Niat menerjemahkan bahasa, berujung fucking!!
Cinta gelap seorang mafia Italia bernama Almo Da Costa pada seorang wanita sederhana bernama Luna Diaz yang berprofesi sebagai penerjemah bahasa.
Pertemuan yang tidak diinginkan harus terjadi sehingga Luna kehilangan mahkota berharganya bagi seorang wanita. Hingga 2 tahun mereka berpisah dan bertemu kembali namun hal yang mengejutkan bagi Luna adalah saat Mr. Mafia itu bertanya.
“Where is my child?”
!SEASON 1&2 DI SINI AJA, TIDAK TERPISAH!
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
M'sDL — BAB 06
MENCARI INFORMASI LUNA DIAZ
Beberapa jam berlalu dengan sangat cepat. Di saat para tamu mulai menikmati apa yang mereka inginkan dengan bebas, saat para lady seksi masuk dengan pakaian yang tak pantas disebut sebagai itu mulai menggoda para tamu termasuk Almo.
Di saat pertunjukan selesai, para pelayan langsung diminta pergi ke sebuah ruangan VIP yang sudah Almo perintahkan kepada Denzel.
“Kenapa kami dikumpulkan di sini?” tanya salah satu wanita yang baru saja tiba di ruangan tersebut.
“Cukup diam dan patuhi perintah.” Balas Denzel mental tajam.
“Anda mau kecupan di bibir Tuan! Aku sangat pandai berciuman!” bisik wanita seksi yang duduk di sebelah Almo sambil terus membelai wajah hingga dada bidangnya.
Pria itu menatap penuh nafsu, hingga wajahnya begitu dekat dengan wanita seksi nan cantik tadi. “I want to. But I have to go. (Aku ingin. Tapi aku harus pergi).” Balas Almo hingga ekspresi wajahnya langsung bertukar menjadi garang saat dia beranjak pergi begitu saja.
Pria itu bergegas keluar menuju ruangan yang sudah dia perintahkan untuk mengumpulkan para pelayan di sana.
“Tuan Almo! Mereka sudah terkumpul!” ucap Denzel dengan senyuman lebarnya.
Tanpa banyak bicara, Almo masuk dan melihat beberapa pelayan berkumpul di sana. Mereka menatap ke arah Almo dengan penuh tanya namun ada juga yang menyeringai dan percaya diri akan dipilih.
Para pelayan tadi masih memakai topeng mata mereka, hingga sorot tajam Almo mengamati salah satu wanita berambut pendek yang berdiam diri. Pria itu melangkah ke arah wanita yang dia tatap hingga Denzel yang ada di sana pun bertanya-tanya.
“Take off your mask. (Buka topengmu)." Pinta Almo bersuara dingin sehingga para wanita yang mendengarnya pun ikut terbungkam.
Wanita itu dengan gugup mulai membuka topengnya dan memperlihatkan wajah cantiknya. Bersamaan dengan itu, Almo mengernyit hingga rahang tegasnya berdenyut. -‘Bukan dia.’ Pikir pria itu, entah siapakah yang dia cari.
Keadaan di ruangan pertunjukan tadi begitu gelap sehingga Almo juga tak bisa melihat dengan jelas karena tertutup topeng mata.
“Tuan Almo... Apa, Anda menginginkan nya?” tnya Denzel sedikit takut. Menginginkannya yang dimaksud adalah adegan di ranjangnya.
Almo terdiam beberapa detik. “Apa kau yakin semuanya sudah di sini?” tanya Almo yang masih terlihat marah.
“Su-sudah— ”
“Ada satu wanita. Dia juga anak baru, tadi dia berjalan bersamaku dan bilang pergi ke toilet sebentar.” Jelas satu pelayan, sehingga Denzel sendiri menatapnya tajam dan ingin memarahi anak baru yang rupanya adalah Luna.
“What's her name? (Siapa namanya)?” tanya Almo dengan fokus lurus namun auranya membuat mereka merinding.
“Kami ti-tidak tahu. Tidak ada yang sempat berkenalan.” Jawab sang pelayan yang sama.
Pria itu masih terdiam hingga di memerintahkan para pelayan tadi pergi. Setelah ruangan kosong dan hanya ada Denzel. “Aku ingin melihat data para pelayan baru, sekarang.” Pinta Almo kepada Denzel.
“Ba-baik Tuan!” pria itu langsung bergegas pergi meninggalkan Almo yang berdiri sendirian.
Sorot matanya yang tajam hingga bibirnya menyeringai kecil dan licik. “That woman.” Gumam Almo sedikit mendongak dengan seringaian nya.
...***...
