Terdengar suara 'sah' menyeruak ke dalam gendang telinga, seolah menyadarkan aku untuk kembali ke dunia nyata.
Hari ini, aku sah dipersunting oleh seorang Aleandro. Pria dingin dengan sejuta pesona. Pria beristri yang dengan sengaja menjadikan aku sebagai istri kedua.
Istri pertamanya, Michelle bahkan tersenyum manis dan langsung memelukku.
Aneh, kenapa tidak terbersit rasa cemburu di hatinya? Aku kan madunya?
Tanya itu hanya tersimpan dalam hatiku tanpa terucap sepatahpun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moena Elsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumah Tangga yang Sebenarnya
Martin disuruh mengantar Aleandro pulang, daripada keberadaan Andine diketahui oleh Aleandro.
"Husss, pulang sana!" usir tuan Pollin.
"Tega banget sih Pah. Aku ini anak semata wayang papa loh," kata Aleandro ngeles.
"Martin" panggil tuan besar.
"Siap tuan;" Martin beranjak.
"Enggak. Hari ini aku mau di sini. Titik!" tolak Aleandro.
Entah kenapa, hari ini Aleandro merasa nyaman berada di mansion papanya. Tak ada gangguan Michelle yang menyuruhnya pulang.
Martin tak bisa memaksa sang tuan muda.
"Pergilah! Laksanakan tugas kamu yang lain," tegas tuan Pollin. Martin mengangguk.
"Kalian berdua ada rahasia apa?" telisik Aleandro.
"Mau tahu apa tahu banget?" ledek tuan Pollin.
"Pah....," Aleandro bagai bocil lima tahun yang ngambek.
Andine turun dari lantai dua dengan bersiul perlahan.
Perutnya lapar karena melewatkan makan siang, karena keasyikan menonton drama Korea.
Martin yang belum jadi pergi memandang tuan Pollin. Tuan Pollin mengedikkan bahu biasa saja.
"Papa punya selingkuhan?" sayup terdengar suara cewek di telinga Aleandro.
Tuan Pollin menimpuk putranya dengan remot tivi.
"Dasar otak kotor!" olok sang papa.
"Hhmmm, nggak mungkin bibi kan yang nyanyi?" Aleandro beranjak ingin memastikan.
"Mau kemana kamu?" hardik papa.
"Melihat selingkuhan papa, emang mau kemana lagi," Aleandro menyeringai tajam untuk mengintimidasi papanya yang tega mengkhianati almarhum mamanya.
Martin dan tuan Pollin saling pandang.
"Udah, biarin aja. Kita amati saja apa yang bakalan terjadi," kata tuan Pollin.
Martin dan tuan Pollin menyusul keberadaan Aleandro.
Aleandro berdiri termangu melihat gadis cantik yang sedang makan di meja makan sendirian.
"Andine," gumam Aleandro.
"Kenapa? Kangen sama istri yang kamu usir?" tuan Pollin menepuk bahu Aleandro keras.
"Wah, kira-kira lah Pah. Sakit nih," balas Aleandro.
Andine menoleh ke arah sumber suara, ikutan tertegun setelah melihat siapa yang datang.
"Tu... Tuan Aleandro...," sapanya.
"Yaelah... Hampiri dia. Masak sih papa harus suruh," tuan Pollin mendorong Aleandro agar mendekati Andine.
"Pah...," Aleandro kesal karena ulah papanya.
Ada rasa yang berbeda saat melihat Andine sekarang. Meski berwajah polos, aura kecantikan tetap memancar kuat.
"Apa kabar tuan muda?" tanya Andine setelah Aleandro duduk karena dorongan tuan Pollin. Meski suara Andine terdengar basa basi, Aleandro tetap menjawab.
"Andine hamil anak mu," kata tuan Pollin tegas.
"Jangan sia-siakan dia," lanjut tuan Pollin.
Andine menunduk tak berani menatap Aleandro, "Maaf tuan," ucap lirih Andine.
"Tak usah minta maaf Andine. Sekarang saatnya Aleandro mempertanggungjawabkan apa yang telah diperbuatnya padamu," tandas tuan Pollin.
"Pah, bagaimanapun aku harus membicarakan dengan Michelle terlebih dulu," timpal Aleandro.
"Apa kamu lupa? Kamu telah berjanji kepada Tuhan melalui akad yang telah kamu ucap. Status Andine sama dengan wanita itu. Camkan itu Aleandro!" tuan Pollin tegas.
Aleandro mengacak rambutnya kasar.
"Bahkan Andine telah mengandung benihmu," tandas tuan Pollin.
Andine hanya mengaduk makanan yang terlanjur diambil. Takut akan keberadaan Aleandro.
