Malika Anggraini 19 th yang di paksa menikah oleh keluarga angkatnya dengan laki laki cacat yang duduk di kursi roda karena sebuah kecelakaan.
Demi membalas budi keluarga angkatnya dan juga ingin keluar dari rumah yang seperti neraka bagi Malika, dia menyetujui permintaan Ibu angkatnya, berharap setelah keluar dari rumah Keluarga angkatnya Malika bisa mendapatkan kehidupan bahagia.
Bagaimana kisah Malika, yukkk.... ikuti cerita selanjutnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
"Dih.... Dasar perempuan gila!" sungut Intan melihat Sabrina pergi begitu saja.
"Huffff.... Kenapa dia ngak berubah berubah sih?" Keluh Malika melihat kakak angkat nya sudah dengan terburu buru.
"Lika lu ngak apa apa?" tanya Intan yang sudah tau seperti apa hidup Malika dan berakhir menikah dengan sang suami.
"Gw ngak apa apa kok" ujar Malika sambil tersenyum ke arah Intan.
"Nenek gambreng itu bikin mood gw hancur aja" kesal Intan.
Malika hanya bisa terkekeh geli melihat wajah kusut Intan.
"Sudah, jangan cemberut, percuma dong abis perawatan tapi muka masih kusut" goda Malika.
"Hiii.... Ini tuh, gara gara orang yang menyebalkan itu tau ngak, kok lu bisa bertahan lama ngadepin dia sih, klau gw sudah gw uleg uleg deh, gw jadiin sambal terasi, kasih ke buaya" sungut Intan dengan wajah kesalnya.
Malika hanya geleng geleng kepala melihat kekesalan sahabatnya itu.
"Pulang yuk Tan... kita sudah lama loh di sini" ujar Malika mulai gelisah, matanya selalu melirik jam di tangan kirinya.
"Yuk... Gw juga udah males di sini mood gw sudah hancur" kesel Intan.
*****
Ceklek...
"Assalamualaikum...."
"Wa'alaikumsalam..."
"Woaaahhhh.... Lika tambah cantik aja" puji Tomy, dia terpana melihat penampilan baru Malika bukan hanya dia, Sandi dan Refandi juga kagum melihat penampilan baru Malika.
"Biasa aja, kakak berlebihan" ujar Malika tersipu malu.
Malika berjalan menghampiri sang suami dan menyalim takzim tangan Refandi.
"Kemana aja tadi sayang?" tanya Refandi sambil tersenyum lembut dan membelai rambut halus Malika yang habis di rawat itu, masih menguar bau wangi di kepala sang istri.
Tadi Lika cari buku, abis itu di ajak ke salon sama Intan, trus keliling keliling mall deh" ujar Malika memang itu adanya.
"Keliling mall ngapain? kok belanja?" tanya Refandi heran, biasanya perempuan klau sudah masuk mall pasti lansung shoping, belajar dari mantannya terdahulu yang selalu ke kurangan uang klau sampai di mall.
Malika hanya mengangkat bahunya acuh.
"Ngapain, ngak penting penting amat, baju yang mas beliin sama tas sepatu dan segala macam pernak pernik aja masih banyak belum Lika pakai, mubazir" ujarnya santai.
"Tadi sih sempat Intan ngasih unjuk satu dress buat Lika, tapi Lika ngak terlalu suka, ehhh... tiba tiba...." mengalir lah cerita Malika tentang ke jadian di mall tadi.
"Waahhh... Masih berani dia menghina kamu dek! seperti apa sih orang nya, kakak ingin tau, biar nanti kakak yang kasih pelajaran untuk dia!" ujar Tomy menggebu gebu, dia sudah menganggap Malika seperti adiknya sendiri, maklum Tomy cuma anak tunggal dan dari dulu menginginkan seorang adik perepuan, namun sayang orang tuanya tidak bisa memberikannya, karena ibunya sempat 2 kali ke guguran, alhasil sekarang Tomy jadi anak satu satunya.
"Ngak usah kak, biarin aja, nanti juga berenti sendiri, klau dia ganggu Lika, Lika akan lawan mereka, karena sekarang Lika sudah tidak tinggal sama mereka lagi" ujar Malika, menenangkan Tomy dan sang suami, Malika bisa melihat air muka sang suami yang keruh mendengar ceritanya.
"Bagus, kamu memang harus melawan, jangan biarkan orang lain menginjak harga dirimu, sekali pun orang itu orang terdekat kamu, jangan takut untuk membela diri kamu ya sayang?" ujar Refandi mengelus sayang rambut Malika yang duduk di sampingnya, ada rasa sesal di hati Refandi karena tidak bisa menjaga dan membela sang istrahat akibat keterbatasannya ini.
"Mmmm..." jawab Malika menganggukan kepalanya, mengiyakan ucapan sang suami.
"Ngomong ngomong sudah pada makan?" tanya Malika.
"Hehehe.... Belum nunggu masakan adek" cengenges Tomy, memang lah si bujang lapuk itu klau datang ke apartemen selalu minta makan, karena masakan Malika sangat cocok di lidahnya.
Refandi hanya memutar bola mata malas melihat sahabatnya itu.
"Ya sudah, Lika ganti baju dulu, abis itu Lika masakin" ujar Malika bangkit dari duduknya.
"Dek, bikin dendeng boleh" cengir Tomy.
"Boleh, nanti Lika lihat ada stok daging ngak. klau ngak terpaksa masak yang ada ya, soalnya Lika belum sempat ke supermarket" ujar Malika.
"Ok... apa aja yang penting masakan adek" seru Tomy.
"Lu tuh, ya Tom, kesini itu aji mumpung banget, selalu minta makan, heran gw" celetuk Sandi.
"Halah... kaya lu ngak aja bambang!" ketus Tomy.
"Ya pasti dong, masa lu doang gw juga mau lah" kekeh Sandi.
Puk...
Melayang lah bantal sofa ke wajah Sandi, dan beruntung nya Sandi bisa menangkap bantal tersebut.
"Ngak kena wlekkk...." cibir Sandi.
"Sudah sudah berantam mulu kalian, cariin gw satu orang buat jaga Malika dari jauh, gw ngak mau dia kenapa napa, siapa pun itu yang menyakiti istri gw, balas lansung mereka di tempat, tapi jangan sampai tau istri gw klau itu orang suruhan kita, bisa menyanyi gadis baik hati itu" ujar Refandi.
"Siap boss, sudah gw suruh seseorang memantau Lika kok" ujar Tomy.
"Wah gercep lu" ujar Sandi.
"Iya lah, selain dia istri Refan, dia sudah gw anggap adek gw sendiri, gw masih mencari adik sepupu gw yang hilang" ujar Tomy sendu.
Refandi dan Sandi mengangguk tanda mengerti.
Bersambung...