'Xannia Clowin'
Gadis cantik berusia 22 tahun yang selama menjalani hidup baru kali ini dia mengetahui pengkhianatan sang ayah kepada ibunya .
Sejak Xannia berusia 2 tahun ternyata sang ayah sudah menikah lagi bahkan wanita itu sedang mengandung anaknya.
Awal mula terbongkar pengkhianatan ayahnya itu ketika sorang gadis yang tak jauh beda dari usia xannia datang,gadis itu langsung menemui ibu Xannia dan mengaku sebagai anak dari istri kedua suaminya,
semenjak kejadia itu ibu xannia sering sakit-sakitan dan 5 bulan kemudian sang ibu meninggal dunia.
Dari kejadian itu menimbulkan rasa dendam dan sakit hati Xannia kepada ayah dan kelurga istri keduanya,sehingga Xannia bertekat membalaskan dendam atas rasa sakit dan pengkhiantan ayahnya yang sampai membuat ibunya tiada,bahkan dia rela menjadi istri kontrak miliader yang ingin memiliki keturunan , dan dari situlah Xannia ingin memanfaatkan pria itu untuk membalaskan dendamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon VHY__, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Pesta sudah berakhir dan terlihat beberapa tamu sudah meninggalkan tempat acara setelah memberikan selamat pada Xannia dan Davendra
"Kalian akan pergi bulan madu kemana?" tanya Airin.
Kedua teman Xannia itu masih berada di tempat acara dan belum ingin untuk pulang, sementara Cia sudah pulang dengan kekasihnya sejak satu jam yang lalu.
Dan kini hanya tersisa Kay dan Airin saja yang menemani Xannia.
"Aku tidak tahu. Pria itu tidak mengatakan apapun mengenai bulan madu," jawab Xannia.
"Kau lebih suka pantai atau perbukitan? Aku akan merekomendasikan tempat yang bagus untukmu," ujar Airin.
"Aku suka keduanya," sahut Xannia
"Aku akan mengirimkan gambarnya padamu nanti dan kau bisa memilihnya, lalu kau bisa bilang pada suamimu itu," kata Airin.
Sementara Kay hanya menjadi pendengar saja di antara kedua temannya itu.
Kemudian pandangan Xannia beralih ke Kay.
"Kau menginap di tempat Airin?" tanya Xannia.
“Ya,” kataku.
Dan saat mereka sedang asik mengobrol, Davendra datang menghampiri Xannia dan membisikan sesuatu pada wanita itu.
Xannia dan Kay menundukkan sedikit kepalanya saat kedatangan Davendra.
"Maaf, sepertinya aku harus pergi sebentar," kata Xannia.
"Tidak apa, kami juga akan pulang," sahut Kay.
"Sampai Jumpa Lagi Xannia,"
Airin dan Kay berkata serempak, lalu berjalan menjauh dari Xannia dan Dave.
Mereka juga sempat mengucapkan selamat atas pernikahan Davendra dan Xannia. Dan tentunya hanya di balas gumaman oleh pria itu.
"Dia ada di mana?" tanya Xannia
"Ada di salah satu kamar di hotel ini," jawab Dave.
"Haruskan aku menemuinya?" tanya Xannia yang seolah meminta saran suaminya.
"Itu terserah padamu, jika kau ingin menemunya maka temui lah," sahut Davendra
"Jika kau tidak menemuinya, aku pun tidak akan menemuinya," sambungnya.
Xannia menghembuskan napasnya dengan berat karna terlalu lelah.
"Ayo kita temui dia," kata Xannia .
Dave menggandeng tangan xannia dan membawanya untuk menemui ayah Xannia yang sudah menunggu mereka berdua.
Dave membawa Xannia masuk ke salah satu kamar yang di tempati oleh Martin.
Setelah pintu di buka, xannia dapat meliah dua wanita dan satu pria yang tengah menatap kearah dan juga Davendra
"Duduklah," kata Martin menyuruh Dave dan Xannia untuk duduk di sofa yang ada di kamar tersebut.
"Aku ingin mereka berdua keluar dari sini," kata Xannia dengan dingin.
Sementara Davendra hanya memperhatikan situasinya.
"Jenny, bawa Maria keluar," perintah Martin.
"Tapi ayah--"
"Sayang, ayolah!!" Ucap Jenny memotong perkataan Maria.
Jenny sudah bisa menebak jika putrinya itu akan protes, maka dari itu Jenny menarik tangan Maria dan membawa keluar dari kamar.
"Kenapa mommy memaksaku untuk keluar dari sana? Aku juga ingin tahu apa yang ingin mereka bicarakan," kata Maria yang telihat kesal.
"Itu bukan kapasitas kita untuk tahu segala hal tentang mereka, sayang," ucap Jenny mencoba untuk memberikan pengertian pada putrinya.
"Kenapa aku tidak boleh tahu? Aku juga anak daddy, harusnya daddy selalu terbuka pada kita," sentak Maria.
"Tidak semua masalah kita harus tahu, Maria. Sudah cukup kau membuat masalah waktu itu, dan sekarang tidak lagi!!" ujar Jenny dengan tegas.
Jenny memijat kepalanya sendiri yang pusing mendengar sikap keras kepala putrinya.
"Ayo, masuk ke dalam kamarmu," ucap Jenny dan memaksa Maria untuk masuk kedalam kamar yang tepat berada samping kamarnya.
Sementara itu di dalam kamar yang lain, Xannia tengah menatap ayahnya dengan sengit.
"Kenapa kau tidak memberitahu daddy jika akan menikah," kata Martin yang langsung pada inti masalahnya.
