Entah mengapa Alisa merasa marah. Tiap kali melihat abangnya berdua bersama Mia. Yang tidak lain teman Amar kuliah. Membuat Alisa merasa aneh dengan perasaanya sendiri. Hingga membuat Alisa selalu gusar tiap kali Amar dekat dengan Mia. Yang sering ikut mengerjakan tugas dirumah. Dan Amar juga sering mengantar nya pulang. Amar juga seperti memberi perhatian lebih pada Mia membuat Alisa cemburu.
" Kenapa sih bang Amar pake mengantar kak Mia. Lagian dia sudah punya sopir yang selalu menjemputnya pulang kan!!" kata Alisa
" Ada apa dengan mu de, abang hanya berbuat baik pada orang lain. Kasihan Mia kalo pulang sendiri malam malam" jawab Amar
" Lalu jika Lisa pulang malam, apa abang akan perduli?" tanya Lisa.Membuat Amar menoleh dan menatap lekat mata gadis cantik di depannya itu. Seakan Amar merasa ada belati yang menusuk dadanya.
" Kau.....!!" kata Amar kaget.
Penasaran baca ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hidayati Yuyun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 Alasan Amar
Lalu Amar menangkup pipi Lisa dengan kedua tangannya. Sembari menghapus air mata Lisa yang masih basah karna air mata.
" Jangan menangis lagi. Bang Amar tidak sanggup melihatnya," kata Amar menarik Lisa kembali ke dalam pelukannya. Entah kenapa ia tidak bisa menyakiti perasaan Lisa. Apalagi untuk berkata kata kasar.
" Maafkan abang, jika tadi abang bersikap kasar pada ade. Karna Abang sangat bingung. Mia itu gadis yatim piatu. Dia tidak punya siapa siapa di kota ini.Jadi bang Amar tidak bisa menolak, jika Mia minta tolong pada abang" kata Amar.
" Bukannya kak Mia sudah punya pacar bang Kenapa tidak minta tolong sama pria itu saja," kata Lisa yang mulai berhenti menangis. Hingga Amar mengurai pelukannya.
" Apa ade tahu sesuatu?" kata Amar bertanya.
Lisa pun menceritakan apa yang dia lihat Saat Mia makan siang dengan seorang pria Yang membawa mobil biru. Sehingga Amar mengernyitkan dahinya. Untuk mengingat siapa penguna mobil biru itu.
" Mungkin itu teman nya juga de, ya sudah biar kopinya abang buat sendiri," kata Amar yang tidak ingin membahas Mia.
" Maaf , ade lupa," kata Lisa yang hanya membuat susunya sendiri. Hingga lupa membuatkan kopi Amar.
" Tidak apa apa," kata Amar yang menuangkan air panas dari termos ke cangkir lalu mengaduknya. Setelah di beri gula dan kopi plus susu.
" Sudah ayo ke ruang tamu" kata Amar .
" Tidak bang, Lisa mau belajar saja, kata Lisa menolak halus.
" Ya sudah, nanti abang antar kak Mia sekalian ya. Ade jangan lupa makan jika selesai belajar," kata Amar
" Ya " angguk Lisa yang menyesap susunya. Sedangkan Amar kembali keruang tamu. Begitu juga Lisa yang kembali kedalam kamarnya. Dan langsung duduk di depan meja belajarnya
" Kenapa aku jadi cemburu, jika abang bersama kak Mia ya?" kata Lisa berpikir sejenak. Entah mengapa feelingnya merasa Amar berbeda dari yang dulu.
" Aish....dia kan abangku," guman Mia sambil menyesap susunya. Lalu membuka buku untuk di baca. Karna Lisa harus mempersiapkan diri untuk ujian minggu depan.
Sedangkan Amar di ruang tamu. Duduk sambil menyesap kopinya. Dan sesekali ia melirik Mia. Menunggu Mia menyelesaikan tugasnya.