"Oke, akan aku ajak dia ke rumah," Aleandro tak ingin menambah murka tuan Pollin. Aleandro tahu dirinya telah mengecewakan papa nya.
"Ayo!" ajak Aleandro meraih tangan Andine yang memegang sendok. Meski belum ada cinta, Aleandro tetap memenuhi permintaan tuan Pollin, bertanggung jawab terhadap istri keduanya ini.
"Biarkan Andine menghabiskan makanannya," sergah tuan Pollin.
"Maaf tuan muda, tapi perjanjian kita sudah dibatalkan. Tak ada kewajiban bagi saya untuk ikut dengan anda" kata Andine menyela. Dia tak ingin jadi pihak yang merugi lagi. Apalagi kalau diajak hanya untuk menunggu benih yang ada di rahimnya lahir.
"Biarkan pria ini mempertanggungjawabkan perbuatannya padamu Andine," kata tuan Pollin.
"Dan kamu Aleandro, jangan hanya mau enaknya saja," kata tuan Pollin yang kecewa karena ulah sang putra.
.
Seminggu Andine berada di kediaman Aleandro. Andine memberanikan diri untuk melayani keperluan Aleandro. Aleandro mendiamkan dan tak menolak, karena semua dalam pengawasan sang papa.
'Hhmmm enak juga masakan Andine. Dan selama dia di sini, rasa mualku ikutan hilang,' batin Aleandro.
Ponsel Aleandro berdering.
'Sudah seminggu di Paris, baru ingat kalau ada suami,' gumam Aleandro kesal pada Michelle.
"Halo sayang, uangku habis nih. Bisa nggak kamu tambahin kartu debitku," rajuk Michelle.
'Belum say hello, nanyain kabar kek. Kok sudah minta uang aja,' hati Aleandro semakin kesal.
"Sayang, kok diam aja sih," lanjut Michelle.
"Kamu nggak nanyain kabarku? Padahal saat kamu pergi aku sakit loh," ungkap Aleandro.
"Kan kamunya sudah sembuh sayang. Aku yakin Martin merawatmu dengan baik," ujar Michelle terkekeh.
Aleandro diam, merenung akan sikap Michelle.
Tiga tahun kemana aja Aleandro? Kok baru nyadar sekarang. Batin Aleandro bermonolog.
"Sayang....," panggil Michelle yang masih menunggu respon sang suami.
"Iya, ntar siang aku kirim," jawab Aleandro.
"Aku maunya sekarang. Nanggung, lagi belanja nih," kata Michelle memaksa sang suami.
"Uang yang kamu bawa seminggu kemarin apa sudah habis?" tanya Aleandro.
"Kalau masih ada, ngapain aku minta kamu lagi sayang," ucap Michelle.
"Oh ya, kalau kamu sibuk kerja. Nggak nyusul ke sini nggak papa kok," lanjut Michelle.
Aleandro mengernyitkan alis. Dia teringat betapa kecewanya Michelle saat Aleandro memutuskan tak jadi pergi bulan madu kesekian kalinya.
Manusia bisa berubah kapan saja, termasuk istrinya.
Andine yang melihat interaksi Aleandro dan Michelle hanya diam saja dan melanjutkan makan bubur ayam yang dibelikan oleh mang Diman, tukang kebun mansion.
"Sayang, makasih ya. Love you so much. Bye sayangku," Michelle memutus panggilan.
Semua wanita sama, setelah mendapat notif langsung pergi semaunya. Termasuk istriku sendiri. Aleandro terkekeh dalam hati. Membahagiakan istri banyak pahalanya. Hibur hati Aleandro.
"Andine, aku pergi dulu. Martin sudah menunggu di depan," suatu perubahan yang signifikan. Aleandro mau menyebut namanya. Batin Andine.
Andine mengangguk.
"Oh ya, semua biar dikerjakan bibi. Kamu istirahat aja," pesan Aleandro sudah seperti ibu-ibu komplek.
Aleandro menyerahkan sebuah kartu debit buat Andine.
"Terimalah. Ini sebagai nafkahku buatmu," terang Aleandro.
Cekrek.
Martin memotret adegan itu dan tak lupa mengirimkan kepada tuan Pollin.
"Oh ya, kalau mau pergi minta anter sopir aja," Aleandro beranjak menghampiri Martin.
'Balok es kalau meleleh tampan juga,' gumam Andine tertawa dalam hati.
'Kayaknya saran dia bagus juga untuk jalan-jalan, otakku perlu direfresh,' Andine berniat pergi.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Aleandro mmg hrs main rapi dan lembut klo mo jatuhin Kecele..
siapa kira² tg tabrak Andine
ya ampuun ternyata Nicky jg gigolo🤭
lama² Aleandro lrngket dan bucin sama Andine