NovelToon NovelToon
Sang Pemilik Kekuatan Bulan Bintang

Sang Pemilik Kekuatan Bulan Bintang

Status: tamat
Genre:Tamat / Fantasi Wanita
Popularitas:987
Nilai: 5
Nama Author: Gibela26 Siyoon93

Tidak ada manusia yang bisa menebak takdirnya sendiri termasuk Gibela, seorang gadis biasa di takdirkan menjadi pelindung negeri luar yang disebut Dunia Magis. Gibela adalah orang terpilih pemilik anugrah kekuatan Bulan dan Bintang. Pimpinan Gedung Pod (Power of Destiny) dari Negeri Putih atau pemilik anugrah yang bernama Guru Hayeo menunjuknya jadi ketua grup 3F (Five Friend Fod) yang artinya lima sekawan Gedung Pod diantaranya yaitu Gibela, Yeni, Clara, Rayhan, dan Boy. Gibela memiliki keistimewaan dibandingkan pemilik anugrah lainnya, kekuatan yang luar biasa dan kecantikannya membuat banyak pria tertarik padanya termasuk Siyoon dan Raja Kegelapan. Tidak peduli berapa banyak kekuatan jahat yang datang Gibela selalu bisa menghancurkannya meski berkali-kali hampir kehilangan nyawa namun sejarah masa lalu Dunia Magis menyisakan racun dan menyebabkan kekuatannya menghilang. Apa Gibela bisa melawan kekuatan jahat tingkat tinggi itu ? Apakah Gibela bisa hidup dan bahagia bersama keluarg

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gibela26 Siyoon93, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Di Hari Konser

Konsernya akan dimulai dalam 3 jam lagi, Gibela dan teman-temannya sudah berada di lokasi sejak sore. Begitupun juga Rymi sebagian besar dari mereka datang lebih awal untuk menyaksikan gladi bersih. Awalnya Boy dan Rayhan tidak setuju ikut menonton konser tapi dengan berbagai bujukan Clara akhirnya mereka setuju ikut .

“Ray tolong yah !” Clara memberikan kamera miliknya.

“Okey,” jawabnya mengambil cameranya.

“Itulah kenapa mereka ngotot agar kita ikut supaya jadi suruhan,” ucap Boy pelan.

“Apa katamu ?” tanya Clara memasang muka kesal.

“Tiiiddaak ada,” jawabnya memalingkan muka.

“Huhhh awas ya kamu,” memperlihatkan kepalan tangannya pada Boy.

“Aku ke toilet dulu sebentar,” ucap Gibela menjeda perseteruan Clara dan Boy.

“Tunggu Gi ! aku ikut …” Yeni berlari menyusul Gibela.

“Jangan lama-lama, sebentar lagi gladinya dimulai !” teriak Clara.

“Hallo Rymi, gimana kabar kalian ?” sapa Gino dari belakang panggung maju ke tengah panggung.

“Kami baik, bagaimana denganmu ?” teriakan Rymi.

“Gino Ginooo Ginoooo ……” sorakan Rymi.

“Tentunya baik karena kalian selalu bersama kami,” jawab Nijie dari belakang Gino disusul Siyoon, Fohe, Jimie, Hae, dan Joong.

Sorakan Rymi semakin kencang melihat semua member BBS keluar, mereka mengenakan autfit sederhana dengan make up tipis. BBS menyanyikan 2 putaran lagu untuk mengecek soundnya, lagu yang mereka nyanyikan adalah lagu andalan mereka salah satunya berjudul ‘Love Youself’. Setelah kurang lebih 20 menit bernyanyi mereka ber7 langsung kembali ke belakang panggung untuk bersiap memulai konsernya.

“Bagaimana menurutmu ?” Rayhan memperlihatkan hasil gambarnya.

“Bagus,” jawab Clara mengacungkan jempol.

“Sebentar lagi dimulai, kemana mereka lama sekali.”

“Sebentar lagi juga datang, jangan khawatir tidak ada yang bisa menyentuhnya selagi itu Gibela,” sahut Rayhan.

Benar saja tidak lama setelah Rayhan berkatan Gibela dan Yeni datang.

“Sorry toiletnya penuh kami harus mengantri,” Gibela kembali ke posisinya.

“Ohh Okey tapi tidak ada masalah kan ?”

tanya Clara.

“Aman .”