"Apa jika aku bilang, daddy akan membatalkan pertunanganku dengan Arsen?" ucap Xannia
"Tidak kan?" lanjutnya saat melihat keterdiaman sang ayah.
"Setidaknya kau harus bilang padaku jika ingin menikah ," kata martin.
"Dan kau? Harusnya kau meminta izin dulu padaku jika ingin menikahi putriku," tunjuk Martin pada Dave yang sejak tadi hanya diam.
"Aku mengikuti kemauannya," jawab Avendra datar.
"Itu bukan sebuah alasan, Dave," pungkas martin menatap sengit davendra.
Martin tidak perduli dengan status yang di miliki Davendra. Karna yang berada di hadapannya sekarang bukanlah seorang pengusaha, melainkan seorang menantu.
"Tapi, harusnya kau memberitahu daddy, Xannia, Mau bagaimana pun daddy tetaplah ayah kandungmu," ucap Martin.
Xannia menatap tajam sang ayah yang ada di hadapannya.
"Apakah dulu saat kau menikah dengan wanita itu kau memberitahu ibuku? Tidak bukan?" pungkas Xannia.
"Itu bukan sesuatu yang harus di katakan, dan jika aku mengatakannya maka penyakit ibumu akan kambuh," sahut Martin.
"Lalu, apa bedanya dengan sekarang? Lebih baik dia tahu dari mulut suaminya sendiri dari pada harus tahu dari anak hasil pengkhianatan suaminya," balas Xannia.
"Daddy mencintai ibumu dan sangat menyayanginya, daddy tidak mau melihat penyakitnya kambuh," ujar martin.
"Itu bukan alasan untuk kau menutupi semuanya dari ibuku," marah Xannia.
Ia tidak mengatakan apakah mendiang ibunya benar-benar mengetahui pengkhianatan ayahnya.
"Apa kau tak bisa memaafkan daddy, Xannia?" ucap Martin menatap sendu sang putri.
"Daddy benar-benar tidak sengaja melakukannya," kata Martin.
"Ceraikan wanita itu dan usir mereka dari rumah, apa kau bisa melakukan itu untukku, dad?" ujar Xannia menatap lekat ayahnya.
Martin terdiam, dia tak langsung menjawab.
'Aku tak mungkin menceraikan Jenny, aku sudah berjanji pada mendiang ibunya, 'batin martin.
Pikiran pria paruh baya itu berkecamuk, antara memilih putrinya dan mendapatkan kepercayaannya lagi atau mengingkari janjinya kepada ibu Jenny.
"Anda pasti tidak bisa melakukannya, iya kan?" pungkas xannia.
"Maka, jangan harap bisa mendapatkan maaf dariku, aku tidak bisa mentolerir pengkhianatan sekecil apapun. Apa lagi karna anak anda sudah membuat aku kehilangan ibuku," kata Xannia.
Sementara itu, Dave sejak tadi hanya diam saja. Pria itu tak ada niatan untuk menyela atau pun ikut campur permasalahan di antara ayah dan anak itu.
Sejak tadi dia hanya menyimak dan memperhatikan wajah kedua orang yang saling bicara itu.
Xannia mengangkat sedikit ujung bibirnya.
"Bagaimana jika aku melakukan hal yang sama pada Maria?" kata Xannia yang tiba-tiba saja terbesit ide gila di kepalanya.
"Jangan bertindak jauh, Xannia," sahut Martin yang mengerti arah pembicaraan putrinya.
"Anda khawatir pada mereka?" tanya Xannia.
"Bukan begitu, daddy hanya tidak ingin kau terlibat dalam masalah," jawab martin.
"Ku rasa pembicaraan ini sudah berakhir," kata Davendra dengan dingin yang akhirnya membuka suaranya.
"Ini Hari pesta pernikahan kami, dan seharusnya sekarang aku sudah membawanya pergi bulan madu,"
"Jika tidak ada yang ingin anda katakan lagi, aku akan membawanya pergi,"
"Satu lagi, mulai sekarang Xannia adalah tanggung jawabku. Jika pun Xannia membuat masalah atau terlibat dalam masalah aku yang akan mengurus semua dan bertanggung jawab atas semua masalah yang dia buat. Jadi, anda tidak perlu mengkhawatirkan hal itu," kata Davendra.
Pandangan Xannia terfokus pada suaminya, dan mendengarkan setiap perkataan suaminya.
'Ini adalah kata terpanjang yang aku dengar dari mulutnya, 'batin Xannia
Davendra mengulurkan tangannya dan Xannia pun meraihnya, mereka berdua beranjak dari sofa.
"Aku akan membawanya sekarang. Dan jangan memaksanya untuk bertemu dengan anda jika dia tidak mau," kata Davendra
"Kami permisi," pamit Dave dan keluar dari kamar yang di tempati Martin.
Saat mereka keluar dari kamar, Xannia dan Dave mendapati Maria yang berdiri tepat di depan pintu.
Dengan sengaja Xania bergelayut manja di lengan Dave saat melihat Maria.
"Jadi, kemana kita akan pergi honeymoon?" tanya Xannia dengan jelas agar Maria dapat mendengarnya.
"Ketempat yang orang lain tidak bisa menemukan kita," Davendra.
pasangan yang baru saja menikah itu berjalan begitu saja melewati Maria, tanpa menyapa dan bertanya pada wanita dengan rambut sebahu itu.
Maria memandang kedua orang itu dengan tatapan kesal karna merasa di abaikan dan seperti dirinya tak ada.
'Aku akan merebut Davendra darimu, Xannia. Seperti aku merebut Arsen darimu, 'batin Maria dengan mengepalkan tangannya.
Bersambung....