mengangguk. Kalau wanita itu yang suruh sih, dia pasti melakukannya dengan sepenuh hati. Kak Laya sangat baik padanya.
Mina lalu pergi menuju lantai empat. Keruang rapat. Entah malam ini ada rapat apa, Mina tidak peduli. Toh dia juga hanya mahasiswi magang di sini. Selesai nanti ia pastikan tidak akan bekerja dikantor ini lagi. Bosnya terlalu berbahaya.
Ketika gadis itu membuka pintu, ia tersentak. Bagaimana tidak, Mina kaget melihat kakak iparnya sedang berciuman dengan seorang wanita. Baru pertama kali ini ia melihat wanita itu. Sangat cantik dan tinggi, bak model. Memang wanita itu yang jauh lebih agresif mencium Foster, sedang pria itu hanya diam saja tidak membalas. Tapi tetap saja mereka berciuman.
Mina memergoki mereka berciuman. Ini pertama kalinya. Dan entah kenapa hatinya terasa panas. Foster langsung mendorong kuat wanita itu begitu menyadari kedatangan Mina. Ekspresi kaget tergambar jelas diwajahnya. Seperti baru saja tertangkap basah berselingkuh dari kekasihnya.
"A ... Aku di suruh mengantar ini sama kak Laya." kata Mina meletakkan map yang tersusun ditangannya kemudian berlalu keluar, tanpa menatap Foster sedikitpun.
Foster masih terdiam seperti orang bodoh. Beberapa saat kemudian ia mendorong kasar wanita yang menciumnya tadi dan mengejar Mina secepat kilat.
"Mina, tunggu!" ia melihat Mina memasuki elevator, sayangnya terlambat ia kejar. Pria itu berlari menuruni tangga ke lantai bawah. Demi Tuhan, yang ada dipikirannya sekarang hanyalah menjelaskan semua kesalahpahaman ini ke Mina. Ia harus menjelaskan bahwa kejadian tadi tidak seperti yang gadis itu lihat. Wanita itu yang tiba-tiba menyosornya. Foster hendak menolak tapi belum sempat mendorong wanita itu, Mina malah muncul.
Ketika Foster sampai ke lantai bawah, ia tidak menemukan gadis yang dia kejar. Kemanapun matanya mencari, Mina sudah tidak terlihat lagi. Cepat sekali gadis itu menghilang.
"Ahh ..." Foster mengerang kesal lalu mengusap wajahnya kasar.
Bangsat!
Ia ingin sekali mengejar Mina sampai ke rumah, tapi tidak bisa. Malam ini ada rapat penting dengan beberapa pemegang saham. Wanita tadi adalah putri dari salah satu pemegang saham dikantornya. Tingkah lakunya memang begitu, wanita itu menganggap ciuman adalah hal yang sangat biasa. Bahkan dia bisa mencium siapa saja yang ingin dia cium. Seperti ketika ia tiba-tiba menyerang Foster tadi. Sialan! Foster benar-benar sial malam ini.
Pria itu kembali ke ruang rapat dengan wajah tak bersemangat. Pikirannya dipenuhi dengan Mina.
"Kenapa wajahmu kusut begitu? Takut gadis tadi salah paham?" wanita bernama Riri itu berbicara dengan santai. Foster mendelik tajam padanya.
"Sudah kuperingatkan berkali-kali jangan pernah menyentuhku bukan?" Foster berusaha keras mengontrol emosinya, namun perempuan itu malah tertawa.
"Ayolah Foster, itu hanya sebuah ciuman. Anggap saja permainan. Aku hanya penasaran bagaimana rasanya menciummu." Riri tidak takut sama sekali pada Foster. Ia sombong karena merasa papanya adalah salah satu pemegang saham terbesar dikantor ini. Ia pikir Foster pasti tidak berani macam-macam padanya. Wanita itu sama sekali tidak tahu kalau yang paling berkuasa dikantor ini adalah Foster. Bagaimana mau tahu coba kalau setiap hari kerjanya hanya berfoya-foya dengan banyak laki-laki.
"Bagaimana ciumanku, kau suka?"
Foster menatapnya tajam.
"Jangan menguji kesabaranku, kau tahu aku bisa menghancurkan hidupmu dalam sekejap bukan? Dan aku tidak main-main," suaranya amat rendah, amat dingin, dan amat serius. Ia tidak main-main. Wanita didepannya tentu saja bisa merasakan ancaman tidak main-main pria itu.
Riri tertegun. Namun tetap memperlihatkan kalau dia sama sekali tidak takut pada ancaman Foster.
"Aku hanya bercanda. Kau sangat tidak asyik, lebih baik aku pergi saja dari sini!" katanya. Wanita itu pun berdiri dan keluar dari ruangan itu. Meninggalkan Foster dengan tatapan dinginnya yang amat sangat menusuk.
Foster membuang nafas kasar. Ia sangat menyesali kejadian yang terjadi malam ini. Apa Mina cemburu? Kalau gadis itu cemburu, bukannya bagus? Artinya Mina mungkin sudah mulai ada rasa padanya. Foster kembali mengusap wajahnya kasar. Ia tidak tahu apa dia harus senang atau tidak. Yang pasti, Mina akan selalu menganggap dirinya tidak lebih dari seorang laki-laki brengsek yang tidak setia.
"Pak Foster," suara Laya menyadarkan lamunannya. Foster menatap wanita itu, berusaha profesional.
"Mana yang lain?"
"Mereka dalam perjalanan ke sini pak. Tapi tadi aku lihat putrinya pak Niko keluar dari ruangan ini. Aku pikir ia datang bersama pak Niko."
"Jangan bahas perempuan itu lagi. Aku muak dengannya." balas Foster langsung. Tentu saking kesalnya pada perempuan tidak tahu diri itu.
Laya mengangguk saja, meski dalam hati ia merasa bingung. Sudah biasa dengan suasana hati dari bosnya yang sering sekali berubah-ubah.