Konsernyapun dimulai satu persatu member BBS bermunculan dipanggung dengan desain lampu yang menyorot mereka setelah suara musiknya terdengar mereka mulai bernyanyi dan tentunya di iringi tarian dance. Sebenarnya Gibela tidak suka keramaian, tapi demi Clara dia menutupinya.

“Kenapa Gi ?” tanya Rayhan melihat Gibela yang tiba-tiba duduk.

“Tidak apa-apa ko Ray,” suara Gibela terdengar melemah.

“Kamu yakin gak apa-apa ?”

“Hemnn,” Gibela mengangguk.

Posisi Gibela di ujung paling depan sebelah kiri panggung bersebelahan dengan Rayhan sedangkan disamping kanan Rayhan ada Clara, Yeni dan Boy. Sorakan Rymi sangat ramai dan kencang sehingga Clara, Yeni dan Boy tidak mendengar obrolan Gibela dan Rayhan.

“Sebentar !” Rayhan mengambil sesuatu dari tasnya. Ternyata Rayhan mengambil botol air minum lalu memberikannya pada Gibela.

“Terima kasih Ray.”

“Kamu terlihat pucat Gi, apa kamu sakit ?”

tanya Rayhan khawatir.

“Tidak ko, Aku sudah terbiasa.”

“Maksud kamu ?”

“Sebenarnya tubuhku akan gemetar dan kepalaku menjadi sakit kalau aku berada di tempat banyak orang apalagi dipenuh kebisingan seperti ini.”

“Kenapa kamu tidak memberitahu kami lebih awal, mungkin kita bisa….” Rayhan hendak menyelesaikan kalimatnya namun tida-tiba dia langsung terpikir kenapa Gibela melakukannya disaat melihat Clara yang girang sambil loncat-loncat.

“Gak mungkin kan aku mengahancurkannya begituh saja,” Gibela tersenyum.

“Ada apa Ray ?” tanya Yeni yang melihat Rayhan bengong menatap Clara.

“Tidak ada,” pura-pura melihat ke depan panggung.

Sorak sorak penonton terdengar sangat keras memeriahkan konsernya. Clara, Yeni, Boy, dan Rayhan sangat menikmati acaranya mereka sesekali mengikuti BBS bernyanyi bahkan Yeni dan Clara meloncat-loncat kegirangan saat salah satu member mendekati area depan panggung sedangkan Gibela mengalihkan rasa sakitnya dengan memainkan handphone dan memakai aerophone selama acara berlangsung.

Tanpa disadari salah satu member melihat Gibela lalu bergumam dalam hatinya “Aneh sekali gadis itu.”

“Haha menyenangkan sekali,” ucap Yeni seusai konsernya.

“Seru banget, tapi kita kurang beruntung karena tidak bisa berjabat tangan dengan mereka,” sahut Clara.

“Gi bagaimana perasaanmu sekarang ?” tanya Rayhan melihat Gibela yang sedang membereskan tasnya.

“Jauh lebih baik,” jawab Gibela lalu berdiri.

“Eh emangnya Gibela kenapa ?” tanya Clara bingung mendengarkan mereka.

“Astaghfirullah aku lupa kalau kamu kan gak suka keramaian seperti ini,” Yeni menepuk jidatnya sendiri.

“Yeeennnn kenapa kamu bisa lupa hal sebesar ini sih dan kamu Gi kenapa tidak memberitahu kami ? jika terjadi sesuatu bagaimana coba ?” Clara terus berbicara tanpa mendengar jawaban Gibela dan Yeni lebih dulu.

“Maaf …”

“Ayoo kita ke rumah sakit,” Clara menarik tangan Gibela.

“Gak usah Cla, cukup dengan istirahat juga sembuh.”

“Aku setuju dengan Clara, kamu tampak pucat Gi sebaiknya kita pergi sekarang.”

“Boy aku baik-baik saja.”

“Kamu yakin ?”

“Iya percayalah padaku okey,” jawab Gibela

yakin meyakinkan ke 4 temannya itu.

“Baiklah kalau begitu kita pulang saja supaya Gibela bisa cepat istirahat !” ajak Rayhan.

“Mau aku gendong ?” tanya Boy.

“Tidak perlu Gibela kuat ko,” Yeni menyingkirkan tangannya Boy lalu menarik Gibela agar berjalan bersama.

“Modus,” Clara mengatakannya tepat di telingannya Boy.

“Hey aku ini peduli bukannya modus,” teriak Boy.

