NovelToon NovelToon
BAD HUSBAND

BAD HUSBAND

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Nikah Kontrak / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:8.4k
Nilai: 5
Nama Author: Nunna Zhy

🔥Bocil dilarang mampir, dosa tanggung masing-masing 🔥

———

"Mendesah, Ruka!"

"El, lo gila! berhenti!!!" Ruka mendorong El yang menindihnya.

"lo istri gue, apa gue gak boleh pakek lo?"

"El.... kita gak sedekat ini, minggir!" Ruka mendorong tubuh El menjauh, namun kekuatan gadis itu tak bisa menandingi kekuatan El.

"MINGGIR ATAU GUE BUNUH LO!"

———

El Zio dan Haruka, dua manusia dengan dua kepribadian yang sangat bertolak belakang terpaksa diikat dalam sebuah janji suci pernikahan.

Rumah tangga keduanya sangat jauh dari kata harmonis, bahkan Ruka tidak mau disentuh oleh suaminya yang merupakan Badboy dan ketua geng motor di sekolahnya. Sementara Ruka yang menjabat sebagai ketua Osis harus menjaga nama baiknya dan merahasiakan pernikahan yang lebih mirip dengan neraka itu.

Akankah pernikahan El dan Ruka baik-baik saja, atau malah berakhir di pengadilan agama?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nunna Zhy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

"Di, sepertinya bentar lagi bel masuk deh! Kita bicara nanti aja ya." Ruka memotong kalimat Diego dengan nada terburu-buru, seolah-olah waktu benar-benar mendesaknya. Tanpa menunggu jawaban, dia langsung berlari meninggalkan Diego yang masih terpaku di tempat.

Diego, yang terlihat bingung dengan sikap mendadak Ruka, hanya bisa menatap punggungnya menjauh. Dengan alis sedikit berkerut, ia melirik jam tangannya. "Masih lima belas menit lagi, loh," gumamnya, heran.

Sementara itu, Ruka berlari di sepanjang koridor, napasnya tak beraturan. Namun, bukan karena kelelahan, melainkan karena pikirannya yang penuh kekacauan. "Apa sih, Ruka! Kenapa lo kabur kayak maling?!" gerutunya pada diri sendiri.

Langkahnya melambat begitu ia mendekati kelas, pikirannya tak henti-henti merutuki situasi yang ia hadapi. Jika benar Diego tadi ingin mengaku cinta, bukankah itu adalah salah satu mimpi terbesarnya? Selama ini, dia selalu berharap ada momen seperti itu. Diego—cowok idaman yang selama ini diam-diam dia sukai—akhirnya menyatakan perasaannya padanya.

Namun sekarang, semuanya sudah terlambat. Sebuah kenyataan pahit mengingatkannya bahwa dia bukan lagi gadis biasa yang bisa bebas menerima pengakuan cinta siapa pun. Statusnya kini berbeda. Dia adalah seorang istri. Bukan istri yang ia impikan, tentu saja, tapi tetap saja itu adalah fakta yang tak bisa ia abaikan.

"Kenapa harus sekarang, sih?" gumamnya pelan, matanya menatap kosong lantai koridor.

Hana menghampiri, "gimana? beneran dia confess?"

Ruka tak menjawab, malah melenggang masuk kedalam kelas.

"Ruka.. Sumprit gue kepo banget. Jangan diem-diem bae, bisa mati penasaran gue.."

Ting!

Suara notifikasi pesan masuk menarik perhatian Ruka. Ia merogoh saku seragamnya, mengeluarkan ponsel, dan menatap layar yang menampilkan sebuah pesan dari Diego:

Diego:

Pulang sekolah temenin gue ke Gramed, yuk?

Ruka tertegun, jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. Namun sebelum ia sempat merespons, Hana—yang duduk di sebelahnya—melirik isi pesan itu dengan cepat.

"Hah? Apa tuh?" tanpa basa-basi, Hana langsung merampas ponsel dari tangan Ruka.

"Hana! Balikin ponsel gue!" seru Ruka, namun sudah terlambat. Jemari Hana dengan gesit mengetik balasan.

Ruka:

Oke!

Ruka membelalak, hampir bangkit dari kursinya. "Apa-apaan sih?! Kenapa lo jawab 'oke'? Gue bahkan belum bilang iya!"

Hana, dengan wajah tanpa dosa, hanya mengangkat bahu sambil menyeringai lebar. "Ruka sayang, gue ini sahabat lo. Gue lebih tahu apa yang lo butuhin daripada lo sendiri. Jangan kebanyakan mikir, lo pasti bakalan bersyukur sama gue setelah ini."

"Bersyukur apanya?! Kalau dia tahu gue udah... udah..." Ruka menggantungkan kata-katanya, tak sanggup mengucapkan kenyataan pahit bahwa ia adalah seorang istri.