" Mi, apa kau dekat dengan seorang pria?" tanya Amar. Ketika teringat cerita Lisa padanya.
" Memang kenapa mar?" tanya Mia balik.
" Apa kau pernah makan di cafe GA siang hari bersama seorang pria. Yang memakai mobil biru" kata Amar memastikan sesuatu
" Ya aku bersama Hans," kata Mia jujur.
" Apa kalian punya hubungan spesial. Maaf jika aku menanyakan hal itu?" kata Amar dengan suara pelan.
" Kami baru kenalan Mar, dia anak teknik. Tapi ....." kata Mia
" Apa?" tanya Amar penasaran dengan lanjutannya.
" Dia bilang dia suka padaku. Tapi aku belum memberinya jawaban. Karna sibuk membuat skripsi dan proposal," kata Mia
" O begitu, ya terserah padamu. Jika kau suka, suruh saja dia melamar mu. Lagi pula tinggal menunggu luluskan," kata Amar
Deg..
Mia tidak menjawab. Ia fokus menatap layar komputer. Karna ada rasa kecewa di hatinya Karna Amar tidak sedikit pun punya rasa cemburu padanya. Apalagi untuk melarangnya pergi dengan siapa pun
Padahal Mia sudah lama mengharapkan Amar untuk menjadi bagian dari hidupnya.
" Mi, mau ku buatkan teh?" tanya Amar.
" Tidak usah mar, terimakasih sudah sering merepotkan mu. Ini sudah hampir selesai kok, dan setelah ini aku langsung pulang saja. Aku berharap setelah lulus kita bisa bertemu lagi," kata Mia.
" Ya insyaAllah," kata Amar yang tidak punya hati sama sekali pada Mia. Amar hanya menganggap Mia sahabat baiknya, tidak lebih dari itu. Karna rasa kasihannya, saat tahu Mia sebatang kara.
Setelah Mia menyelesaikan tugasnya. Amar pun mengantar Mia pulang. Dan berpamitan pada Lisa. Lisa hanya menyahut dari dalam kamarnya. Membiarkan Amar dan Mia pergi
*************
Pagi seperti biasanya Lisa sudah siap berangkat sekolah. Dan ia sudah menunggu di dalam mobil Zain. Saat Zain mengambil tas kerjanya.
" Bang, jam berapa bang Amar pulang tadi malam," kata Lisa bertanya.Saat Zain sudah duduk di sampingnya.
" Mungkin jam 10, apa ade belum bertemu Amar ?" tanya Zain berbohong. Karna selama ini Amar tidak pernah tidur lagi di kamarnya.
" Bertemu bang, tapi kemaren sore. Lalu bang Amar mengantar kak Mia pulang. Setelah belajar dan makan.Lisa tidur dan tidak tahu apalagi," kata Lisa.
" Amar sedang sibuk, ia harus mencari pekerjaan. Dan dia juga harus berangkat lebih pagi agar tidak mengantri saat di wawancara," kata Zain. Sembari menghidup kan mesin mobil.
" Begitu ya bang, apa susah mencari kerja. Kok kaya kuliah juga ya bang," kata Lisa.
" Ya begitulah hidup, jadi jangan banyak mengeluh. Takdir itu milik Allah. Sedangkan doa dan usaha milik manusia. Jadi kita harus banyak bersyukur. Karna tidak semua orang bisa mendapat pekerjaan yang baik," kata Zain. Mulai membawa mobilnya keluar halaman.
" Ya persaingan jaman sekarang sangat berat bang, kak kelas Lisa bilang ia akhir nya kuliah di kampus negri yang biasa biasa saja. Agar tidak terlalu stress masuk di kampus ternama. Karna saingannya cukup ketat dan sangat banyak," kata Lisa.