“Sudahlah ayo pergi atau kamu mau menginap disini ?” ledek Rayhan.

“Nginap ?” melihat sekelilingnya yang sudah kosong dan gelap karena lampu-lampu yang menerangi tempat konser sudah di matikan.

“Kalian tunggu disini aku ngambil mobilnya dulu,” pinta Rayhan sesampainya di gerbang depan D’castiel.

“Kalian jangan keluyuran jaga Gibela !” Boy mengedipkan sebelah matanya.

“Iya iya kami tau udah pergi sana !” Clara mendorong pelan Boy.

“Busettt ….” sesampainya di tempat parkir Boy dan Rayhan terkejut melihat antrian mobil yang panjang.

“Haduh lama banget sih,” gerutu Boy di dalam mobil.

“Sisa 6 mobil lagi,” sahut Rayhan.

Tanpa berkomentar lagi Boy hanya duduk dengan ekspresi kesal.

“Berantakan sekali,” ada kaca yang tidak jauh dari tempat Gibela berdiri, saat melihat sekeliling tiba-tiba matanya terfokus melihat bayangan dirinya dimana kerudung yang dikenakannya menjadi tidak rapih akibat menggunakan aerophone tadi saat konser.

“Susah yah ? kerudungnya harus dibuka dulu Gi, kalau gak rambutnya pasti keluar terus,” saran Yeni yang melihat Gibela terus merapihkan kerudungnya.

“Kalau dibuka disini terlalu terbuka sebaiknya cari toilet !” sela Clara.

“Tapi toiletnya ada disana,” menunjuk toilet yang tadi dipakainya dan Gibela.

“Jauh juga.”

“Kalian tunggu di sini aja ! aku pergi sendiri,” pinta Gibela sambil berjalan.

“Ehh tapi …”

“Jangan khawatir,“ Gibela menoleh kebelakang.

“Baiklah, jika ada apa-apa langsung telpon aku yah !” teriak Clara.

Sambil terus berjalan Gibela mengangkat tangannya membentuk ok sebagai tanda dia setuju.

Di Toilet Umum D’Castiel

“Rasanya kepalaku mau pecah,” ucapnya sembari memegang kepala lalu melepas jilbabnya di depan cermin untungnya di toilet tidak ada siapa-siapa selain dia.

Sebelum mengenakan jilbabnya kembali Gibela menyipratkan air ke dahinya lalu menepuk-nepuk beberapa kali untuk mengurangi rasa nyeri di kepalanya.

“Tahan aku harus kuat,” mengatur napasnya. Setelah selesai dan merasa sedikit lebih baik Gibela langsung kembali ke tempat awalnya bersama Yeni dan Clara.

Diperjalanan Gibela melihat 3 orang pria menganggu seorang gadis yang sendirian.

“Heyy cantik mau kemana ? ko sendirian ?” tanya salah satu pria bertubuh kekar.

“Mau kami temani tidak?” sambung pria botak mendekati gadis itu.

“Tidak perlu terima kasih, tolong permisi saya mau lewat !!” jawab gadis itu sopan walaupun dengan sedikit ketakutan sembari memeluk tas miliknya yang berwarna coklat.

“Dasar brandalan yang gak bermodal,” ucap Gibela dari kejauhan.

“Ayo kami antar yah !” ucap pria tinggi berkulit hitam memaksa gadis itu memegang tangannya.

“Tolong permisi !!!” pinta gadis itu melepaskan tangannya dari pria kulit hitam.

Gibelapun pergi menolong gadis itu, tapi dia tidak bisa menolongnya dengan identitasnya sekarang. Jadi dia mencari sesuatu untuk menutupi sebagian wajahnya, tiba-tiba ada seorang pria yang keluar dari toilet pria dan di tangan pria itu mengenakan bandana berwana hitam tanpa berpikir panjang Gibela mengambilnya.

“Ehh …” pria itu terkejut karena tiba-tiba ada yang mengambil bandana miliknya begitu saja.

“Keadaan darurat nanti aku kembalikan,” ucap Gibela berbalik sambil berjalan memasang bandana untuk menutupi sebagian wajahnya.

“Dia seperti ….” pria itu berdiri terpaku saat melihat wajah wanita yang mengambil bandananya itu.