"Udah kenapa?" Hana menantang sambil menaikkan alis. "Oh, please, dia bahkan cuma ngajak lo ke Gramed, bukan ngajak kawin. Chill, Babe!"

Ruka memijat pelipisnya, frustasi. Sahabatnya ini benar-benar tak tahu kapan harus berhenti bercanda.

"Gak usah banyak drama, kapan lagi bisa jalan berdua sama Diego."

***

Bel sekolah berbunyi, menandai akhir kegiatan hari ini. Ruka buru-buru merapikan buku-bukunya, memasukkan semuanya ke dalam tas tanpa banyak bicara. Namun, Hana dengan gayanya yang santai justru menyodorkan sebuah cermin kecil tepat di depan wajah Ruka.

"Olesin bibir lo pakai lip balm dulu, gih. Lo kelihatan pucet banget," ujar Hana sambil menganalisis wajah sahabatnya seperti seorang penata rias profesional.

Ruka mendengus kesal, menjauhkan cermin itu dari wajahnya. "Apa sih, Hana? Enggak penting banget."

"Aduh, Ruka sayang, hari ini tuh momen besar buat lo! Lo kudu tampil cetar, glowing, dan bikin Diego makin susah lupa sama lo."

"Cetar apanya? Gue cuma nemenin dia ke Gramed, bukan audisi Miss Universe." Ruka kembali sibuk merapikan tasnya, berusaha mengabaikan Hana yang terlalu bersemangat.

Namun, Hana tidak menyerah begitu saja. Dia menarik lengan Ruka, membuatnya berhenti sejenak. "Ruka, anggap aja ini first date lo sama Diego. Lo enggak tahu kan, apa yang bakal terjadi? Siapa tahu dia bakal bilang sesuatu yang bikin hati lo jungkir balik!"

Ruka memutar matanya, tetapi tak bisa menyembunyikan rona merah yang perlahan muncul di pipinya. "Hana, serius deh. Jangan bikin gue makin grogi."

Hana hanya tersenyum penuh kemenangan, seperti seorang Mak comblang profesional yang baru saja mencetak pasangan sukses. "Udah, dengerin gue aja. Trust the process, Babe!"

Ting!

Suara notifikasi ponsel Ruka memecah kebimbangannya. Dia membuka layar dan membaca pesan singkat yang baru masuk.

Diego:

Gue tunggu di parkiran.

Hana, yang berdiri di sebelahnya, langsung berseru penuh semangat. "Tuh, apa gue bilang? Buruan, Haruka! Jangan bikin Diego nunggu!"

Ruka menggigit bibir, merasa ragu. "Tapi, Han..." Dia mencoba mencari alasan untuk menolak, tapi kalimat itu menggantung di udara. Di satu sisi, ada rasa bersalah yang membayangi pikirannya. Namun di sisi lain, ada suara kecil dalam hatinya yang mendorongnya untuk pergi.

"Ruka, ayolah. Lagian, kapan lagi lo dapet momen kayak gini? Jalanin aja, siapa tahu ini kesempatan lo buat... ya, tahu lah."

Ruka menunduk, merenungi kata-kata sahabatnya. "Pernikahan gue sama El bukan karena cinta. Kita berdua cuma ngejalanin apa yang orang tua mau. Jadi gak ada yang namanya selingkuh ataupun penghianatan, bukan?" bisiknya, lebih kepada dirinya sendiri, seolah mencoba meyakinkan hatinya.

"Come on, Baby!"

Akhirnya, tanpa banyak penolakan lagi, Ruka berdiri, menarik napas panjang, dan mengangguk. "Oke, gue pergi." Dengan langkah cepat, dia meninggalkan kelas, berlari menuju parkiran, dengan senyum lebar.

Sayangnya disana ia melihat suaminya, El dan teman-teman tengah bergerombol, tak jauh dari sana Diego sudah menunggu di atas motor. Saat melihat Ruka, Diego memanggilnya sambil melambaikan tangan. "Ruka..."

El yang sedang bersandar santai pada motornya bersama geng Speed Demon langsung mengangkat alis begitu melihat Ruka melangkah cepat ke arah Diego. Pandangannya berubah tajam ketika Diego memanggil nama istrinya sambil melambaikan tangan.

"Ruka..."

Suara Diego terdengar jelas di tengah hiruk-pikuk parkiran, membuat beberapa orang di sekitar melirik. Namun, Ruka tidak peduli. Tanpa menoleh sedikit pun ke arah suaminya, dia terus berjalan menuju Diego.

El, yang semula terlihat tenang, mulai menunjukkan ekspresi tidak suka. El diam, tetapi matanya terus mengikuti setiap langkah Ruka. Rahangnya mengeras saat dia melihat Diego turun dari motor untuk menyambut Ruka.

Sementara itu, Ruka sudah sampai di depan Diego. Dia mencoba tersenyum meski menyadari tatapan tajam El yang membakar punggungnya.