" Ya ngak masalah, yang penting kan dia bisa kuliah. Buat apa kuliah di kampus favorit, jika kita tidak bisa mengikuti dan stress dalam belajar. Lebih baik di kampus negri biasa biasa saja, tapi bisa berprestasi. Karna itu tidak menjamin. Ketika lulus langsung dapat pekerjaan kok. Tapi karna kemampuan kita sendiri untuk mempunyai skill dalam wawancara dan kemauan bekerja," kata Zain. Membawa mobilnya dengan santai menuju sekolah Lisa.
" Begitu ya bang, enak dong jadi bang Zain yang sudah bekerja. Dapat gaji besar, dapat fasilitas mobil kantor dan bonus. Bang.. apa ade nanti pas lulus, boleh kerja di kantor abang," kata Lisa.
" Boleh, tapi ade mau ambil jurusan kuliah apa dulu. Di kantor abang adanya lowongan sekertaris dan bagian keuangan. Tapi harus dengan seleksi ketat," kata Zain.
" Astaga....masa sih bang. Wah berat itu saingan banyak dong. Pasti wanita yang mau jadi sekertaris disana harus cantik, seksi dan pintar bahasa. Karna harus keluar menemani bosnya.," kata Lisa.
" Ya mungkin begitu, karna untuk lowongan lain hanya para arsitek berbakat. Dan kebanyakan para pria. Jarang sekali ada wanitanya," kata Zain.
" Oh ya, kenapa bang Amar tidak melamar di kantor bang Zain saja?" kata Lisa
" Amar sudah melamar, tinggal menunggu panggilan saja," jawab Zain. Karna Amar lah yang nanti akan mengantikan papinya memimpin perusahaan.
" Alhamdulilah, mudahan bang Amar di terima kerja di sana ya bang. Yey...Lisa senang kedua abang Lisa bisa satu kantor," kata Lisa berseloroh.
" Tidak satu kantor de, tapi satu perusahaan. Abang kan mengurus manajemen dan adminitrasi perusahaan. Sedangkan bang Amar mu mungkin akan mendesain gedung dan bangunan," jelas Zain.
" O begitu," kata Lisa melongo. Karna ia baru ingat jika Zain dan Amar berbeda keahlian. Dan Lisa pun terdiam memikirkan apa jurusan yang akan ia ambil nanti. Karna ia masih bingung dengan bakatnya. Namun Lisa cukup pintar dalam hitung hitungan, plus menguasai bahasa asing.
" De.. kok melamun sih. Kita sudah sampai ?" kata Zain.Menepuk bahu Lisa
" Hah...astaga maaf bang, tadi Lisa kepikiran jurusan kuliah," kata Lisa cepat membuka pintu mobil dan turun.
" Hmm...." kata Zain tersenyum.
" Terimakasih ya bang," kata Lisa menutup pintu mobil kembali.
" Ya " jawab Zain yang langsung melajukan mobilnya menuju kantor. Sedangkan Lisa berjalan cepat menuju gerbang sekolah. Dan berjalan menuju kelasnya. Namun di lorong sekolah tiba tiba ....
" Alisa...." panggil sebuah suara.
" Hah ...." kata Lisa menoleh dan melihat temannya berlari kearahnya.
Sudahlah memanfaatkan kebaikan Amar eh lama lama kok ga tau diri ga sadar diri juga ya
Kaya dah putus urat malunya si Mia
Semoga Ade sukses ya kuliah di LN
Bila sewaktu sewaktu ditinggal orang terkasih / pasangan, dunianya tak runtuh seketika
Apakah Amar dengar percakapan Lisa yang mau kuliah di Australia, terus mulai gamang pikirannya, otaknya terusik?
Pulang pulang dah sukses
Biarin aja Amar ngrasa kehilangan kamu
Mending fokus belajar raih cita cita, asah skill
Nikmati masa muda tuk hal hal berguna
Edan tenan, berbuat dosanya sama Hans, kok menjerat Amar tuk tanggung jawab
Siap siap jadi bom waktu
Terimakasihh🥰🥰
Bisa gegeran ujung ujungnya
Terlalu baik apa terlalu naif Amar?
Gimana nanti reaksi ayah bundanya juga Amar