Pria itu adalah Siyoon, rombongan member BBS dan beberapa staf hendak kembali ke villa namun ketika menaiki mobil tiba-tiba Siyoon ingin buang air kecil. Sebelum mobilnya berjalan Siyoon turun untuk mencari toilet terdekat, Siyoon pergi ke toilet tanpa didampingi staf ataupun bodyguard.

“Mau apa dia ?”

Disisi lain Boy dan Rayhan membawa mobilnya tepat di depan Yeni dan Clara yang sedang berdiri.

“Eh ko Cuma mereka berdua, Gibela kemana ?”

“Kamu yakin Gibela gak ada ?” Rayhan berbalik bertanya sambil melepas sabuk pengaman tanpa melihat keluar mobil.

“Tuh kan bener gak ada,” turun dari mobil.

“Beneran gak ada, Gibela pergi kemana ?”

“Dia pergi ketoilet.”

“Gibela pergi dari tadi sampai sekarang masih belum kembali juga,” sela Yeni.

“Apa berarti udah lama dongs, ayoo kita susul dia !” ajak Boy.

Mereka berempatpun menyusul Gibela tapi sesampai di toilet mereka tidak melihat siapapun untuk sesaat mereka mencari Gibela di area toilet.

“Berani ko sama gadis kecil sih,” Gibela datang menghampiri ketiga pria itu.

“Nambah mangsa …” seringai pria berbadan kekar.

Gadis itupun berlari mendekati Gibela untuk bersembunyi di belakang Gibela.

“Hati-hati kak,” ucap gadis itu merangkul erat tangan Gibela.

“Tidak apa-apa, kamu diam saja di sini okey,” Gibela berbalik menggenggam kedua tangan gadis itu sambil tersenyum.

“Mau jadi pahlawan ternyata,” nada sombong pria bodak.

“Sebaiknya kamu juga ikut wanita cantik dari pada nanti terluka,” pria berkulit hitam mendekati Gibela hendak menyentuhnya.

“Ah merepotkan sekali sih, tapi tidak mungkin aku membiarkan wanita melawan berandalan itu sendirian,” Siyoon berlari kecil untuk membantu Gibela namun sebelum sampai dia terkejut.

“Aaawwwww ….” Gibela memelintir tangan pria itu yang hampir menyentuhnya.

Siyoon terpaku berdiri di tempat ketika melihatnya.

“Wanita sialan, lepaskan dia !” teriak kedua teman pria itu.

“Kalau tidak ?“ Gibela tersenyum menakutkan, walaupun wajahnya di tutupi nampak sangat jelas dari sorot matanya.

“Kurang ajar…” jawabnya melayangkan pukulan.

“Upps meleset …” Gibela berhasil menghadangnya setelah itu membanting badannya sekaligus, pria itu merintih kesakitan.

Pria botak menyerang balik Gibela dengan kecepatan gerakannya Gibela berhasil menghindar.

“Cuma segituh ?” Gibela meniup kepalan tangannya.

“Keren ..” mata gadis kecil itu berbinar seakan bola matanya berubah menjadi bintang melihat Gibela sambil tersenyum kagum.

“Kurang ajar !!!” pria bodak meludah kasar ke tanah.

“Serangggggg …!!!” teriak pria bodak mengintruksikan kedua temannya untuk menyerang Gibela secara bersamaan.

Mereka memang seorang pria yang kuat tapi ditangan Gibela bukanlah apa-apa, hanya dengan beberapa pukulan saja sudah KO.

“Wah kakak hebat.”

“Luar biasa,” Siyoon tersenyum dari kejauhan dan ternyata disampingnya sudah ada Yeni, Clara, Boy dan Rayhan yang ikut menyaksikan semenjak Gibela melawan pria botak tadi.

Mereka berempat langsung datang ke sumber suara ketika mendengar suara badan pria berotot kekar yang di jatuhkan Gibela ke tanah.

“Pantas saja lama.”

“Dia masih saja hebat meski sedang sakit kepala,” Rayhan menggelengkan kepala.

“Dia akan sangat berbahaya ketika sakit kepala,” sambung Yeni.

“Emang gak ada tandingannya dia itu,” Boy tepuk tangan. Yeni, Clara, Boy dan Rayhan mendekati Gibela yang sedang mengobrol dengan gadis kecil itu.

“Lain kali jangan pergi sendirian yah apalagi di malam hari sangat berbahaya,” Gibela mengusap kepala gadis itu.

“Baik, terima kasih Kak,” terlihat senyuman manis gadis itu.