"Maaf ya, nunggu lama," ucap Ruka canggung, merasa semua mata seakan mengawasinya.

Diego menggeleng sambil tersenyum lembut. "Enggak kok. Yuk, kita pergi."

Diego mengulurkan helm, senyumnya ramah dan penuh perhatian. Dia bahkan membantu Ruka memakainya dengan lembut, memastikan tali pengaitnya terpasang dengan benar. Ruka merasa canggung, namun tak bisa mengabaikan kontras yang mencolok antara perlakuan Diego dan suaminya. El, yang selama ini lebih sering mengomel atau mencibir, terasa seperti kutub yang berbeda dari Diego.

"Udah nyaman?" tanya Diego sambil tersenyum lagi.

Ruka hanya mengangguk singkat, menelan perasaan gugupnya. Setelah memastikan semuanya siap, Diego menepuk jok belakang motornya, memberikan isyarat agar Ruka naik. Ruka menurut, menaiki motor dengan hati-hati, berusaha menyembunyikan kegugupannya.

Motor itu melaju pelan, melewati kelompok Speed Demon yang tengah berkumpul di ujung parkiran. El berdiri di sana, bersandar pada motornya dengan ekspresi datar yang sulit diterjemahkan. Matanya mengikuti gerak motor Diego dan Ruka, tanpa sepatah kata pun keluar dari bibirnya.

Namun, saat motor itu menjauh, ada sesuatu dalam dirinya yang membara—sesuatu yang dia sendiri enggan akui. Tangannya mengepal kuat di sisi tubuhnya, kukunya hampir menembus kulit.

"Itu dia, boss." Rico, salah satu anggota Speed Demon dan juga sahabat kepercayaan El, menyikut dengan nada menggoda. "Cewek lo sekarang udah naik motor cowok lain. Gimana tuh rasanya?"

El mendengus kecil, seolah tidak terpengaruh, meskipun ekspresinya mengeras. "Terserah dia," jawabnya dingin, suaranya seperti bilah pisau yang tajam dan dingin. "Gue gak peduli."

Rico tertawa, tidak sepenuhnya percaya. "Serius? Lo gak cemburu sama sekali? C’mon, bro, itu kan istri lo." bisik Rico pelan menggoda El. Ya, diantara semua orang hanya Rico seorang yang tahu semua rahasia El.

"Udah gue bilang, gue gak peduli," potong El tegas, meski nada suaranya tidak sejalan dengan sorot matanya yang masih terpaku ke arah motor Diego.

Ruka, yang duduk di belakang Diego, merasa sedikit gelisah. Angin menerpa wajahnya, tapi pikirannya berputar-putar di tempat lain—terutama pada tatapan yang diberikan El tadi. Meski tanpa kata, ada sesuatu dalam tatapan itu yang menusuk, membuatnya bertanya-tanya apakah ia telah membuat keputusan yang benar.

Diego meliriknya sekilas melalui kaca spion, senyumnya tetap hangat. "Santai aja, gue bakal ngajak lo ke tempat yang seru," katanya, mencoba mencairkan suasana.

Namun, bagi Ruka, perasaan itu tetap menggantung di udara—rasa bersalah, keraguan, dan entah apa lagi. Di belakangnya, di sudut parkiran, El tetap berdiri tegak, tatapan matanya tak pernah beralih. Entah apa yang lelaki itu pikirkan, hanya dia dan Tuhan yang tahu.

Bersambung...

1
🌛Dee🌜
😲
Surinten wardana
Aigu Ruka serem juga y Klw marah
Nunna Zhy: iya, jiwa bar-bar nya lgsg nongol
total 1 replies
🌛Dee🌜
😄
hasatsk
karya yang luar biasa.karakter 2 orang yang keras kepala dan ego yang tinggi...di satukan dalam pernikahan...penasaran akhir cerita nya...
Nunna Zhy: keduanya sm2 batu, bikin seru tiada hari tanpa ribut 🤭 wkwwk
total 1 replies
🌛Dee🌜
👍👍👍
🌛Dee🌜
🫣
🌛Dee🌜
😲
Surinten wardana
Pasti si riko deh pasangannya hana🤣🤣🤣🤣
Nunna Zhy: wah kok tau?
total 1 replies
🌛Dee🌜
eh jgn terlalu kejam dg 🤭😂🤣
Nunna Zhy: hehehe, Zhy suka yg kejam2 soalnya 🤭
total 1 replies
🌛Dee🌜
👍
Surinten wardana
Ke gep dah
Nunna Zhy: /Tongue/
total 1 replies
🌛Dee🌜
🤭
🌛Dee🌜
👍
🌛Dee🌜
😲
🌛Dee🌜
👍
🌛Dee🌜
🫶
🌛Dee🌜
🤭
🌛Dee🌜
🤍
🌛Dee🌜
😄
🌛Dee🌜
👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!