Sepasang kaki melangkah dengan cepat dan terburu-buru. Tanpa memakai alas kaki, Luna berjalan menyusuri jalanan sambil menenteng sepatunya dan mencari taxi di pinggir jalan. Sementara tangan kanannya sibuk memegangi ponsel yang ia tempelkan ke telinganya.
[“Aku tidak bisa bekerja di sana Biel!! Maafkan aku.”] Panik Luna hingga napasnya ngos-ngosan saat dia mencoba lari sekencang mungkin untuk keluar dari club' Da Costa tadi.
[“Tapi kenapa? Kita bisa pulang bersama kan, kenapa harus mendadak? Apa kau baik-baik saja? ”]
Luna terdiam hingga keringat dingin bercucuran. [“Ya! Aku... Aku akan menghubungimu lagi.”] Luna langsung mematikan panggilan tersebut. Biel yang masih berada di ruang ganti pun dia sungguh khawatir.
Dia tahu Luna tak nyaman dengan keadaan di ruangan tadi. Tapi... Biel yakin bukan itu permasalahan nya. “Aku harap kau baik-baik saja Luna.” Gumamnya sangat gelisah.
Di sisi lain, Almo melihat sebuah kertas daftar nama para pelayan baru yang akan bertugas di ruangan VIP. Satu nama yang membuat Almo berkerut hingga membuat Denzel yang masih berdiri di sana pun ketakutan sendiri.
“Luna?” Almo melihat ke arah Denzel.
“Ah, wanita itu. Dia anak baru dan dia sangat pendiam, dan polos aku rasa dia masih—”
“Aku ingin data lengkapnya.” Sela Almo begitu saja sehingga Denzel dibuat bungkam seketika.
Pria itu langsung ingat akan wanita bernama Luna dan Biel! “Ya.. Saya baru ingat, Tuan Almo! Wanita itu dibawa oleh Biel si penari erotis yang lihai itu! Jika Anda mau, Anda bisa bertanya kepadanya langsung.” Jelas Denzel malah membuka kedok.
Almo masih menyorot tajam, duduk di sofa singelnya. “Panggil dia.” Pintanya.
.
.
.
Dengan wajah panik, Luna berulang kali mengelap keringat di keningnya. Selama di perjalanan hingga sampai di apartemen pun wanita itu masih tak bisa tenang.
Apalagi saat Denzel si manager itu memerintahkan seluruh pelayan berkumpul ke ruangan pribadi.
(“Maaf, kau tahu siapa pemilik club' ini? Aku pelayan baru di sini!”)
(“Tuan Almo Da Costa. Dia orang Italia, tapi club' ini baru dibuka—”)
Luna mengusap kasar wajahnya saat dia mengingat percakapan tadi. Sungguh! Luna masih ingat dengan nama pria itu, tapi sayangnya ia baru tahu nama marganya.
“Jadi dia bukan orang sembarangan.” Gumam Luna yang tadinya duduk, kini dia langsung berdiri dan bergegas mengemasi barang-barangnya.
Tentu saja dia akan pergi dari sana. Luna tak tahu akan kemana, tapi perasaannya dan feeling nya mengatakan bahwa pria itu akan datang mencarinya. Tanpa pamit ke Biel, wanita itu memilih pergi terlebih dahulu, untuk menghindari pria bernama Almo itu.
Di ruangan VIP, terlihat wanita cantik berambut pirang tengah menjelaskan tentang temannya Luna kepada Almo si bos sekaligus pemilik club' Da Costa.
Biel yang tidak tahu kalau pria di depannya itu adalah pelaku pemerkosa temannya, tentu saja dia patuh karena menganggapnya sebagai bos.
“Kau boleh pergi.” Pintanya saat Biel selesai menjawab pertanyaannya yang Almo ajukan soal Luna Diaz.
Membayangkan bagaimana dia memaksa wanita polos itu saja membuat darah Almo berdesir tiba-tiba. Suara tangis bercampur desahan nikmat sungguh membuat sensasi baru bagi Almo Da Costa yang mana ia selalu mendengar desahan nikmat dari para jalang yang lebih menikmati permainan nya.
Tapi wanita bernama Luna itu malah memberontak.
Almo tersenyum miring, hingga dia mengepalkan tangan kanannya dan meremas kertas kosong yang dia pegang. “Luna Diaz. Akan ku ingat nama mu!" gumam Almo.
🤔 sebuah teka" siapakah kali ini musuh yang akan datang dan siapa kah orang yg berada dlm mobil yg misterius itu
sprti luna yg jg suka cemburu..
kpn mereka akan saling mengungkapkan isi hati nya 😍😍🤭🫢