“Kalian disini ?”

“Kalau gak, mungkin kami akan ketinggalan melihat aksimu itu,” jawab Clara melirik ke 3 pria yang sudah babak belur.

Pria berotot berada di atas tumpukan sampah sedangkan pria botak dan pria berkulit hitam tergeletak cukup jauh dari tempat sekarang mereka berdiri.

“Hehe sorry …...”

“Gi Gi kamu ini selalu saja.”

“Oh ini aku kembalikan terima kasih, “ Gibela memberikan bandananya.

“Hey apa kamu baik-baik saja ?” menyadarkan Siyoon yang terus melihat Gibela setelah melepaskan bandananya.

“Ah iya aku baik-baik saja, bagaimana denganmu ? dari apa yang terlihat sepertinya …”

“Ini bukanlah masalah besar bagiku,” Siyoonpun membalasnya dengan anggukan.

“Gadis kecil dimana kamu tinggal ?”

“Kota Subang.”

“Mau kami antar pulang ?”

“Tidak perlu kak, itu Ayahku datang menjemput,” menunjuk mobil berwarna abu.

“Oh baiklah, pergilah jangan sampai membuat Ayahmu menunggu lama.”

“Baik …” hendak pergi.

“Kak kak nama kakak siapa ?” berbalik mendatangi Gibela.

“Namaku Gibela.”

“Namaku Mini Kak Gibela, terima kasih sudah menyelamatkanku,” membungkuk untuk mengucapkan terima kasih.

“Tidak masalah, sampai jumpa lagi ..”

mengusap kepalanya.

“Hemn sampai jumpa,” melambaikan tangan sambil berlari mendekati Ayahnya yang berdiri di sisi mobil.

Dari kejauhan Mini terlihat bercerita kejadian barusan karena Ayahnya menoleh sambil mengangguk dan menyatukan kedua tangannya.

“Kita juga harus segera pulang,” Clara menoleh Gibela.

“Bentar mereka gimana ?”

“Serahkan mereka padaku,” jawab Siyoon mengeluarkan ponselnya dari saku celana untuk menelpon seseorang.

“Ehh Gi siapa dia ?” tanya Yeni menyenggolnya.

Mereka tidak mengenali orang didepannya itu adalah Siyoon member BBS karena dia menggunakan masker dan kacamata hitam.

“Gak tau tadi aku meminjam bandana miliknya untuk menutupi sebagian wajahku.”

“Kalian pulang saja, mereka akan ku urus nanti,” selesai menelpon.

“Kamu yakin tidak apa-apa ?” tanya Boy.

“Tentu.”

“Baiklah,” ucap Boy melangkah pergi di susul Rayhan.

“Ayo Gi !” ajak Yeni menarik tangannya.

Setelah mereka berlima pergi cukup jauh datang beberapa orang pria menghampiri Siyoon, Gibelapun dapat mendengar percakapan orang-orang kecuali suara pria pemilik bandana hitam yang dipinjamnya.

“Aneh kenapa suara pria itu tidak bisa aku dengar yah,” Gibela menoleh ke belakang.

“Ada yang tertinggal ?”

“Gak ada.”

Setibanya di tempat mereka memarkirkan mobil, terlihat dari tempat mereka ada segerombolan orang yang mengenakan pakaian berwarna navy dengan logo identitas perusahaannya.

“Sepertinya mereka itu tim penyelanggara acaranya.”

“Sepertinya begitu,” Gibela mengencangkan sabuk pengamannya.

“Ada apa ?” tiba-tiba mobilnya yang di kendarai mereka berhenti.

“Entahlah,” melepaskan sabuk pengamannya lalu keluar untuk mengecek, Gibelapun ikut turun.

“Bagaimana ini bisa sampai disini ?” ban mereka terkena beberapa paku.

“Ray, kemari lihat ini !”

“Iya Gi, astaga ko bisa sih ?” ada penyokan di mobil bagian belakang seperti terkena benda keras.

“Kenapa sih ?” Clarapun ikut turun untuk melihatnya.

“OMG mobil gue ehhh mobilku …” Clara terkejut melihat penyokan yang besar dan parah.

Sebelum bertemu dengan Gibela mereka selalu menggunakan bahasa gaul dan kasar tapi semenjak bersama Gibela semua sikap dan perilaku mereka berubah derastis sampai-sampai orang di sekitanyapun terheran-heran melihat perubahan mereka secara tiba-tiba, terkadang mereka lupa malah mengatakannya.

“Siapa yang melakukannya ? Dia harus bertanggung jawab,” Clara nampak sangat marah.

“Sepertinya tidak sengaja tapi orang itu takut untuk mengatakannya.”

“Lihatlah Gi mobilku jadi seperti ini …”

“Disini ada CCTV bukan ?”

“Benar ayo kita cek !” ajak Yeni.

Sesampainya di ruang CCTV Rayhan langsung berbicara pada petugasnya menjelaskan kejadian yang menimpa mereka. Petugasnyapun memperlihatkan rekaman CCTVnya pada mereka.

“Astaga mobilku ditimpa barang segede gituh,” menunjuk layar yang memperlihatkan seorang pria sedang mengangkut barang berat menggunakan alat pengangkut tapi karena kecerobohannya barangnya terjatuh tepat mengenai bagian belakang mobil milik Clara.

“Pak kenal dengan orangnya ?”

“Dilihat dari seragam yang dikenakannya sepertinya dia kru pengada konser BBS.”

“Seragamnya sama persis dengan orang-orang yang berkumpul tadi,” sela Gibela.

“Udah tau salah bukannya bertanggung jawab malah kabur.”

“Rey ikut denganku !”

“Okey.”

“Kalian bertiga kembalilah ke mobil oh iya tolong copi rekamannya !” pinta Gibela.

“Siap Gi.”

“Apa dia teman kalian ?” tanya petugas CCTV.

“Iya kenapa gituh Pak ?” Yeni heran dengan pertanyaan petugas itu, jelas sekali Gibela datang bersama mereka tentunya dia bukan orang lain.

“Meski seorang wanita dia nampak tegas dan berkarisma seperti seorang pemimpin,” jawab petugas itu sembari memindahkan rekamannya ke ponsel milik Boy.

Mereka bertigapun tersenyum mendengar jawaban petugas itu.

“Selesai ..” tambahnya.

“Terima kasih banyak Pak sudah membantu kami.”

“Tidak masalah, jaga diri kalian baik-baik.”

“Jika saja aku masih muda tidak akan aku lepaskan gadis itu,” berbicara sendirian di dalam ruangan rekaman CCTV.

Gibela dan Rayhan pergi mendatangi penanggung jawab acara pengadaan konser BBS, setelah mencari dan bertanya akhirnya mereka menemukannya di area panggung. Penanggung jawab acaranya bernama Joko, berusia sekitar 50 tahun ke atas. Setelah Gibela bertanya ke kru disana akhirnya mereka di ijinkan untuk bertemu.

“Selamat malam Pak, mohon maaf saya mengganggu waktunya. Nama saya Gibela dan ini teman saya Rayhan, tujuan kami ke sini mau meminta pertanggung jawaban atas tindakan kurang baik dari salah satu kru Bapak sehingga merusak kendaraan teman saya yang terparkir di dekat gerbang. Kru Bapak ini memindahkan barang dengan tidak hati-hati sehingga mengjatuhkannya tepat di bagian belakang mobil sehingga mengalami kerusakan yang sangat parah bukannya bertanggung jawab dia malah melarikan diri.”

“Selain itu dia menjatuhkan ¼ kg paku tepat di ban depan dan membuat ban mobilnya kempes,” sambung Rayhan.

“Karena kami tidak ingin gegabah untuk memastikan siapa orangnya kamu melihat rekaman CCTV yang ada di depan gerbang,” tambah Rayhan memperlihatkan rekaman CCTV di layar ponselnya.

“Saya benar-benar minta maaf atas tindakan tidak baiknya salah satu kariawan saya sehingga membuat kerugian untuk kalian, saya pastikan dia akan mendapatkan sanksi dan hukuman sesuai peraturan yang ada.”

“Baik, terima kasih atas pengertiannya Pak.”

“Girrr, panggil Maman kesini sekarang,” teriaknya.

Mereka mengobrol di tempat istirahat BBS saat konser tadi berlangsung.

“Kalian tinggal dimana ?”

“Di Vila Mawar Pak,” jawab Rayhan.

“Ohh Villa yang dibawah itu yah.”

“Betul.”

“Sepertinya kalian datang dari jauh,” di sela obrolan mereka Maman pelaku utama yang merusak mobil Clara datang ke ruangan.

“Permisi, Bapak manggil saya ?”

“Kemari Man,” Pak Joko menjelaskan semua yang terjadi akibat ulahnya.

“Maaf sungguh maaf ….” berlutut.

“Ehh gak Pak jangan lakukan itu, kami tidak berniat membuat Bapak berlutut seperti ini tapi kami ingin mengingatkan Bapak untuk bertanggung jawab akibat tindakan Bapak sendiri,” Gibela membantunya berdiri.

“Tidak baik Pak melarikan diri dari masalah bukannya selesai yang ada menambah masalahnya,” sambung Rayhan.

Ponsel Gibela berdering, dia mengisyaratkan akan mengangkat telponnya diluar ruangan sambil berjalan ke pintu. Disaat Gibela berbicara di telpon Siyoon datang masuk ke dalam ruangan mereka saling berpapasan tapi Gibela tidak menyadarinya.

“Pak Jo ada apa ?” setibanya Siyoon di ruang istirahat melihat ada 2 orang dan sebelum masuk 1 orang keluar ruangan.

“Ada barang yang tertinggal yah ?” tidak menjawab pertanyaan Siyoon Pak Joko malah bertanya balik.

“Iya,” mengambil buku catatan miliknya berwarna ungu soft.

“Jadi … ?” berharap rasa penasarannya terjawab.

“Begini nak Yoon …” menjelaskannya.

“Rayy, sebaiknya kita cepat kembali !” pinta Gibela sambil melihat layar ponsel.

“Jangan terburu-buru,” saat Gibela mengangkat wajahnya dia terkejut melihat sosok pria yang tadi di toilet.

“Kamu ko ada disini ?”

“Ruangan ini adalah tempat istirahat Boy Band Grupku.”

“Hahh ??”

“Perkenalkan namaku Siyoon member BBS,” mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan lalu melepaskan masker.

“Gawat apa dia mengenaliku ?” gumamnya.

“Astaga pria yang tadi itu ternyata dia,” suara hati Rayhan.

“Dan namamu ?”

“Oh Iya namaku Gibela,” menjabat tangannya kembali.

“Rayhan …” ucap Rayhan menjabat tangannya.

“Aku sudah mendengar permasalahannya, sungguh maaf telah membuat masalah.”

“Tidak apa-apa kami tidak berniat membuat keributan hanya ingin pelakunya bertanggung jawab atas tindakannya. Kalau begitu kami pamit pulang ….”

“Tunggu kenapa terburu-buru ?”

“Sudah malam kalau kami tidak pergi sekarang tidak akan ada taksi lagi,” jawab Gibela hendak pergi.

“Ini murni kesalahan tim kami, tolong biarkan kami bertanggung jawab penuh.”

“Benar yang dikatakan Siyoon, ijinkan kami memperbaiki dan mempertanggung jawabkannya,” sambung Pak Joko.

“Baiklah.”

“Bisa berikan nomormu agar aku mudah menghubungimu jika mobilnya sudah selesai diperbaiki !” pinta Siyoon mengulurkan tangannya.

Tanpa menjawab atau menolak Gibela langsung memberikan ponselnya.

“Mari !!” ajak Siyoon berjalan lebih dulu setelah memberikan ponselnya Gibela.

“Huhh untungnya dia tidak mengenaliku,” gumamnya bernapas lega.

1
siti Hasanah
berarti ada sesi 2 donk.... semoga.. sehat selalu thor.. d tunggu seson 2 nya jarang" ada cerita yg seperti ini.../Smile//Smile//Slight/
Chimer02609: Terima kasih, jadi makin semangat /Kiss/
total 1 replies
siti Hasanah
berasa nonton filem layar lebar
siti Hasanah
berasa d negeri dongeng /Bye-Bye//Bye-Bye//Angry/
siti Hasanah
kyak nya si reyhan suka tu
siti Hasanah
waaah.. suka sekali
siti Hasanah
seru kyaknya
Cevineine
Lanjuttt😁
Chimer02609: siap Kak 🤗
total 1 replies
Shreya Das
Dari semua karya yang pernah dibaca, ini nomor satu!
Chimer02609: Terima kasih 🤗
total 1 replies
Tiểu long nữ
Yang bilang cuma buat anak-anak aja baca cerita, pasti belum nemu karya-karya kayak ini.
Chimer02609: betul /Ok/
total 1 replies
art_zahi
Ngakak ampe terbahak-bahak. 🤣
Chimer02609: Seseru itu kah Kak 🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!